9| Lalai

153 18 10
                                    

PS: Silahkan disetel mulmed-nya jika berkenan :3


"Hei," suara itu datang dari sisi kanan Tsukishima. Anggapan bahwa sapaan itu bukan ditujukan kepadanya membuat pemuda itu tidak bergeming. "Anak sialan, hei! Aku bicara padamu!"

Bruk!

Kendati sedang tidak waspada, seharusnya Tsukishima bukan anak yang mudah didorong jatuh, mengingat keberadaannya sebagai seorang atlet olahraga. 

Namun, anak itu--sebut saja preman nomor satu--berandal kelas sebelah, terlihat dengan mudah melempar beban sembilan puluh kilogram kepada gravitasi.

Tsukishima dengan cepat meraih kembali keseimbangannya, terduduk sembari mengelus kacamata kesayangannya. "Apa maumu, bajingan?"

Si preman nomor satu meludah, kemudian berkata dengan raut jijik, "ikuti aku."

Tanpa sempat mengeluarkan kata-kata pedas yang sudah di daftar dalam kepalanya, Tsukishima terlebih dahulu diseret oleh antek-antek si preman nomor satu--sebut saja preman nomor dua dan tiga.

Bukannya pasrah atau semacamnya, Tsukishima menurut saja ketika tubuhnya dipaksa berjalan. Sebab dia tahu, percuma saja menyuruh idiot macam mereka ini berhenti. Sudah mengelak tidak menggunakan otak, masih saja keras kepala.

Kadang Tsukishima heran, otak makhluk hidup sejenis mereka ini isinya apa sih? 

Tanpa pemuda berambut pirang itu sadari, seseorang melihat ketika dia diseret.

Dan orang itu adalah Yamaguchi.


*


Awalnya, Yamaguchi hanya berniat mengunjungi perpustakaan seperti biasanya pada jam istirahat kedua. Kozume sedang malas berjalan dan lebih senang mendekam dikelilingi dinding kelas yang dingin, sementara Hinata dan Kageyama memilih menjalankan kegiatan klub di gedung olahraga, sama seperti Kuroo, namun tim mereka berbeda.

Ketika kakinya sedang dalam perjalanan menuju ruangan yang dipenuhi buku itu, matanya menangkap sekelebatan bayangan yang cukup familiar.

Dia tahu bahwa itu adalah Tsukishima.

Yamaguchi menghela napas, kakinya berkhianat. Bodoh, perpustakaan ke arah sana! Dia memelototi kakinya sendiri.  Saya sedang ingin mengikuti hati, bukan kepala. Jawab sang kaki.

Ini hanya intermezzo, harap jangan ambil serius.

Mana ada kaki berpikir, jangan ngadi-ngadi.

Kecuali kalian--kita pas matematika. Mendadak otaknya pindah ke kaki, berhenti bekerja.

BRAK!

Suara keras itu mengalihkan perhatian Yamaguchi dari percakapan alam bawah sadarnya dengan sang kaki. Tanpa menghasilkan suara, pemuda itu berjingkat menyelinap ke balik dinding, menyaksikan mantan temannya itu sedang dibanting ke lapisan semen elit sekolah Yamaguchi.

Rasanya ingin tertawa habis-habisan melihat Tsukishima yang bak titan berhadapan dengan tiga siswa tidak teridentifikasi yang mirip gorila.

"Hei, sialan. Kau itu atlet yang digosipkan itu, benar?!" Orang yang kita kenali sebagai preman nomor satu membentak.

Tsukishima tidak menjawab, tetapi dia mengangguk.

"Hoi, kau tuli ya?! Aku bertanya padamu, bajingan!" Preman nomor satu kembali membentak.

Tsukishima tampak tersinggung, "Justru kau yang buta, bodoh."

"Apa katamu?!"

Mereka terus berdialog bak di drama yang sering ditonton Shimada. Yamaguchi terdiam dengan tampang bodoh sebagai latarnya.  

Not Your Friend || TsukiYamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang