5. Traktir?

61 32 1
                                    

          "Za, istri lo nyariin. Ini nih dia ngegodain adek kelas," adu Alfin membuat Reza tersenyum dan menggeplak kepalanya.

"Cepet!" Vira menariknya untuk bangkit, Reza pun dengan bingung mengikutinya, "Mau ke mana, sih? Jangan dulu minta ke KUA gue belum siap," kata Reza membuat Vira mendengus kesal.

"Maruk lo!" sahut Vira dan melepaskannya saat sampai di ujung koridor yang sedikit sepi jarang orang lewat, "Oh, lo ngajak gue mojok? Ayo lah!" kata Reza menarik nya untuk duduk di kursi, tapi Vira menepisnya.

"Lo apain buku uang kas gue?!" tanya nya mengacungkan buku uang kas di tangannya, "Apa yang salah? Oh, gambar diri lo? Miripkan sama lo? Garang dan suka marah-marah."

"Bukan yang itu maksud gue! Pembayaran kas gue, kenapa lo isi?"

"Oh, itu? Ya... gue bayarin lo."

"Lo gak usah sok baik! Gue bisa bayar sendiri kok."

"Tapi lo nunggak 7 kali kalau yang lain liat itu bisa jadi contoh dan senjata kalau lo nagih."

"Ya terserah gue dong, gue nunggak juga ada maksudnya! Lo ngehancurim semuanya!"

Reza terdiam tak mengerti apa maksudnya sih? "Nih, uang lo gue ganti!" ucap Vira dan memasukan uangnya ke dalam saku baju Reza.

"Gak usah diganti, gue ikhlas kok," kata Reza hendak mengambil uangnya lagi, tapi Vira sudah segera pergi dengan langkah yang cepat membuatnya semakin bingung saja
"Gak ngerti heran!".

***

Reza menepikan motornya di sebuah Cafe dan Vira pun turun tanpa menunggu Reza. Ia memasuki Cafe menghampiri kasir.

"Heh, Rentenir! Tungguin napa!" seru Reza melepas helmnya dan segera menyusul Vira yang sudah duduk di kursi. Heran gadis itu memang sangat to the point gak suka basa-basi. Reza baru menemui spesies seperti ini yang menurutnya sangat langka.

"Lo mau ke mana sih buru-buru amat?" tanya Reza dengan heran menatap Vira yang memainkan ponselnya.

"Gue bilang gak ada waktu lain," jawabnya tanpa menoleh.

"Ya tapi kan–"

"Berisik, bisa diem gak sih lo? Kerjaan lo itu ngomentarin hidup orang mulu."  Reza hanya terkekeh cengengesan di tempatnya, "Iya lo bener. Itu emang kerjaan gue. Abisnya gue gak bisa mingkem meski cuman semenit aja."

"Makanya lo belajar mingkem sama Rizal."

"Hah? Si kulkas? Dia emang udah dari lahir mingkem."

"Ya gak mungkin bayi lahir mingkem."

"Eh, lo gak percaya? Si kulkas itu contohnya. Sifat dewasa sekarang itu bawaan dari lahir."

"Ya terus? Menurut lo, pas lo lahir lo langsung berkoar?"

"Ya... gak gitu juga, tapi–. "Pembicaraan Reza yang ambigu terselamatkan oleh pelayan Cafe yang membawa nampan berisi makanan. Ia akhirnya menghela napas lega, "Lo gak pesen makanan?" tanya Reza menatap Vira yang malas dan hanya memesan minuman.

"Tujuan gue kan traktir lo. Makan aja banyak bacot bat!"

"Gak bisa gitu lah. Nih, lo makan yang ini. Gue gak suka yang banyak berminyak."

"Sok pilih-pilih lo." Reza hanya tersenyum mendengarnya, membiarkan Vira melahapnya. Keduanya pun menikmati makanan. Vira diam saja mendengar ocehan dari mulut Reza meski mulut penuh cowok menyebalkan itu tetap bicara. Vira berharap dia tersedak dan terbatuk kuat. Namun, sayangnya tak terjadi apa pun. Cowok itu pandai berbicara dalam keadaan apa pun, Fiuh!

⁝⁞⁝⁝⁞⁝⁝⁞⁝⁝⁞⁝

Next...

Kulkas Aktif《Completed》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang