chapter 1

1.4K 136 38
                                    

Manik matanya terbuka kembali, menatap sekeliling, ruangan putih yang sangat ia benci sekarang.

Ruangan yang membuat mental nya terkikis perlahan lahan bagai sebuah ombak pelan. Sungguh apa yang di inginkannya hanyalah kehidupan sekolah SMA yang normal seperti sepupu nya. Tak ada niat untuk nya terikat di sini.

Suna Rintarou.

Karakter fiksi- ah anjim salah. Maksudnya lelaki satu ini benar benar sudah merencanakan segala nya dengan sempurna.

Polisi jelas tak akan datang menyelamatkannya karna rumah yang di tempati nya hancur terbakar, kematiannya di palsukan. Saksi suna datang ke rumah dan mati di sana juga sudah jelas ada.

Bukan lagi di Hyogo. Kali ini mereka sudah berada jauh. Jauh dari tempat orang orang mengenal mereka, suna benar benar bersyukur dengan nasib perempuan yang ia culik ini, [Y/n] nama yang ia panggil sekarang tanpa ragu.

Jika gadis Asia itu menghitung tiap detik berada di sini jelas perkiraan nya sudah lebih dari dua tahun ia terperangkap di sini. Sisi bodoh suna yang selalu di lihat hanyalah bualan belaka, anak SMA kelas 2 mana sih yang sampai bisa mengubah penampilan dan menyamar. Sekarang jelas suna mulai kuliah sembari kerja part time.

Gadis dengan Surai hitam itu memandang ke langit langit ruangan. Berucap syukur karena waktu yang akan di habiskan suna dengan nya telah berkurang banyak, degup jantung yang selalu ingin hidup, rencana yang ia buat sedemikian rupa hancur karna pria gila satu ini.

"Apa kau tak pernah melarikan diri?"
"Apa kau tak mencoba memberontak?"

Perkataan seperti itu muncul pada sebuah buku yang suna berikan sebagai pengganti dirinya. Tentu buku itu telah di bakar Suna, tanpa membiarkan dirinya menyelesaikan bagian akhir cerita. Dengan tatapan dingin itu langsung menekan kedua pipi gadis yang ia sukai dengan kasar.
"Aku tak suka melihat perhatian mu pada hal lain." Ucap nya penuh Nada intimidasi. Setelah semenit dia langsung panik dan gelagapan, meski wajahnya datar kayak bokong panci, gadis yang sudah ia culik selama dua tahun itu sudah mulai hapal wajah dan gerakan Suna.

Atau mungkin lebih ke arah terpaksa menghapal gerakan dan ekspresi tersebut.

"Bertahan hidup saja. Asal badan ku lengkap aku tak peduli lagi." Batinnya sembari menyiapkan mental. Terdengar bunyi pintu yang di buka. Sudah jelas itu pintu di atas ruangan ini. Penculik macam apa yang membiarkan korban berada di rumah dengan bebas?

Suna juga tau itu, dirinya mengunci [Y/n] di ruang bawah tanah yang ruangannya sudah di cat berwarna putih, lalu menyembunyikan lorong satu satunya yang menghubungkan ruang bawah tanah tersebut dengan memodifikasi sebuah lemari pakaian.

Lemari tersebut akan terlihat biasa saja, banyak baju di dalam sana, lalu ada kain penghalang yang memiliki warna yang sama dengan lemari untuk menghalangi pintu(lorong) masuk ke bawah tanah agar tak terlihat.

Suara grasak grusuk terdengar membuat [Y/n] langsung bergetar hebat. Ayolah apa kali ini? Dia akan di siksa dengan cara apa?

Cinta yang aneh, cinta yang buruk, apa cinta itu ada. Pikiran itu mulai melayang pada dirinya semenjak setahun berada di sini. Ingin rasanya kabur tapi satu satunya jalan pasti sudah di gembok suna dengan enteng nya.

"Hei. Kau tinggal sendiri?"

Suara orang lain. Manik mata [Y/n] langsung membulat kaget, udah lah suara orang lain, cewe pula.

"Yah begitu lah. Selesaikan sekarang. Aku sibuk."

"Ey ayolah! Ga mau bersenang senang dulu nih? Kayak minum beer, atau liquor (minuman keras/alkohol) lainnya?"

"Tidak. Selesaikan saja tugas kelompok ini."

Itu lah final percakapan sampai terdengar kesunyian kembali. Nampaknya mereka pergi ke ruangan lain karna suna pasti tau kau akan berteriak meminta pertolongan jika perempuan tadi di biarkan sedikit lebih lama.
Ah suna pasti lupa. Dirinya lupa sepenuhnya, dia lupa jika lidah mu telah di potong oleh nya satu setengah tahun yang lalu.

"Sayang sekali karna aku juga jadi ga bisa mendengar suara mu yang memanggil nama ku lagi. Tapi tak apa, tangan, kaki, kepala mu masih utuh. Bahkan nyawa mu masih ada. Aku cuma perlu kau kok." Begitulah suasana hati suna yang tiba tiba bersemangat kembali dan tersenyum setelah memotong lidah mu, dirinya memaksa mulut mu terbuka dan mulai mengobati pendarahan yang keluar itu.

Entah harus di syukuri atau tidak karna kau tetap menjaga ketenangan karna sudah takut dengan midle blocker satu ini.

Meski rasanya menyakitkan, tak di baluri obat bius atau apapun bahkan dirimu masih dalam keadaan sadar saat dirinya memotong lidah mu.

Lampu mulai redup, ah apa ini artinya sudah waktunya kau di kunci di dalam kamar nya? Sementara suna akan memperbaiki lampu yang rumit ini?

Kau mau berdecih sebal nan kesal, Tapi tidak bisa akibat lidah mu yang sudah ilang. Tangan mu yang di ikat rasanya mau kesemutan, begitu pula kaki mu, pegal dan segalanya terasa di dirimu sekarang. Penderitaan gila seperti ini ingin membuat mu bunuh diri agar kabur dari tempat ini.

Sial saja pikiran mu masih terbelenggu di dalam agama, jangan menyianyiakan hidup, banyak yang menginginkan nya tapi tak bisa, urusan sama yang di atas lebih ribet.

Mati enggan hidup tak mau, itulah dirimu sekarang. Pandangan mu memburam, nampaknya kau mulai mengantuk, apa ini sudah saatnya tidur?

Mata mu kembali terpejam tapi ada sensasi aneh di dalam tubuh mu yang membuat mu terbangun kembali. Nampak tak ada yang aneh tapi kepala mu mulai pusing, badan mu lebih lemas dari biasanya.

Oh tuhan, kau berkeringat dingin sekarang, "apapun itu asal bukan sakit!" Batin mu panik, suna mudah peka dengan hal seperti ini sekarang. Dirinya benar benar tak akan rela dalam berbagai hal yang membuat mu down.

Begitu pula dengan sakit meski hanya flu ringan.

Jika di perkirakan mungkin ini hanya demam biasa, istirahat tiga hari akan menyelesaikan masalah, Tapi itu tak akan berlaku jika suna tau kalau kau sakit.

Clack

Gembok di buka. Nampak lemari itu sudah mau di masuki oleh suna.

Kau memejamkan mata mu berpura pura masih tidur, suna Tak akan macam macam dengan mu di saat tidur. Itu yang kau tau, jadi kau cuma perlu memejamkan mata dengan natural dan berharap dia pergi lagi ke atas.

"Astaga. Hei?!" Suara panik, bukan suna. Kau membelalakkan mata melihat siapa yang datang.

Seorang gadis dengan rambut ikal berwarna pirang, entah kenapa membuat mu menjatuhkan buliran air mata karna setelah sekian lama melihat orang lain selain suna.

Perempuan itu mendekati mu dengan tergesa gesa melihat dan menatap mu dengan iba. Apa yang di lakukan teman sekelasnya ini coba? Menangkap perempuan yang kelihatan sedikit lebih muda dari mereka?!

Ia cuma mengira suna menyembunyikan majalah porno di dalam sini, tapi yang ia dapat malah lebih dari hal yang dia ekspetasi kan.

"Tak apa jangan takut. Suna sedang pergi membeli kopi. Kau bisa ceri-"

"Siapa yang pergi membeli kopi?"

Pertanyaan balik muncul dengan suara yang kau kenal pasti, perempuan berambut ikal dengan Surai pirang nya itu menatap panik lelaki yang berada di belakangnya saat ini.



Note: hehe setelah menghilang malah nambah book 🗿 jika mau baca chapter dua itu udah ada di noveltoon kok.

I Just Love You Soo (Suna Rintarou x Reader)✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang