₹Reader POV₹
Gelap.
Hanya cahaya minim.
Dan mahluk dari luar bumi.
Mereka meniliti ini untuk apa?
Mereka kini lebih waspada padaku.
Hah! Seharusnya dari dulu!
Memang bodoh.
"New york, huh?"
Mahluk ini di dapat dari New york dan dikalahkan Avenger.
Ah, aku ingat sekua itu.
Berita itu ada di mana-mana.
Akibat ulah Loki dan benda bernama tesseract?
Aku mau itu dan tongkat Loki, aku ingin mempelajarinya.
Energi apa yang bisa membuat portal sebesar itu di atas gedung Stark.
Well, sekarang aku dipaksa membuatnya hidup.
Aou bukan ahlinya di sini.
Kegiatanku hanya meneliti.
Makan pun tidak enak.
Dan tidur.
Tapi aku tidak bisa tidur.
Setiap malam.
Seperti sekarang.
Selain mimpi buruk yang kudapat, aku hanya tidak bisa tidur setelahnya.
Apa yang kulakukan ketika tidak bisa tidur?
Dansa
Hal yang menurutku konyol.
Waktu sekolah, tidak ada yang mau mengajakku ke prom night school party.
Aku tidak bisa dansa tapi aku ingin mencobanya.
Sesekali.
Orang yang mengajariku adalah orang yang sama yang menjebloskanku ke Hydra lagi.
"Close your eyes and just follow the step, easy"
Aku memang bilang mudah tapi ternyata sulit juga.
Aku tidak via bayangkan siapa yang ingin kuajak dansa.
Ah, soalnya aku tidak memikirkan itu.
"Bayangkan saja siapa yang mau berdansa denganmu"
Mulai terlihat, wow ini bekerja.
Meski tidak jelas siapa yang kubayangkan.
Tapi familiar.
Tangan yang kungenggam di udara hangat, tapi yang di pinggang serasa dingin.
"Nice dance"
Aku hentikan kegiatanku ketika ada suara menyapaku.
"Oh, hai twin", ternyata duo Maximoff. "Kenapa kalian di luar malam begini?"
"Kami menyelinap keluar", bisik Pietro.
"Come on"
Pintu selku terbuka berkat Wanda.
Aku melangkahkan kakiku keluar.
"Kenapa masih bangun?", tanya Wanda.
"I can't sleep"
"Kau tidak bisa tidur lalu kau dansa dengan udara?", tanya Pietro heran padaku.
"Aku bisa lihat siapa yang kau bayangkan", Wanda lagi-lagi mengintip ke pikiranku. "Bagaimana coba dengan Pietro?"
"Ehm, terima kasih tapi aku tidak bisa berdansa Wanda, tadi saja aku iseng"
"Aku belum pernah melakukannya", komen Pietro.
"Oh, aku akan mengajari kalian, ayo ambil posisi"
Aku berhadapan dengan Pietro, memberinya senyum canggung dan dia juga memberiku senyum canggung.
"Pietro, satu tanganmu di pinggang [y/n]"
"Excuse me", katanya memegang pinggangku. "Begini?"
"No, no, no, like this", Wanda memperbaikinya sehingga lengan Pietro melingkar di pinggangku.
Situasinya makin canggung!
"[Y/n], pegang pundak Pietro, iya begitu, bagus!"
"Saudarimu bersemangat sekali", gumamku.
"Dia penyuka sitkom romantis, dia tidak pernah bosan menontonnya"
Ah, film jadul itu ya.
Apa aku pernah menontonnya?
Hm, kurasa tidak.
Aku terlalu sibuk dengan duniaku.
"And one, two, three"
Berdansa saja kaku rasanya.
Apalagi perbedaan tinggi ini menyebalkan!
"Oush!"
"Oh, i'm sorry Pietro!", aku malah menginjak kakinya! "A-aku tidak sengaja!"
"It's okay princessa, i didn't see that coming"
"Princessa? Wow, you call me princessa?"
"Haha, why?"
"Itu pertanyaanku, kau tahu aku cuma nerd"
"You are beautiful"
"Uhm...thanks?"
Siapa yang pernah mengatakan itu kepadaku?
Ah, iya...that stupid soldier.
"Remember someone?", pertanyaan Pietro membuyarkan lamunanku.
"Maybe?"
"Boyfriend?"
"Bukan!"
"Wo, wo, calm down, tell me everything"
"Well--"
Tap. Tap. Tap.
Great, they come.
Kami bubar dengan alami masuk ke tempat kami masing-masing.
Aku hanya memejamkan mataku.
Ada dua orang mendekat ke depan sel kami.
Mengecek apa benar kami tidur atau tidak.
Lalu mereka pergi begitu saja.
Mereka hanya berjaga di depan ruangan kami di tahan.
Sungguh bodoh.
Aku bisa saja kabur karena mereka lengah.
Tapi bom di dadaku ini menyebalkan!
Aku coba berkali-kali tidak bisa lepas!
Aku meringkuk memeluk diriku sendiri.
Wanda mengintip ke pikirabku tadi dan aku tahu siapa yang kubayangkan.
Karena aku sedang melihat pantulannya dari sel kacaku.
"I hate this feeling..."
Apa Sam sedang mencariku?
Steve? Nat? Fury?
Aku hanya orang yang mampir saja di kehidupan mereka.
"What are you looking at asshole?"
Aku mulai gila sepertinya.
"I wanna go home..."