24. Maaf...

398 41 1
                                    

“I'm weak, it's just that I can hide it

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I'm weak, it's just that I can hide it.

Senja

***

Pagi-pagi sekali Senja sudah bersiap, perempuan itu langsung mengetuk kamar Kakaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali Senja sudah bersiap, perempuan itu langsung mengetuk kamar Kakaknya. Lama tidak ada balasan, dia langsung masuk kedalam kamar Vero. Melihat cowok berbadan besar itu masih tidur, Senja langsung naik keatas kasur Vero lalu mengguncangkan kasurnya. Membuat tak nyaman orang yang sedang tertidur pulas.

"Kakak bangun! Kakak punya janji sama aku! Ayo Kakak harus bangun!" teriak Senja membuat Vero berdecak kesal.

Tadi malam dia begadang nonton bola, matanya masih sangat berat untuk bangun. "Nanti, ini masih pagi, De."

balas Vero melihat jam dinding yang menunjukan pukul 6 pagi.

Senja memberhentikan aksinya. Perempuan itu sedang tersulut emosi, merasa bahwa Kakaknya itu mengingkari janji.

"Kaka mau ingkari janji Kakak? Kenapa sih Kaka bohong? Tadi malem Kaka udah janji sama aku buat nganter ke rumah sakit. Kalo gini, aku bisa jalan sendiri kesana! Tanpa Kaka!" marah Senja lalu keluar dari kamar Vero, perempuan itu menutup dengan sangat keras pintu kamar Vero.

Vero sadar, cowok itu langsung terbangun mengejar Senja. Tapi tidak bisa, perempuan itu sudah berlari keluar dari dalam rumah dan menaiki taksi yang kebetulan lewat. Vero menghela nafasnya kasar. Vero tahu Senja orangnya bagaimana, hanya dengan masalah seperti itu saja mungkin dia bisa sakit hati, dia bisa marah. Karena keinginannya lama untuk dituruti.

Didalam taksi, butiran-butiran air mata mulai berjatuhan. Ya, Senja cengeng. Dia lemah soal apapun itu yang membuatnya kecewa, apalagi keadaan Angkasa yang Senja juga tidak tahu bagaimana sekarang.

Setelah beberapa menit menempuh perjalanan menuju rumah sakit. Senja langsung segera masuk kedalam rumah sakit, berlarian menuju ruangan Angkasa. Senja ingin tahu, bagaimana kondisi Angkasa sekarang. Teman-teman Angkasa, bahkan tidak ada yang mengabari tentang kondisi Angkasa.

Senja langsung kaget ketika dia hampir menabrak seseorang dari arah samping. Saat itu juga jantungnya berdegup kencang, air matanya hampir menetes lagi. Senja melihat Dery dengan istri barunya. Senja sangat benci, ya, dia benar-benar benci. Sampai kapanpun.

"Senja," ucap Dery.

"Papah ngapain ada disini? Perempuan ini sakit?" ucap Senja menatap Even dengan tatapan sangat benci. Senja melihat wajah Even sangat pucat, pasti wanita itu sakit. "Pantes sakit, soalnya kerjaannya juga bikin hubungan keluarga jadi sakit." ujar Senja sangat sarkas.

Dery terlihat emosi. Tapi Even berusaha menenangkannya lebih dulu.

"Bahkan aku sekarang gatau dimana Mama, itu semua pasti gara-gara Papah dan perempuan tidak punya malu ini!" kata Senja dengan raut wajah yang terlihat tidak suka. "Kenapa sih, orang kaya kamu ini harus hadir dalam kehidupan keluarga aku! Kenapaaaaaaaaa?!" kata Senja dengan nada suara yang tinggi.

Air matanya berjatuhan, begitu deras seperti air hujan yang jatuh ke bumi. Muka nya memerah, Senja sangat tidak kuat dengan kondisi ini. Tapi ini juga ada kesempatan untuk mengeluarkan segala emosinya terhadap wanita yang dia fikir telah merusak keluarganya.

"KALO NGGAK ADA KAMU! HIDUP AKU BAKAL BAIK-BAIK AJA!" marah Senja sambil menujuk Even.

Dery yang merasa tidak terima menurunkan tangan Senja. "Jangan kurang ajar kamu, ya!" kata Dery dengan wajah yang sangat emosi.

Dery melangkah maju, tangannya sudah bersiap melayangkan pukulan ke Senja. Tapi seseorang datang, menangkis tangan Dery. Senja melihat cowok itu, dia Vero.

"Jangan pernah sentuh adik saya lagi." ucap Vero dengan raut wajah emosi.

"Aku gapapa, kalo Papa mau pukul aku, aku gapapa. Ini udah biasa kan? Dipukul, dilempar vas bunga, ditampar, semuanya udah aku terima dari tangan Papa." ucap Senja mengingat kejadian yang selalu dia alami dulu. Itu benar-benar sangat menyakitkan. "Bahkan bertahun-tahun aku merasakannya."

Ketika mengingat semuanya, hati Senja seperti teriris. Kenangan buruk itu kembali merasuki pikirannya, hatinya hancur. Tubuhnya sakit terus-menerus dijatuhkan, otaknya lelah disuruh terus berfikir.

"Vero, kamu urus adik kamu yang kurang ajar ini. Kurang berpendidikan! Dia benar-benar bodoh! Pastinya, dia akan menyesal sudah bicara ini semua." ucap Dery.

"Aku nggak akan pernah nyesel! Karena semua yang aku omongin itu bener." ujar Senja.

Vero merangkul Senja. Membawa perempuan itu untuk pergi dari sana.

"Aku yakin, kamu bakalan merasakan rasanya kehilangan itu seperti apa! Aku yakin perempuan jahat!" ujar Senja sebelum pergi dari sana.

Maaf, aku terlalu marah.

****

Senja bertemu dokter yang memeriksa Angkasa. Dokter itu bilang, Angkasa sudah melewati masa kritisnya. Cowok itu sudah sadar sekarang, hanya saja kondisinya belum pulih sepenuhnya.

Ketika perawat memperbolehkan Senja masuk kedalam ruangan Angkasa. Perempuan itu segera ingin tahu Angkasa, memastikan sendiri bahwa Angkasa memang sudah baik-baik saja.

"Angkasa!" ujar Senja dengan mata yang berkaca-kaca, melihat Angkasa yang terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit.

Angkasa tersenyum melihat kedatangan Senja. Senja memeluk Angkasa, menumpahkan segala rasa khawatirnya. "Angkasa kenapa sih kamu harus sakit, aku gabisa liat kamu kaya gini." ucap Senja yang menangis tersedu-sedu.

"Aku udah sembuh sekarang, aku udah bisa liat kamu kan?" ujar Angkasa membalas.

Senja menatap Angkasa. Perempuan itu tidak ada hentinya mengeluarkan air mata. "Kamu jangan gini lagi ya, aku takut kehilangan kamu..."

Tangan Angkasa memegang pipi Senja. Cowok itu menatap Senja dengan tatapan tulusnya. "Aku gaakan pernah ninggalin kamu, aku udah janji kan sama kamu?" ujar Angkasa.

"Kamu jangan sakit-sakit ya, aku takut liat kamu kaya gini." ucap Senja.

Angkasa menghapus air mata Senja yang terus-menerus keluar. "Maafin ya udah bikin kamu khawatir, aku janji aku sembuh, dan jadi Angkasa yang bisa jagain kamu." ucap Angkasa.

***

Jangan lupa vote dan komen, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komen, ya.

Jangka [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang