Cerita ini dibuat berdasarkan realitas, alias mengikuti perkembangan zaman. Cerita ini juga mengandung kata-kata kasar, yang mungkin bisa membuat pembaca tidak nyaman.
Be a mature reader.
❦
Gibran bersiul ke arah Aldrian, lalu menepuk meja dengan semangat. "Dengerin nih, gue kasih tau cara first date yang bener. Ini berdasarkan pengalaman gue sama Shakila waktu awal pacaran."
Aldrian hanya melirik malas, sementara yang lain mulai fokus mendengarkan. Gibran mengangkat satu jari.
"First of all, dress well. Udah pasti, bro. Jangan cuma kaosan kayak lu biasa. Kalau bisa, pake sweater atau kemeja, biar ada effort dikit!"
Bagas mengangguk setuju. "Bener tuh. Masa first date mau kayak mau main futsal?"
Gibran mengangkat jari kedua.
"Kedua, siapin topik! Jangan diem-dieman kayak bocah SD. Minimal lo tau hal-hal yang bisa bikin dia nyaman ngobrol sama lo."
Rizal tertawa. "Ini yang susah buat Aldrian, si manusia cuek."
Jari ketiga terangkat.
"Ketiga, pastiin lo yang bayar pas first date! Lo kaya, Al. Jangan pelit. Beliin aja apa yang dia mau."
Shakila yang duduk di samping Gibran mengangguk setuju. "Bener banget. Cewek bakal ilfeel kalo cowok pelit di first date."
Aldrian hanya menatap mereka dengan ekspresi datar. "Gue cuma pengen liat café-nya dulu."
Shakila menyeringai. "Iya iya, pengen liat café, tapi ending-nya ngajak Reina kan?"
Aldrian mendengus.
Lalu, dengan ekspresi santai, Shakila menambahkan, "Tapi yang paling penting... lu tanyain dulu, dia free nggak?"
Gibran terkekeh. "Nah, itu bener. Jangan sampe lu dateng ke café, tapi dia malah ada urusan lain. Ntar lo ngopi sendirian kayak orang bego."
Bagas menepuk bahu Aldrian. "Jadi, lu kapan ngajak dia?"
Aldrian hanya diam. Tapi di dalam pikirannya, dia mulai menyusun rencana... Aldrian menghela napas, merasa percuma berdebat dengan teman-temannya. "Gue belum kepikiran mau ngajak dia."
Namun, Gibran, Bagas, dan Rizal saling berpandangan, seolah mereka sudah punya rencana sendiri.
"Oke, kalo gitu kita yang bakal cari cara biar lo ketemu Reina," kata Bagas dengan smirk khasnya.
Aldrian mengernyit. "Ngapain lu semua repot?"
Shakila menyeringai, "Karena ini menarik. Lu, Aldrian Devandra, cowok paling cuek sedunia, akhirnya berusaha mendekati cewek. Ini sejarah, Bro."
Ilona tertawa sambil menggulir ponselnya. "Udah, tinggal tunggu aja. Kalo jodoh mah pasti ketemu."
Aldrian memilih untuk tidak menanggapi lebih lanjut.
Tapi dalam kepalanya, dia sudah merancang satu hal:
Mungkin... besok dia bisa cari cara buat ngobrol sama Reina.
———
Keesokan Harinya
Suasana kampus masih seperti biasa. Aldrian baru saja selesai kelas paginya dan berjalan keluar menuju parkiran motor. Di tengah langkahnya, matanya tanpa sengaja menangkap sosok Reina, yang berdiri di dekat mading lorong.
Gadis itu tampak serius membaca pengumuman Olimpiade dan pertukaran pelajar ke luar negeri. Aldrian memperhatikan sebentar. Dia sempat berpikir, Apa Reina tertarik buat daftar? Tapi yang lebih membuatnya berpikir adalah... Gimana cara mulai ngobrol tanpa kelihatan aneh?

KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled Hearts
Подростковая литератураReina Arabella tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis di usia 20 tahun. Ayahnya, sosok yang begitu protektif, tiba-tiba mengumumkan perjodohannya dengan Aldrian Devandra, pria yang terkenal dingin, tertutup, dan sulit didekati. Mereka be...