Mark dan Jeno sekarang sedang berada di taman sekolah, menunggu Sungchan yang belum keluar dari kelas. Entah apa yang terjadi pada anak itu.
"Kakak!"
Mark dan Jeno menoleh bersamaan ketika mendengar suara cempreng khas anak-anak yang sudah teramat keduanya hapal. Tapi kemudian tatapan datar keduanya berubah menjadi tatapan bingung ketika mendapati si bungsu digandeng oleh sosok perempuan cantik berambut panjang.
Wajah Sungchan nampak bahagia sekali, jadi dapat Mark simpulkan wanita itu adalah orang baik-baik. Tapi siapa? Mereka bahkan tidak mengenal atau merasa pernah bertemu. Apakah itu kerabat ayahnya yang lain?
"Kakak!"
Mark menarik si bungsu mendekat, otomatis gandengan tangan si wanita terlepas. Namun, wanita itu hanya menatap dengan tatapan yang tidak Mark pahami.
"Jangan deket-deket orang yang nggak dikenal, inget nggak?" Ucap Mark semberi berbisik. Sungchan menatap si wanita kemudian.
"Tapi Mama baik kok."
•••
"Jaehyun." Panggil Amanda untuk yang kesekian kali, berharap kali ini mendapat jawaban pasti dari sosok pria tampan yang duduk tepat di hadapannya.
Jaehyun bergeming, masih tidak percaya dengan sosok wanita yang tengah bersamanya sekarang ini. Seperti mimpi, Jaehyun rasanya berada di awang-awang.
"Kamu denger aku, Jaehyun?" Tanya Amanda kemudian, mengibaskan tangannya ke depan wajah si yang lebih tua.
Jujur saja Jaehyun merasa sedikit 'aneh' ketika Amanda tidak lagi memanggilnya dengan embel-embel 'kakak' yang selalu disematkan wanita cantik itu dulu padanya. Tapi sekali lagi Jaehyun memaklumi, mereka tidak sedekat dulu walau pernah punya cerita bersama. Mungkin saja ini upaya Amanda untuk melupakan kenangan pahit yang telah berlalu.
Yah, setidaknya Jaehyun sekarang ini sudah berhasil move on. Lagipula Amanda juga akan menikah, tidak masalah kan kalau mereka berdua sedikit berbincang?
"Gimana kamu bisa sampai kesini?" Tanya Jaehyun, awalan yang lumayan.
Amanda tersenyum ketika mendapatkan balasan. "Ya bisa, aku naik pesawat ke Indonesia." Balasnya. Tidak heran lagi, Amanda adalah penjawab yang handal walaupun terkadang buat jengkel.
"Aku nggak tanya itu, Manda, kenapa kamu ke Indonesia? Bukannya kamu mau menikah sama tunanganmu? Dimana dia?"
Amanda terkikik. "Tenang, tanya pelan-pelan aja. Dia juga di Indonesia kok, ngurus kerjaan. Makanya aku bisa kesini, nyamperin kamu dan anak-anak."
"Aku masih kaget. Belum siap tapi udah terlanjur kamu duduk di hadapanku."
"Maaf ya, Kak."
Jaehyun menatap Amanda serius. "Semuanya udah berlalu, nggak ada yang perlu disesali."
Amanda menunduk sedih, memilin blouse yang wanita itu kenakan. "Seandainya waktu itu aku nggak mentingin egoku pasti anak-anak dapat kasih sayang ibu. Tapi-"
"Kita cuma bisa berandai-andai aja untuk cerita yang lalu, cerita yang kamu sesali itu nggak akan pernah bisa terulang lagi."
"Maaf karena udah ninggalin Kakak dan anak-anak, bahkan waktu perceraian kita dulu aku belum sempat ucapin perpisahan. Maafin aku udah hancurin kehidupan rumah tangga impian Kakak, buat anak-anak selalu bertanya-tanya kemana aku pergi dan kapan aku pulang. Makasih juga udah ngerawat anak-anak dengan amat sangat baik, aku bisa lihat mereka anak-anak yang pintar dan sopan. Mereka nggak kekurangan kasih sayang dari Kakak. Mungkin aku terkesan egois karena tiba-tiba bilang ini, tapi aku bener-bener berterimakasih atas semua kebaikan yang Kakak lakuin ke aku." Ucap Amanda. Wanita itu mengusap pucuk matanya yang mulai meneteskan air mata. Sekarang dia benar-benar menyesal telah meninggalkan anak-anaknya. Tapi Tuhan berkata lain, jodohnya bukan Jaehyun, maka Tuhan pisahkan mereka untuk buat takdir yang telah tertulis.
"Kak, kalau aku kangen mereka. Boleh aku datang bertemu anak-anak?"
Jaehyun mengangguk. "Gimanapun kamu ibu mereka. Ada mantan suami tapi nggak ada yang namanya mantan anak, kamu boleh ketemu anak-anak kapan aja kamu mau." Balasnya.
•••
Taeyong tersenyum menatap tote bag berisi cookies dan makanan ringan yang ia buat bersama ayahnya. Hari ini dia sengaja membuat banyak untuk Mark, Jeno dan Sungchan. Mereka pasti sangat menyukainya.
Tapi langkahnya terhenti ketika mendapati halaman rumah Jaehyun ramai dengan anak-anak, maksudnya Mark, Jeno dan Sungchan yang sedang bermain dengan seorang wanita berambut panjang.
Mungkin saja salah satu teman Jaehyun datang berkunjung dan bermain bersama anak-anak. "Halo anak-anak!" Sapa si lelaki cantik.
Jeno menoleh, segera berlari memeluk paha Taeyong.
Mark menatap sekilas kemudian lanjut memetik bunga. Sungchan fokus bermain pasir bersama si wanita cantik.
"Hey, kenapa?" Tanya Taeyong sembari mengusap pucuk kepala Jeno. "Laper?"
Jeno mengangguk lemas. "Laper banget, tapi Papa belum beli makanan."
Taeyong menghela napas, padahal dia melihat mobil Jaehyun terparkir di halaman. Lalu mengapa pria itu tidak memberi ketiga putranya makan?
Kemudian Taeyong berjalan ke arah si wanita setelah mengatakan akan memasak makan siang pada Jeno.
"Halo, permisi."
Si wanita mendongak menatap sosok Taeyong yang berdiri dengan kemeja putih kebesaran dan celan jeans.
Amanda berdiri sembari melempar senyum hangat, membersihkan tangannya dari debu. "Hai, kamu Taeyong?" Tanya si wanita cantik.
Taeyong tertawa canggung sembari tanggapi uluran tangan Amanda. Dia tidak tahu darimana wanita ini mengetahui namanya.
"Aku Amanda."
TBC
[14/11/2021]
KAMU SEDANG MEMBACA
Duren✅
Fanfiction[END] Nasib Taeyong ditaksir duren anak tiga. [⚠] BxB, Mpreg, Non-baku. © kelonin, 2021.