Tempat selanjutnya yang menjadi tujuan akhir Joohyun dan Minjeong di penghujung hari adalah Sungai Han. Keduanya tampak berjalan santai sembari menikmati saat-saat menenangkan seperti ini. Angin sejuk yang berhembus membuat rambut tergerai indah keduanya tertiup kesana kemari.
Sebelum mencari tempat untuk menyegarkan pikiran di sekitar Sungai Han, Minjeong terlebih dulu menarik Joohyun untuk pergi membeli es krim. Tidak punya kesempatan untuk mengatakan apa-apa, Joohyun pun menurut.
Selesai dengan urusan membeli es krim sebagai sesuatu yang akan menemani kegiatan santai mereka di sore menjelang malam ini. Duduk bersebelahan di satu bangku panjang yang tersedia, untuk beberapa menit Bae bersaudara sibuk terlarut dalam pikiran masing-masing. Akan tetapi, tentu saja mulut kedunya tetap bergerak menikmati es krim di tangan mereka.
Hampir 20 menit berlalu, dengan suasana ekstra hening karena keadaan sekitar pun mendukung mereka untuk tidak berbicara, akhirnya Minjeong mulai membuka konversasi.
"Eonni," panggil Bae Minjeong.
Joohyun bergumam ringan sebagai tanggapan. Pandangannya masih setia lurus ke depan, tidak menoleh pada sang adik.
"Boleh aku tahu, alasan kenapa eonni bersedia menikah dan menerima Sehun oppa?"
Keduanya terdiam untuk beberapa saat, sebelum Minjeong mengoreksi pertanyaannya kembali agar tidak terjadi kesalahpahaman. "Maksudku, aku memang belum mengenal lama Sehun oppa. Tapi aku cukup yakin jika ia bisa menjadi pasangan yang tepat untukmu. Hanya saja—,"
"...tidakkah eonni ingin menikah atas dasar cinta? Bukan semata karena dijodohkan."
Joohyun belum bergerak sedikit pun. Ia mendengar dengan baik seluruh pertanyaan yang dipaparkan Minjeong. Masih menatap lurus ke depan, Joohyun kelihatan menarik nafas perlahan tanpa menimbulkan suara.
"Aku menerimanya, karena itu pilihanku. Dan... aku bersedia melakukannya." Itu jawaban yang cukup mengejutkan bagi Minjeong.
Dengan raut yang sulit digambarkan, adik Joohyun kini memiringkan tubuhnya condong ke arah kakaknya. "Meskipun eonni tidak tahu bagaimana perasaan kalian satu sama lain? Dan eonni ke depannya akan menghabiskan hidupmu dengan Sehun oppa bagai orang asing jika kalian benar-benar menikah?"
"Itu keputusanku. Maka aku akan menerima konsekuensinya."
Sorot mata Minjeong kini penuh kekhawatiran setelah Joohyun memberi jawabannya. Minjeong adalah adiknya, ia tentu tahu jika kini sang kakak mencoba tegar di hadapannya. Pikiran Joohyun pasti kacau, dan perjodohan itu mungkin menjadi salah satu beban pikirannya.
"Kenapa?"
"Maksudmu?"
Minjeong menghela nafasnya berat, "Kenapa eonni tidak melakukan sesuatu yang bisa membuat dirimu sendiri bahagia? Kenapa kau harus selalu menuruti perkataan eomma dan appa?"
Kembali. Joohyun bungkam untuk beberapa menit. Masih setia tidak menoleh ke arah sang adik. "Aku melakukannya atas dasar keinginanku sendiri." Katanya.
"...untuk urusan menuruti eomma dan appa, entah itu pilihan yang benar atau salah." Usai memberi jeda pada kalimat pertama, si gadis melanjutkan.
Kembali, ada jeda yang Joohyun berikan sementara matanya sibuk menelusuri pemandangan Sungai Han yang terpampang di depan mata.
"Dan—soal bahagia? Aku rasa... aku sudah cukup bahagia dengan semua yang aku miliki." Baru setelahnya, Bae Joohyun kini memalingkan wajah ke arah Minjeong. Ia sisipkan senyum tipisnya pada sang adik. "Karena itu, jangan mengikutiku. Lakukan apa yang ingin kau lakukan dan berbahagialah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Redamancy [HUNRENE]
Genç Kurgu[ON GOING] (n.) an act of loving the one who loves you; a love returned in full.