The Beginning

27 3 3
                                    

⚠️Disclaimer⚠️

Semua tokoh, penokohan, tempat, alur, organisasi, dan peristiwa hanyalah fiksi dan imajinasi penulis. Jangan kaitkan dengan dunia nyata dan jangan membawa dunia nyata ke cerita ini!

۝

Mataku menatap serius layar digital berbentuk persegi panjang yang ada di depanku. Tanganku menggenggam mouse untuk menggulir layar. Aku mengangkat kedua kaki ke atas kursi. Udara malam ini sepertinya akan membuatku menggigil.

Mataku sebenarnya sudah sangat perih. Tetapi, meninggalkan bacaanku kali ini pasti akan membuatku menyesal.

Tiba-tiba aku merasakan seperti ditatap oleh berpuluh-puluh orang di dalam kamarku ini. Keadaan yang gelap--hanya cahaya dari komputer--membuatku merinding. Pandanganku mengedar mengelilingi setiap sudut kamar. Sampai langit-langit kamar, jendela, atas lemari, dan sofa. Walaupun remang-remang, aku yakin tidak ada siapapun yang saat ini bersamaku. Sejujurnya, selama aku hidup aku tidak pernah percaya yang namanya hantu. Tapi mengapa kali ini terasa sangat nyata?

Tinggal di rumah besar--sendirian pula--memang bukanlah hal yang menyenangkan. Ibu dan ayahku sudah meninggal tiga bulan yang lalu. Selama mereka sudah tidak ada, aku hanya hidup mengandalkan biaya asuransi yang ditinggalkan ayah. Itupun aku tidak tahu kapan akan habis.

Aku mencoba menghiraukan dan kembali membaca e-book yang dikirim ke surelnya. Aku sudah tidak heran. Terkadang banyak sekali link nyasar yang aku terima. Mungkin karena di sekolah aku terkenal karena dijuluki kutu buku dan orang-orang tahu aku itu maniak buku.

Ada salah satu komentar di bab salah satu e-book itu yang menbuatku tertarik.

"Sebenarnya sedih mengatakan ini. Tetapi- sebentar lagi aku akan meninggalkan sekolah."

Aku membuka replay-an komentar tersebut.

"Ya, memang meninggalkan Fluracia akan sangat berat."

"Aku ingin bertemu Bibi Jo lagi. Rasanya telingaku rindu mendengar omelannya."

"Apalagi dengan hukuman-hukuman dari Master Elaisy. Walaupun kejam, tetapi aku merindukan suasana Fluracia."

"Huh, aku pun sanggup untuk disana selamanya. Daripada mengurus suami dan anak, rasanya seperti tidak bebas."

Berulangkali aku membacanya, tetapi masih tidak bisa diterima dengan akal sehat.

"Mustahil. Apakah mereka sedang bercanda?" Gerutuku.

Fluracia, Bibi Jo, Master Elaisy, semua itu persis seperti isi e-book yang sedang ia baca. Masalahnya e-book itu bergenre fantasi. Jadi, bukankah aneh atau bahkan mustahil itu terjadi di dunia nyata. Pertanyaannya adalah, mengapa pembaca-pembaca itu berkomentar seolah mereka merasakannya. Bagaimana masuk di Fluracia Academy, bagaimana rasanya diomeli Bibi Jo, bagaimana rasanya dihukum Master Elaisy.

Aku mencoba mencari di internet, apakah memang Fluracia Academy ada di dunia nyata. Namun kenyataannya tidak ada. Aku pun kembali membaca kalimat-kalimat yang membuatku tidak habis pikir.

Wajahku mendekat ke layar komputer. Jariku dengan lincah mengetik balasan untuk mereka.

"Kalian benar-benar bersekolah di Fluracia Academy?"

Hanya membutuhkan waktu lima menit, balasan komentarku sudah dijawab. Memang malam-malam adalah waktu yang produktif untuk para pembaca.

"Ya, tentu saja."

"Wah, apakah aku sedang berpimpi?" Aku mencubit kulit tanganku berulang kali dan mencoba mencerna apa yang aku baca sekarang. Seumur-umur diriku membaca novel atau cerita-cerita fantasi, tidak pernah ia menemukan hal seaneh ini.

Aku pun memutuskan untuk membalas kembali.

"Dimana Fluracia Academy itu berada? Sepertinya sangat menarik,"

Send

Aku menunggu. Lima menit, sepuluh menit, tidak ada yang menjawab. Sambil menunggu, aku kembali mengecek di internet dimana letak Fluracia Academy. Lagi-lagi tidak ada hasil. Apa yang sebenarnya terjadi?

Akhirnya aku memutuskan untuk mengecek apakah balasanku sudah mereka jawab.

Namun bukannya jawaban, aku malah melihat hal yang lebih aneh lagi.

"Zaquel, datanglah!"

"Kemarilah Zaquel, aku menantikanmu."

"Hoho, ini bukan aku kan? Bukan, pasti!" Aku tersenyum agak canggung. Yang memiliki nama Zaquel bukanlah aku sendiri kan? Jadi, itu pasti bukanlah aku. Ya, bukan diriku!

"Zaquella Nancy Almeerzio, kau bisa datang sekarang🦋!"

Rasanya aku ingin menangis membaca kalimat itu. Mengapa namaku ada disana? Hei, ini bukanlah dunia fiksi tolong.

Lagi dan lagi, aku mendekatkan wajahku ke layar komputer. Dan lagi-lagi pula mataku melotot ketika emoticon bergambar kupu-kupu di akhir kalimat itu bergerak seperti keluar dari layar. Aku mengucek mataku yang berada di balik kacamata radiasi. Itu bukanlah sesuatu yang bisa dibilang masuk akal. Pandanganku terpaku pada kupu-kupu yang terbang itu dan ketika sudah sampai tepat di atas komputer, ia menghilang. Berubah menjadi butiran-butiran kecil yang pada detik selanjutnya sudah tidak bisa dilihat oleh mataku.

"Wah, apa yang baru saja aku lihat? Apakah aku berhalusinasi karena terlalu sering berkhayal?"

Aku berdiri dari kursi. Tubuhku perlahan mundur menjauh dari meja. Kakiku berperan sebagai penopang tubuh jika hal-hal mengejutkan kembali terjadi.

Dan ....

Jlep!!

Aku tertelan oleh dinding dan menghilang dari kamarku.

۝

Halo, semuanya! Aku Annisatul Fadhila, penulis Supposed Destiny. Ini cerita pertama aku yang di publish setelah berkali-kali unpub cerita lainnya. Pertama juga aku nulis fantasi. Karena tiba-tiba lagi suka banget sama genre fantasi dan historical fiction. Pernah punya keinginan untuk bisa time travel, lol.

Aku nulis ini karena pengin cerita fantasi sesuai dengan apa yang aku mau. Kalau semisal ada yang salah penyebutan atau apapun, aku minta maaf. Aku juga masih belajar. So, jangan lupa koreksi kalau ada salah. Masukan-masukan dan kritik aku terima.

I can call you 'Hopers', guys?
And, you can call me however you want. Tapi, jangan 'Thor'. Aku gak punya kekuatan, hehe.

Thanks a lot and see you in the next chapter! Ily <3

28/11/2021

Supposed DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang