Hari ini, satu kecamatan mengikuti sebuah acara jalan santai yang diadakan oleh sebuah komunitas seni untuk memeriahkan acara hari Pahlawan 2021.
Nama komunitasnya adalah Asa dan Karsa. Mereka mengundang satu kecamatan, terlebih lagi anak-anak sekolah untuk mengikuti jalan santai keliling satu daerah. Setelahnya, akan diadakan acara pemberian Door Prize kepada siapa pun yang membeli kupon berisi nomor yang akan diacak dan diambil oleh pembawa acara.
Yang nomor kuponnnya sama dengan yang disebut si pembawa acara, berhak mendapatkan barang atau hadiah yang disediakan di atas panggung.
Sebagai ketua OSIS, tentunya Wilson menjadi orang yang bertanggung jawab mengajak seluruh siswa satu sekolah untuk mengikuti event ini.
Wilson juga yang berhak mengatur koordinasi dengan anggota OSIS dalam mengawasi siswa selama jalan santai berlangsung. Dia cukup sibuk. Terbukti dari banyaknya guru yang menghampirinya untuk memberikan arahan.
Bohong saja jika Willa mengatakan dia tidak terpana sama sekali ke Wilson. Penampilan lelaki itu hari ini amat menarik perhatian. Surya, selaku anggota OSIS biasa saja merasa ada suatu aura besar yang terpancar dari Wilson, apa kabar dengan para perempuan? Meleyot mereka.
Wilson sesekali berjalan mendahului para siswa di luar barisan untuk mengawasi. Herannya dia, para siswa tidak berjalan dengan santai, melainkan melangkah cepat hampir berlari seperti buronan. Mereka ingin cepat sampai ke finish. Padahal ini bukan lomba. Wilson sampai pusing sendiri.
"Anak-anak susah banget diatur," keluhnya sekilas ketika berhenti di sebelah barisan jalan santai para perempuan di sekolahnya. Dia pun berjalan lagi, sedikit berlari untuk mengatur yang laki-laki.
Willa mengamatinya dari jauh. Dia terpana cukup lama karena Wilson tadi baru saja lewat di dekatnya.
Beberapa detik setelah itu, tak sengaja telinganya mendengar ada beberapa suara kegenitan.
"Tipe ceweknya Wilson kayak apa, sih?"
"Entahlah. Please, ganteng banget. Harus foto pokoknya! Nanti pas udah sampai lapangan balai desa, lo potoin gue ya!"
Willa menggerutu mendengar kalimat para perempuan di belakangnya itu dan menoleh sekilas.
Oh, para kakak kelas yang seangkatan dengan ketua OSIS sebelumnya, Gardi. Pantas saja jika mereka senyaring itu berbicara. Biasalah, senior.
Willa menggelengkan kepala.
Begitu kepalanya kembali menatap ke arah rombongan depan, tiba-tiba Willa berpapasan dengan Wilson yang masih sibuk mengawasi para siswa. Seketika, pandangan lelaki itu bertemu dengannya. Willa hanya menaikkan sebelah alis sebagai sapaan terhadap TEMAN BAIK-nya itu.
Namun, bukannya kembali fokus mengawas, Wilson malah ikut berjalan tepat di sebelah Willa, membuat bisik-bisik para senior semakin menjadi. Gebi juga nyaris saja menjerit kecil karena kaget dengan tingkah laku ketua OSIS mereka. Sempat ya menghampiri gebetan ketika sedang bertugas.
"Habis dari jalan santai nanti temenin gue dulu ya Will," pinta Wilson, masih setia berjalan di sebelah Willa sekitar satu menit.
Mau tak mau Willa mengiakan saja. "Iya, dah. Udah, lo ke sono aja, samping Pak Adren! Daripada di sini, malah dicariin."
Wilson mengernyit. "Lah, ngusir?"
"Tapi, kan, ini demi kebaikan lo juga. Daripada nanti lo dicap nggak bertanggung jawab penuh."
Lelaki dengan seragam olahraga berwarna jingga itu pun manggut-manggut. "Ya sudah, ketemu di lapangan ya!" pamitnya sebelum melangkah cepat mendahului dan keluar dari barisan para siswa lagi.
Samar-sama Willa mendengar bisikan para kakak kelas itu. Lambat laun, ucapan itu seperti tersebar ke seluruh barisan siswa.
"Willa fake."
= Because I'm Fake Nerd! =
Hayoloh, hayoloh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I'm a Fake Nerd!
Teen FictionWillana Miranika, si gadis halu yang suka baca buku. Minimal, sehari dia bisa membaca tiga buku sampai selesai. Kerjaannya halu dan selalu bilang, "Seandainya begini, seandainya begitu." Wilson Mardagasa wakil ketua OSIS yang sebentar lagi akan dica...