Blood and Love

564 36 9
                                    

Jiwoo berhasil menekan Choi Mujin kedinding, pisau yang dipengang Jiwoo kini hanya berjarak 10mm saja dari tenggorokan Choi Mujin.

Mereka saling bertatapan . Rasa sakit penghiantan terukir jelas dimata mereka berdua.
Mereka berdua sama-sama merasa dihianati.
Rasa sakit hati mereka sama-sama parahnya.
Luka ditubuh mereka bahkan tidak terasa sakit sama sekali.
Jika ada yang harus berteriak minta tolong , sudah pasti hati mereka yang akan berteriak.

Bahkan mata yang bisu pun masih bisa memancarkan rasa sakitnya.

Jiwoo tidak mengerti, kenapa harus pria ini yang sekarang berada didepannya untuk dia bunuh.

Bukan kah pria ini yang menyelamatkannya,
Menemukan dirinya dari gang dingin menuju kematian,
pria ini juga,yang memberinya rumah, kepercayaan dan kekuatan untuk menyelesaikan dendam dihatinya.

Tapi kenapa ..
Tapi kenapa harus pria ini yang berada didepannya.

"Weeee........." Jiwoo tanpa sadar berteriak didepan pria yang sebentar lagi akan mati ditangannya.

Jiwoo menatap mata Choi Mujin sekali lagi.
Teringat Sesuatu yang telah dia sembunyikan selama beberapa tahun ini . Tanpa seorangpun yang tau.
Jiwoo masih memiliki hati dan sebuah keinginan.

Setelah semua ini berakhir.
Dia berharap bisa mengutarakan perasaannya pada Choi Mujin.
Perasaan yang tanpa sadar berkembang dihatinya setelah beberapa tahun ini.
Jika ditanya kenapa dia kuat menjalani hidupnya selama ini, tentu saja alasan pertamanya karena ingin balas dendam . Namun jika ada yang bertanya apa keinginannya setelah balas dendamnya usai?

Bersama Choi Mujin adalah jawabnya.
Bagaimanapun kerasnya hidup Jiwoo selama ini, bukan berarti dia tak memiliki hati.

Terkadang ada malam, yang membuatnya bahagia, senyumnya timbul saat mengingat hal-hal kecil bersama Choi Mujin.

Seperti saat, mereka berdua bisa bertemu satu sama lain . Dan Membicarakan hal-hal kecil tentang keadaan mereka.

Sejujurnya Tanpa sadar hubungan mereka nyatanya saling memiliki ketergantungan.

Choi Mujin yang memiliki hati sedingin es. Hanya dengan Jiwoo, dirinya bisa mencair.
Senyum bisa terukir dibibirnya.

Choi Mujin mungkin merasa gila,
saat membiarkan hatinya jatuh tenggelam kedalam diri Jiwoo, seorang putri dari sahabatnya yang berhianat.

Tapi persetan dengan semua itu.
Bagaimana seseorang bisa memilih dengan siapa mereka akan menenggelamkan hati mereka.

Tangan Choi Mujin yang menahan pisau Jiwoo, kini melemah.
Pandangan matanya yang tajam dan penuh kekecewan mulai terkikis.

Jiwoo sedikit terkejut dengan hal ini.
Hati Jiwoo bergetar dia membenci situasi ini.
Matanya tidak fokus lagi.

"JANGAN LENGAH" Teriak Choi Mujin sambil menggenggam keras tangan Jiwoo dan mengarahkan pisau yang dipegang Jiwoo ketenggorakannya sendiri.

Kini pisau itu mengenai kulit tenggorakkannya ,sedikit darah segar kembali membasahi pisau yang Jiwoo pegang.

Tak terduga Jiwoo menahan gerakan itu. Jiwoo menahan pisau itu masuk lebih dalam ketenggorakan Choi Mujin.

Jiwoo ingin memastikan sesuatu,dia menoleh kearah senjata yang sedang digenggam tangan kiri Choi Mujin.

Dia melihat senjata itu dan tersadar.
dia bukan wanita yang beruntung dalam pertarungan ini.

Dia menyadari senjata yang digunakan Mujin bukan pelurunya yang habis.
Tapi Mujin ternyata sudah mengeluarkan magazen (salah satu bagian pada senjata untuk tempat penyimpanan peluru)
dari pistolnya . Saat sedang bertarung tadi.

Love and BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang