7. Mama

22.7K 3.2K 78
                                    

Taeyong masih berada di rumah Jaehyun ketika jam makan siang tiba. Mark juga sudah pulang, si cantik bergegas buatkan makan siang untuk si sulung yang sedang duduk di meja makan.

Jangan heran kalau Taeyong pinter masak. Dari kecil Taeyong cuma punya kasih sayang dari ayahnya, sarapan, makan siang, makan malam semua ayah yang masak. Semakin dewasa Taeyong berinisiatif buat belajar masak biar bisa gantiin ayah. Ternyata menguntungkan juga, soalnya Taeyong pernah menang lomba masak tujuh belasan di sekolah. Hehe.

"Makasih, Kak Taeyong." Ucap Mark sambil tersenyum menatap masakan Taeyong. Dia rikues nasi goreng omong-omong.

"Sama-sama, selamat makan Mark."

Taeyong berjalan ke belakang, duduk di sofa bersama Sungchan yang sedang memakan wafer. "Sungchan nggak tidur siang?"

Sungchan menggeleng. "Sungchan mau nonton Spongebob aja."

"Ya udah." Ucap Taeyong, ikutan nonton.

Cklek

"PAPA!!!" Sungchan berlari menuju sang ayah yang baru saja pulang. Jaehyun memang selalu pulang saat jam makan siang, memasak makanan untuk anak-anak atau membeli makanan di luar. "Sungchan udah makan."

"Makan apa?"

"Makan bento lucu, yang buat Kakak Cantik!"

"Kakak Cantik siapa?" Tanya Jaehyun heran. Matanya menatap sosok cantik yang berdiri di dekat sofa. "Taeyong, kamu disini?"

Taeyong mengangguk sambil tersenyum malu. "Saya mau bilang Bapak kalau saya main ke rumah, tapi saya lupa nggak punya nomer Pak Jaehyun."

"Jeno dimana?" Tanya Jaehyun. Dia hanya melihat Sungchan dan Mark yang sepertinya terlalu fokus dengan nasi goreng sampai tidak tahu ayahnya pulang.

"Jeno di atas Pak." Balas Taeyong. "Tadi habis makan katanya—"

Jaehyun menurunkan Sungchan dan berlalu pergi ke lantai atas. Taeyong menatap heran. Kenapa ya sama Pak Jaehyun?

•••

"Jeno."

Si kecil yang sedang bermain dengan Lego menoleh menatap sang ayah. Segera merapikan mainannya ke dalam box transparan. "Ya Papa?"

Jaehyun berjongkok, menyamakan tingginya dengan si kecil. Matanya menyendu menatap tangan kecil anaknya. "Jeno tangannya kenapa?"

Jeno menunduk menatap tangannya yang dipegang sang ayah. Taeyong sudah mengobati luka anak itu tadi.

"Sakit?" Tanya Jaehyun menyentuh plester kuning di tangan sang anak.

Si kecil menggeleng pelan. "Kaki Jeno yang sakit." Balasnya, menaikkan celana pendek yang menutupi lututnya. "Tadi berdarah, tapi Kak Taeyong udah kasih obat."

"Jeno tau nggak tadi Papa dapet telepon dari sekolah Jeno." Ucap Jaehyun sembari mengusap dahi putranya, menatap wajah bocah itu lama. "Jeno berantem?"

"Jujur Jeno, Papa nggak akan marah."

Si kecil mengangguk.

"Kenapa berantem? Papa udah pernah bilang kan jadi anak baik di rumah maupun di sekolah?"

Jeno mendongak menatap mata ayahnya. Mata sipit itu menatap sedih. "Pa, kenapa Jeno nggak punya Mama?"

"Jeno, Papa tanya kenapa kamu berantem."

"Temen-temen Jeno bilang Mama jahat. Katanya Mama nggak sayang sama Jeno makanya Mama nggak pernah mau ketemu sama Jeno. Tapi Papa bilang Mama baik, Jeno bingung."

Jaehyun memegang kedua tangan putranya, meremas tangan kecil itu pelan. "Jeno, Mama kamu sayang sama kamu, Mama Jeno nggak jahat-"

"Kalo nggak jahat kenapa Mama nggak pernah pulang? Kenapa yang ambil rapot Jeno, Kak Mark, Sungchan selalu Papa?"
Tanya si kecil.

"Jeno dengerin Papa, nggak semua orang di dunia ini punya orang tua yang lengkap. Kadang cuma Papa, kadang juga cuma Mama. Tapi Jeno harus bersyukur masih punya satu di dunia. Mungkin sekarang Jeno belum paham ini, tapi Mama selalu sayang Jeno dan bangga karena udah ngelahirin anak seganteng Jeno. Kalau Tuhan mengijinkan, Papa akan bawa Jeno ketemu Mama suatu saat nanti." Ucap Jaehyun panjang lebar. Jeno hanyalah seorang anak kecil yang penuh rasa ingin tahu, dan dia selalu penasaran kenapa dia hanya punya satu orang tua sedangkan di buku pelajarannya orang tua selalu papa dan mama bukan papa saja. Lalu, dimana mamanya?

"Maafin Papa ya, Jeno."

Jeno memeluk leher ayahnya erat. "Ayah janji?" Lagi-lagi Jeno tetaplah seorang anak yang ingin tahu sosok ibunya.

"Papa janji." Balas Jaehyun, mengusap punggung kecil anaknya.

•••

Taeyong menutup mulutnya. Seorang anak kecil bertanya dimana ibunya di depan matanya. Pemandangan itu berhasil menyentuh hati paling dalam si lelaki cantik.

Karena sesungguhnya Taeyong paham perasaan itu. Dia paham rasanya menjadi Jeno, dia paham bagaimana rasanya punya keinginan besar untuk bertemu sosok ibu yang telah melahirkannya ke dunia.

Bedanya adalah ibu Jeno masihlah ada di dunia ini sedangkan ibu Taeyong sudah bahagia di surga.

Taeyong menatap ke bawah ketika merasakan tangan kirinya digenggam.

Mark menatap Taeyong. "Boleh peluk?"
















































TBC
[6/11/2021]

Duren✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang