08 : unannoyed

129 19 5
                                    

Pukul tujuh malam pintu kamar diketuk, pintu terbuka dan muncul lah Keeho. Dia melirik kami yang sedang sibuk dengan rak kemarin. Ada tiga tapi merakitnya tak memakan waktu banyak,"Gue laper."

"Makan di kafetaria dong?"

"Gue bad mood ngeliat ada menu kacang kalengan yang sausnya merah itu."

"OH? Gue tau maksud lo kak." Kai tampak paham. "Muak banget waktu sekolah di US makan itu."

"I hate it." kata Keeho. "Let's grab dinner."

"Bentar, sisa satu lagi."

"Eh, gue tanya yang lain mau ikut enggak. Sekalian bonding deh kita kan bentar lagi ada acara kepanitiaan."

Kukeryitkan dahi, bingung"Siapa?"

"Ningning, Yujin? Kita kan udah ada grup chat bareng."

"Oh, oke."

"Gapapa kak, kalo Ningning ikut?"

"Ya gapapa lah, bener kata Keeho. Kita cuma berlima dan bakal terus ketemu. Kebisa mungkin lama-lama lupa." kataku. Ya, walaupun aku punya perasaan tak enak pada Ningning rasanya terlalu egois membuat mereka ikut serta dalam kerenggangan hubungan ini.

"ADUH KAYA ANAK SD AJA, YA KALO YANG MUSUHAN SATU GA PERLU AJAK TEMEN-TEMENNYA LAH." Mereka berdua tertawa keras menanggapiku yang tiba-tiba mengomel.

"Mereka di gedung sini juga ternyata. Ada di lobby sekarang."

Kami keluar dari kamar lalu menuju lantai dasar, benar mereka berdua sudah ada di sana. Saling sapa dengan Yujin dan Ningning, dia tampak tersenyum kikuk melihatku sedangkan aku hanya mengangguk-anggukkan kepala-- tidak tahu respon apa yang paling cocok untuk saat ini.

Ternyata bukannya langsung pergi kami masih harus menentukan kemana. Kurasa tak perlu waktu lama untuk kami berlima saling terbuka, karena sekarang saja masing-masing sudah berani mengutarakan pendapat. Tidak ada kata 'malu baru berkenalan'. Setelah perdebatan panjang antara kami berlima, makan malam hari ini alhasil adalah duduk di subway. Dari begitu banyaknya pilihan, bahkan setelah check restoran terdekat di aplikasi delivery makanan-- tidak ditemukan satupun jawaban.

Topik pembicaraan lebih kepada wawancara dengan Keeho. Dia berisik dan nyaman diajak bicara, apa lagi dia yang menetap di luar negeri lebih lama. Banyak yang ditanyakan dan Keeho akan menjawab secara detail ditaburi gosip hangat.

"Kak, lo kaya gitu juga ga?" tanya Yujin. "Kaya anak kampus biasa itu, sewa rumah bareng temen-temennya sering muncul di film hollywood tau."

"Frat house?"

"Kalo kata temen gue itu lebih trend nya di US. Gue sih ga terlalu minat tapi ada kok yang mau ikut gituan, temen gue ada. Terlalu banyak aturan, berisik dan kadang ga masuk akal. Buat masuknya lo harus di ospek— parah karena literally bisa sekarat, ritual-ritualan, beberapa ngelakuin hal-hal ilegal, ada biaya iuran yang harus dibayar— mahal setahu gue dan kotor banget anjing, lo pikirin deh hidup bareng orang hampir selusin terus party bisa hampir seminggu full. Gue hargai pilihan hidup kaya gitu tapi bukan untuk gue sih."

Sekarang percakapan beralih pada alasan-alasan kami memilih kampus ini untuk melanjutkan pndidikan selama empat tahun kedepan. Menarik, ketidaksengajaan hari ini malah membuat kami saling mengenal satu sama lai

"Keluarga gue banyak yang berkecimpung di bidang seni, jadi dari dulu semua yang ke jalur itu udah gue cobain. Gitar, drum, nyanyi, nari, gambar, fotografi banyak. Jadi udah pasti sih gue pilih seni buat jurusan tapi waktu itu belum tau bidang apa akhirnya fokus buat business nya aja, karena selama ini ngeliat langsung banyak karya bagus tapi bagian pemasaran dan pengiklanannya ga sesuai malah jadi kurang diapresiasi." kata Yujin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

her waves | heeseung ; ningningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang