Mengejar banyak sekali ketertinggalan dan fokus pada satu genre seperti memulai lembaran buku baru padahal sudah hampir sampai di halaman akhir. Tapi aku menikmatinya, semua terasa ringan apalagi jalur ini di dukung oleh semua orang. Sisi negatifnya adalah aku yang terlalu fokus hingga tak punya waktu bersosialisasi.
Jaehyuk, Sungchan dan Guanlin memaksaku untuk tetap ikut liburan semester mereka, ada juga janji dengan teman-temanku yang lain untuk liburan di pegunungan. Padahal aku sudah menolak dan bilang ada banyak hal yang harus kupersiapkan sebelum waktu tes masuk tiba. Mereka mengeluh karena aku terlalu memaksakan keadaan, begitupun keluargaku. Rutinitasku adalah belajar di akademi bersama pak Henry lalu membuat musik ketika di rumah. Mereka ingin aku sejenak beristirahat.
Akhirnya setelah banyak pujukan termasuk dari Pak Henry agar aku tak jenuh, aku menerima tawaran ikut liburan itu— beliau bilang sekaligus menambah inspirasiku membuat lagu. Tapi karena aku tetap produktif, tepat di hari keberangkatan aku menyusul beberapa saat sebelum pesawat take off berhubung masih masuk ke kelas. Bahkan mereka yang membawakan koperku agar aku bisa langsung ke bandaran tanpa pulang lagi.
"Beneran lo sok sibuk banget sampe koper aja dibawain. Lebih dari pejabat sombongnya." komentar Jaehyuk.
"Jangan banyak ngeluh kalo masih mau gue ikut ye."
"Dih, margadir." balasnya.
Sesampainya di sana, kami menuju villa milik keluarga Guanlin. Luas dan cukup untuk kami berempat, ada juga kolam ukuran sedang. Rasanya menyegarkan, benar kata mereka. Aku harus punya waktu istirahat walaupun sedikit. Sebagai bentuk mengejekku mereka memposting instastory fotoku karena keberadaanku di sosial media bagaikan hilang selama dua bulan ini-- padahal itu terjadi karena aku memang tak sempat membuka ponsel.
"Ada yang reply story gue nanyain lo, Seung. Cewe-cewe." kata Sungchan.
"Gue juga." tambah Guanlin dan Jaehyuk.
"Tapi emang bener sih, kata cewe gue lo ganteng. Apa mungkin kita udah keseringan ketemu jadi keliatannya biasa aja???" ujar Jaehyuk.
Sungchan tertawa,"Iyalah, orang kita udah saling liat muka masing-masing dari jaman masih ingusan."
"Sorry kalo lo ngingatnya gitu, berarti kita bukan satu circle." keluh Guanlin.
"Dih..."
Aku mengajak mereka menelepon Chenle untuk menunjukkan liburan pertama kami tanpa dia. Biasanya kalau akan keluar kota, dia adalah bagian tanggung jawab memesan akmodasi dan transportasi karena paling teliti diantara kami.
"Enak banget, gue pengen."
Kami tertawa melihat Chenle merengut dengan lusinan kertas di mejanya. Disaat kami berlibur dengan tenang dia disibukkan dengan tugas dari ibunya lengkap dengan cuaca tidak menentu. Omong-omong Chenle juga sebenarnya masuk dalam kelompok kami, tapi sejak semester dua kelas dua belas dia pindah ke Jerman— sisa semester dia lewati online.
"Lo ga balik?" komentarku.
"Nyokap bokap disini, ngapain kesana." sungutnya. "Udah deh, jangan hubungin gue atau update di ig. Gue sirik, musyrik, dengki."
"Le, we bought your favorite local wine."
"Ah, damn. I hate you all! See you!" Tawa kami semakin keras saat dia dengan kesal mematikan sambungan video call.
Dari beberapa pesan masuk tapi ada satu reply, yang membuat mataku fokus pada akun itu. @chloe_yun.
~
Sekarang adalah hari terakhir sebelum besok kami kembali. Seminggu benar-benar sebentar dihabiskan untuk istirahat, wisata kuliner, outdoor sports, kalo kata Guanlin sambil hunting cewek sih...
KAMU SEDANG MEMBACA
her waves | heeseung ; ningning
Fiksi Penggemarour way to reach the love and dreams.