Satu bulan berlalu kini hubungan Ayas dan Aira menjadi lebih dekat dari sebelumnya.
Siang ini Aira berniat pergi ke kantor Ayas untuk mengantarkan makan siang Ayas. Aira pergi tanpa memberitahu Ayas terlebih dahulu, mungkin Aira ingin memberikan kejutan! Entahlah.
Aira sudah sampai di depan gedung kantor suaminya, dengan menenteng dua rantang berisikan makanan. Ya Aira membawa dua rantang, satu untuk suaminya dan satu untuk ayah mertuanya. Karena Ayas dan ayahnya satu kantor namun beda jabatan. Ayas menjabat sebagai CEO disini sedangkan Ayan ayahnya menjabat sebagai direktur utama.
Ketika Aira masuk ke dalam tidak sengaja ia berpapasan dengan Rena. Seperti biasa Aira akan menunduk jika berjalan begitupun sekarang, ia terus menunduk saat berpapasan dengan Rena, sedangkan Rena meliriknya dengan mata tajam lalu kembali meluruskan pandangannya.
Setelah berpapasan dengan Rena, Aira bertemu dengan seseorang yang menyapanya, Sasha ya seseorang itu Sasha!.
"Assalamu'alaikum, Bu Aira" ucap Sasha menyapa.
"Waalaikumusalam, mba Sasha" balas Aira.
"Ibu mau bertemu dengan bapak ya?" tanya Sasha.
"Iya, tapi sebelumnya mau ketemu sama ayah dulu. Mba Sasha tau nggak ruangannya ayah dimana?"
Sasha yang tau siapa ayah yang di maksud Aira pun langsung menjawab.
"Oh, ruangan nya pak Ayan ada di lantai atas, mau saya antar" tawar Sasha.
"Boleh, kalo mba Sasha nya nggak sibuk" balas Aira.
"Nggak ko, ngga ini juga habis prin beberapa laporan terus mau ke atas lagi" ujar Sasha dengan menunjukan beberapa kertas laporannya.
"Yaudah kalo begitu"
"Mari"
Sasha begitu baik pada Aira, entahlah. Padahal dulu Sasha pernah menyukai Ayas dan berniat ingin merebut Ayas dari istrinya nanti. Tapi setelah tau jika yang menjadi istri Ayas begitu sopan, baik, dan santun bahkan bisa merubah Ayas menjadi lebih baik lagi, akhirnya niat itu ia urungkan. Ya karena Sasha pernah berpikir jika yang akan menjadi istri Ayas adalah Rena, jadi ia sampai berpikir seperti itu.
Karena Sasha dan Aira pergi menggunakan lift, jadi tidak butuh waktu lama untuk sampai di depan ruangan Ayan.
"Nah, ini ruangannya pak Ayan, Bu" ucap Sasha dengan menunjukan pintu ruangan yang tertulis 'Direktur Utama'.
"Makasih ya, mba Sasha udah mau anterin" ucap Aira berterimakasih dan di akhiri senyuman.
"Iya sama-sama Bu, nanti kalo ada apa-apa bisa panggil saya" balas Sasha yang di balas anggukan oleh Aira.
"Kalo begitu saya permisi ya, mari assalamu'alaikum" ucap pamit Sasha.
Setelah peninggalan Sasha Aira pun berjalan dan mengetuk pintu ruangan Ayan.
"Iya, masuk" ucap Ayan dari dalam saat Aira mengetuk pintu.
Aira pun membuka pintu lalu masuk.
"Assalamu'alaikum, ayah" sapa Aira sambil berjalan menghampiri Ayan.
"Waalaikumusalam, wah siapa ini yang datang?" jawab Ayan dengan sedikit bergurau.
"Aira, mantunya ayah hihi" balas Aira dengan sedikit cengengesan.
Ayan pun tersenyum melihat melihat tingkah Aira.
"Tumben ke sini, ada apa?. Ayas ada jahat sama kamu?" tanya Ayan dengan nada khawatirnya. Entahlah Ayan begitu menyayangi Aira seperti anaknya sendiri, mungkin ini karena Ayan tak memiliki seorang putri jadi ia menyayangi Aira seperti putrinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Seorang Ustadzah
Roman pour AdolescentsBanyak cerita yang awalnya tidak suka tapi setelah lama selalu bersama rasa suka dan cinta pun mulai tumbuh. Apakah cerita itu juga akan terjadi pada seorang pemuda yang menjabat sebagai CEO di perusahaan nya dengan seorang wanita anak dari salah s...