Tahun, 2021
Bruk!
Kuletakkan kardus berisi barang-barang lamaku yang dikirimkan Ibuku padaku yang belum lama pindah ke apartemen baruku.
Mendapatkan pekerjaan yang cukup layak di ibukota, uang bulanan yang ku tabung dengan susah payah bertahun-tahun, hingga pada akhirnya aku mampu membeli sebuah unit apartemen di Ibukota.
Memang pilihanku yang tak terlalu suka berinteraksi dengan banyak orang.
Bukan aku tak mau, bahkan sehari-harinya pun aku tetap berinteraksi dengan klien dan para kolega kantorku. Tapi bagi introvert sepertiku, setelah semua berakhir, rasanya tenaga terkuras habis dan aku begitu membutuhkan space untuk sendiri.
Beruntung kedua orang tuaku tak mempermasalahkan hal itu dan mengizinkanku untuk tinggal sendiri dengan syarat untuk tetap meluangkan waktu untuk pulang ke rumah keluarga jika ada waktu senggang.
Tak sulit bagiku karena aku dan kedua orang tuaku masih tinggal di satu kota yang sama, so I can go home whenever I want to.
Aku membuka kardus yang dikirimkan Ibu padaku yang ternyata berisi peralatanku semasa SMA. Beliau menemukannya di gudang dan mengirimkannya padaku karena tak tega membuangnya, juga berpikir bahwa mungkin masih ada benda-benda yang bisa kupakai.
Di dalam sana terdapat tas-tas sekolah yang dulu ku gunakan dan juga baju seragam putih abu-abu ku.
"Oh?" Aku membentangkan baju itu dan tertawa pelan ketika melihat itu. Setelah berpikir sejenak, aku pun memutuskan untuk mencoba kembali seragam SMA itu yang diluar dugaanku, ternyata masih cukup di tubuhku.
Aneh rasanya mengenakan seragam ini lagi setelah sekian tahun berlalu. Aku lulus sebelas tahun yang lalu. Tapi senang rasanya bisa bernostalgia lagi setelah sekian lama.
Aku kembali ke ruang tamu, tak melepas kan seragam SMAku, aku duduk kembali di atas karpet, membongkar kembali kardus milikku.
Di dalam sana terdapat beberapa buku-buku non pelajaran seperti novel-novel teenlit yang biasa dibaca pada jaman itu, juga buku binder memo yang biasa digunakan untuk menulis apapun di sana.
Sejak kecil, aku memiliki kebiasaan untuk menulis diary dan memiliki ketertarikan khusus dengan jurnal serta notebook lucu. Ketika dewasa, terkadang aku mengisi waktuku dengan membuat jurnal tentang keseharianku saja.
Salah satu cara yang biasa kulakukan untuk melepas stress.
Aku tersenyum meringis membaca tulisan-tulisanku jaman itu. It was so cringy, but memorable. Paling tidak aku tahu bagaimana diriku saat itu.
Aku membereskan semuanya dan berencana untuk menyumbangkan seragam dan tas sekolahku bagi mereka yang membutuhkan dan memutuskan untuk menyimpan notebook lamaku.
Ketika kupikir semua sudah ku keluarkan dan kurapikan, ternyata masih ada satu buku besar dan tebal yang tertinggal di dalam sana.
Sebuah buku tahunan usang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] SENARU
RomanceCoretan cerita cinta singkat tiga babak dalam sebuah buku tahunan usang tak bertuan Senada Aluna Livia menerima paket berupa barang-barangnya semasa SMA, dari sang Ibu, tak lama setelah Ia pindah tempat tinggal: Sebuah kardus berisi peralatannya se...