Author's Pov
Seperti apa yang Harry dan teman – temannya rencanakan, mereka pergi setelah pernikahan Bill dan Fleur.
Namun, malam di saat pernikahan itu berlangsung terjadi sebuah kekacauan. Para pelahap maut datang dan menyerang mereka semua. Harry, Ron, dan Hermione bergegas berkumpul untuk pergi.
Sebelum itu, Harry sudah berpesan pada Helio untuk berusaha mencari tempat yang aman serta menjaga Sirius. Helio yang mengerti segera pergi membantu para tamu, sedangkan mereka bertiga pergi dengan menggunakan portkey.
Kini, mereka bertiga berada di sebuah hutan bersalju. Tidak banyak yang bisa mereka lakukan malam itu, kecuali mendirikan tempat dan tidur untuk mengisi tenaga.
Dini hari, Harry terbangun lebih dulu. Sembari mencari kacamata nya yang entah berada dimana, sebuah cahaya terang mengganggunya. Ia menoleh ke arah kiri, melihat cahaya tersebut yang berada di luar tenda.
Ia berdiri, lalu tidak sengaja menyenggol kacamatanya yang ternyata ada di bawah. Harry segera mengambil kacamata tersebut, lalu bergegas memakainya sembari berjalan keluar dari tenda.
Keadaan di luar tenda masih gelap. Harry menggunakan tongkatnya, mengucapkan mantra 'lumos'. Harry kembali menoleh, mencari cahaya tersebut. Setelah menemukannya, Harry mendekati cahaya tersebut. Setiap langkah Harry lewati, hingga akhirnya ia sampai di depan sebuah danau yang membeku.
Awalnya, Harry ragu untuk mendekati danau itu. Namun, setelah melihat sesuatu yang familiar di bawah lapisan es danau tersebut, Harry pun mendekatinya.
Tepat di tengah danau tersebut terdapat bagian es yang sudah hancur. Menyebabkan adanya sebuah lubang yang membuat Harry bisa mengintip ke dasar danau tersebut.
Mata Harry membulat begitu melihat pedang dengan hiasan ruby merah yang berada di dasar danau. Ia tau betul pedang itu. Pedang yang ia gunakan untuk melawan Tom Riddle saat dirinya masih berada di tahun kedua.
Tanpa pikir panjang, Harry segera melepas pakaiannya. Sambil menahan dingin, ia melangkah masuk ke dalam lubang tersebut. Ia meringis, air danau yang begitu dingin menusuk tubuhnya.
Harry menarik napas dalam, lalu menyelam ke dalam danau. Ia menggerakan tangan serta kakinya, hingga akhirnya sampai di dasar danau. Ia bergegas mengambil pedang tersebut, lalu kembali berenang menuju lubang es.
Namun, begitu sampai di atas, Harry dibingungkan dengan lubang yang menghilang. Harry berusaha untuk mencari lubang tersebut, namun tidak menemukannya. Tiba – tiba sesuatu menarik kakinya.
Harry berteriak, tangannya memukul – mukul lapisan es yang ada di depannya. Ia berusaha untuk menjebol lapisan es tersebut, namun tidak berhasil. Pedang yang ia bawa pun sudah kembali terjatuh ke dasar danau akibat Harry yang meronta – ronta.
Di saat genting seperti itu, tiba – tiba lapisan es mulai terbuka. Terlihat Ron yang memanggil – manggil Harry dan mengulurkan tangannya.
Harry berusaha untuk meraih tangan Ron, namun entah apa terus menariknya menjauh dari Ron. Sosok itu membawa Harry menuju dasar danau. Ron yang tidak tau harus melakukan apa akhirnya mengambil tongkatnya, lalu mengucapkan mantra 'lumos' dan melempar tongkatnya ke dalam danau.
Seketika, sosok yang menarik Harry melepasnya. Harry bergegas berenang mendekati lubang tempat Ron berada, tidak lupa membawa pedang serta tongkat Ron.
Begitu mendekat, Ron segera mengulurkan tangannya. Harry meraihnya, lalu Ron menariknya keluar dari danau. Keduanya terengah – engah, terduduk di lapisan es danau tersebut.
"Apa yang kau pikirkan sampai – sampai menyelam ke danau yang beku?" Tanya Ron yang masih terengah – engah. "Kau hampir saja mati!"
Harry yang juga masih berusaha untuk mengatur nafasnya pun menunjuk ke arah pedang yang ia lempar ke arah kanan. "Itu,"
"...Pedang?" Tanya Ron bingung. "Kau merelakan nyawamu untuk pedang itu?"
"Itu bukan sekedar pedang, Ron." Ujar Harry. "Pedang itu milik Godric Gryffindor. Pasti suatu saat kita membutuhkannya."
Ron menggeleng – gelengkan kepalanya, lalu berdiri. "Ayo kembali ke tenda. Lain kali, aku harus mengikatmu agar kau tidak melakukan hal gila seperti ini lagi."
•••
Pagi hari tiba, ketiga remaja tersebut berbincang bersama di luar tenda.
Tentunya, Ron menceritakan kejadian semalam dengan heboh kepada Hermione. Hermione yang mendengar bahwa Harry hampir mati pun mengomeli Harry dan memintanya untuk tidak gegabah dalam melakukan sesuatu.
Harry juga menjelaskan kalau ia terbangun dan tertuntun untuk pergi ke danau tersebut karena adanya sebuah cahaya yang mengganggunya.
Hermione tidak ingin bertanya lebih lanjut, begitu juga dengan Ron. Mereka hanya meminta Harry untuk bersikap lebih hati – hati dalam melakukan apapun.
Di saat kedua temannya terdiam, Harry berdehem. "Teman – teman,"
Hermione dan Ron menoleh, "Apa?"
"Menurut kalian, ruangan siapa yang akan kita hampiri saat di Gringotts nanti?" Tanya Harry yang menatap kedua temannya.
"...Bellatrix?" Ujar Ron asal. "Entahlah, tapi, aku berfirasat ia menyimpan trofi itu di ruangannya."
"Oh, ya? Haruskah kita mempercayai firasatmu?" Ujar Hermione dengan nada meledek.
Ron tersenyum, mengangkat kedua pundaknya. "Bisa saja benar, dan bisa saja salah."
Mereka bertiga tertawa, lalu kembali terdiam. Masing – masing dari mereka melakukan kegiatan lain. Seperti Hermione yang memandang hamparan rumput yang tertutup salju, Ron yang berjalan di sekitar tenda, dan Harry yang termenung dengan pikirannya sendiri.
Ia teringat dengan hari dimana Dumbledore tiada. Harry terbayang dengan sosok berjubah yang membunuh Dumbledore. Ia...sedikit mirip Amoretté. Atau memang itu Amoretté?
Tentunya Harry pernah bertanya soal pendapatnya itu pada Helio. Namun, Helio nyaris mengamuk karena Harry menuduh Amoretté sebagai pembunuh. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk tidak membahas soal itu lagi bersama Helio.
Tapi, bagaimana jika benar bahwa sosok yang membunuh Dumbledore adalah Amoretté?
Kini, ia berada di pihak Tom, bukan? Bisa saja Tom mengubah wanita itu menjadi seorang pembunuh untuk tidak mengotori tangannya.
Teori yang gila, namun bisa saja benar.
Harry menghela napas, lalu berjalan untuk menghampiri Ron yang sedang memandang sebuah pohon besar.
"Ron-"
Baru saja Harry melangkahkan kakinya, terdengar sebuah suara ranting jatuh dari arah yang tidak jauh dari mereka.
Hermione menoleh, "Apa itu?"
Ron pun juga menoleh, saling melirik kedua temannya.
Awalnya, mereka ingin menghiraukan suara ranting tersebut. Namun, suara itu kembali terdengar.
Ketiga remaja itu pun mendekatkan diri satu sama lain, lalu melihat ke segala arah. Mencari sumber suara itu, sampai Harry yang sedang melihat ke arah hutan dikejutkan dengan sosok berjubah hitam.
Harry berseru, menyuruh teman – temannya untuk melarikan diri.
Ron segera menarik Hermione untuk berlari. Disusul oleh Harry yang berada di belakang mereka.
Sosok berjubah hitam itu mengejar mereka. Namun, lebih parahnya lagi, sosok itu terdapat beberapa.
Harry berlari sekuat tenaga. Sesekali ia menoleh, mengarahkan tongkatnya dan melontarkan mantra untuk menjatuhkan sosok – sosok tersebut. Namun, sayang sekali sosok – sosok itu bisa menghindari serangan Harry, dan malah menyerah Harry balik.
Begitu juga dengan Ron dan Hermione yang berusaha untuk menyerang balik para sosok itu.
Mereka bertiga berlari menyusuri hutan, hingga akhirnya Harry tidak sengaja tersandung ranting pohon dan terjatuh.
Ia terjatuh, terbentur, dan terguling menuju sebuah jurang yang tidak terlalu dalam. Tapi, pada saat itu ia tau, bahwa ia akan tertangkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Line Without a Hook || Tom Riddle
أدب الهواة"Kami tau ini bukan pilihan yang mudah untukmu Amoretté, tapi kau harus memilih. Egois atau melepaskannya." Amoretté Scamander datang ke Hogwarts pada pertengahan tahun ke empatnya. Beberapa jam setelah kedatangannya berlangsung normal, hingga saat...