Bagian 4

231 50 8
                                    

Aran kini sudah kembali ke Jakarta untuk mengikuti perkuliahan. Sebelumnya aran sudah berusaha membujuk chika untuk kembali dengannya ke Jakarta tapi chika tidak mau dan lebih memilih kelas online saja. Sebenarnya aran juga bisa mengambil kelas online tapi aran sudah semester akhir dan dirinya tidak ingin menyia-nyiakan waktunya itu. Jika ditanya apakah chika masih marah pada aran. Jawabannya tentu masih walaupun sudah sedikit berkurang. Chika sendiri pun tidak tahan jika harus berdiam-diaman dengan aran, tpi jika mengingat kemesraan aran dengan angel dan waktu Aran membentak nya tentu itu membuat chika jengkel.

Aran sedang berada di perpustakaan dengan earphone tertempel di telinganya, tangannya sibuk membolak balikan buku, dan sesekali melirik ponselnya. Sejak chika marah chika tak pernah menghubungi aran terlebih dahulu, dan jika aran sudah menghubunginya chika bakal slow respon.

"Masih marahan lo? " Tanya dheo yang hanya diangguki oleh aran

"Makanya udah tau cewe lo cemburu berat sama angel, pake lo Terima job itu lagi"

Aran melirik dheo dengan tatapan yang mematikan. Dheo yang diperlakukan seperti itu hanya bergidik ngeri dan kembali fokus ke bukunya.

Aran menghela nafas panjang. Entah cara apalagi yang harus dilakukan untuk membujuk chika. Bahkan es krim pun sudah tidak mempan lagi. Sejarah itu chika dengan aran.

###

Di kediaman mami aya, chika sedang mengikuti perkuliahan online yang ditemani oleh vito. Sebenarnya mami aya yang menyuruh vito untuk datang kerumah karna dirinya akan pergi sampai malam. Mami aya tidak mau gadis cantiknya sendirian dirumah sebesar ini.

Setelah hampir 2 jam mengikuti perkuliahan online vito mengajak keluar chika untuk makan siang bersama. Chika hanya mengangguk sebagai bentuk persetujuannya. Lagipula pagi tadi dirinya hanya memakan selembar roti dan segelas susu saja.

"Makan yang banyak chika" Ucap vito saat makannya sudah datang

"Iya kak"

Chika merasakan kebimbangan saat ini. Aran sedari pagi belum juga mengirim pesan untuk dirinya. Apa aran juga marah karna sifat kekanakan nya. Bahkan makanan yang didepannya hanya diaduk-aduk saja. Vito yang melihatnya langsung menarik piring chika dan menyuapi chika. Entah cape atau banyak pikiran chika menerima suapan dari vito begitu saja.

###

Aran melajukan mobilnya ke Bandung. Sesekali aran melihat arloji yang melingkar ditangan kirinya. Masih ada waktu 30 menit sebelum jam 9 malam. Aran berharap chika masih belum makan malam. Karna aran rela menahan laparnya demi makan bersama chika. Seharian ini aran disibukan dengan tugas kuliah dan beberapa photo shot, sampai dirinya lupa belum menghubungi chika. Aran paham pasti chika akan betambah marah pada dirinya.

20 menit kemudian aran sampai dipekarangan rumah chika. Dengan tergesa-gesa keluar mobil dan berjalan cepat menuju rumah chika. Sebelum mengetuk pintu aran menyunggingkan senyum dengan barang yang berada di tangannya. Bucket mawar dan sekantong kresek berisikan es krim dan coklat.

Tok... Tok... Tok....

"Aran? " Sapa mami aya

"Hallo mami, chika ada? "

"Chika tadi siang ijin sama mami keluar bareng vito. Sekarang belum pulang" Aran yang mendengar itu hanya tersenyum kecut

"Mm, kalo gitu titip ini ya mi buat chika. Aran pamit dulu"

"Loh, aran ini udah malem lo. Ngga mau mampir dulu? Chika paling bentar lagi pulang"

"Engga mi, makasih. Besok lagi aja aran balik kesini"

"Aran pulang ya mi" Lanjut aran, kembali menuju mobilnya dengan wajah yang lesu dan juga kecemburuan yang menyelimuti hatinya

"Seasik apa si chik seorang vito buat kamu, sampe main ga inget waktu" Gumam aran yang sudah menjalankan mobilnya

.
.
.
.
.
.
.

Ga tau kenapa yah. Ngeliat Chika kaya beda gitu :)

My PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang