"Tuang air mendidih ke dalam gelas yang berisi irisan jahe dan kunyit. Setelah uap panasnya hilang, masukkan perasan jeruk nipis, lalu tambahkan madu."
Hanah menatap layar televisi seraya mencatat resep herbal yang diyakini kaya manfaat. Acara yang disiarkan setiap Kamis pagi ini, hampir tak pernah ia lewatkan. Semua resep yang diberikan hampir semua telah dicoba. Beberapa resep herbal, ia jadikan menu harian yang dikonsumsi semua anggota keluarga di rumahnya.
Seperti hari ini, tampaknya akan menjadi resep harian yang dibuat Hanah. Selain baik untuk kesehatan, bahan-bahan yang diperlukan, selalu tersedia di dapurnya.
"Wah, ada resep herbal baru ya?" tanya Rubi dari balik koran.
"Iya. Bahan-bahannya mudah didapat. Jahe, kunyit, jeruk nipis, dan madu. Semua bahan hampir tiap hari selalu ada di dapurku," jawab Hanah seraya menuju dapur mengambil jahe dan kunyit.
"Madu sudah hampir habis, Mas."
"Oke. Nanti sepulang kantor aku mampir ke Madu Pramuka. Kamu mau madu jenis apa? Madu hutan, madu multiflora, madu Yaman, atau madu pohon randu?" Rubi bertanya sambil menurunkan korannya.
"Madu itu selalu baik dan manis. Hampir semua peribahasa yang menggunakan madu dan lebah, ditujukan untuk hal yang cantik. Seperti kamu, dagumu bak lebah bergantung. Ada peribahasa lainnya, 'Madu satu tong, jika rembes, rembesannya pun madu juga.' Dua peribahasa itu 'Kamu banget'," ucap Rubi menembakkan rayuan pagi kepada istrinya. Jika sudah demikian, biasanya Hanah akan menghampiri seraya memberikan pelukan hangatnya. Namun, tidak untuk kali ini.
Hanah tetap mengiris jahe dan kunyit untuk diseduh dengan air panas sesuai resep yang baru saja dilihatnya. Dengan air muka masam, Hanah berkata: "Asal kamu tahu, Mas. Jangan pernah menambahkan imbuhan awalan 'di-' pada kata 'madu' untukku!"
Mendengar hal ini, tiba-tiba Rubi menangkap rona kemarahan dan aura kengerian yang akan terjadi jika pembicaraan soal madu ini diperpanjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUANG BAWAH TANAH
Fiction généraleKumpulan kisah dua tokoh, Rubi dan Hanah, tentang hal-hal yang mungkin terkadang tak muncul di permukaan, ataupun tabu untuk dituliskan. Hanya ketika berada di ruang bawah tanah, keduanya bebas menuliskan dan menceritakan apa saja yang mengganggu ra...