Jisoo POV
Sudah jam 1 pagi dan aku masih belum bisa tidur. Seulgi dan Lisa tertidur pulas, mendengkur dan bahkan mulut mereka setengah terbuka. Aku ingin tahu apa yang akan orang katakan jika mereka tahu seberapa keras sang Putri mendengkur.
Aku berbalik dan melihat Jennie berjalan menuruni tangga, dia menuju dapur dan aku segera bangkit untuk mendekatinya.
"Hei" aku memulai, dia kaget dan hampir menjatuhkan gelas yang dipegangnya.
"Kau mengagetkanku" ucapnya sambil memegangi dadanya. Dia menyalakan lampu dan duduk di ruang makan.
"Maaf. Aku tidak bisa tidur" gumamku, aku duduk di depannya dan bersandar di sandaran. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling rumah sekali lagi, sungguh menyegarkan melihat rumah seperti ini.
Kamarku lebih besar dari rumah ini, sebenarnya. "Aku tahu rumah kami tidak besar." Dia terkekeh dan meminum susunya. Dia menawariku segelas susu dan meneguknya.
"Terima kasih" kataku. "Rumahmu lucu" kataku jujur.
"Tunggu.. aku belum menanyakan namamu" dia terkekeh. Aku menggaruk tengkukku dan menertawakannya, Ya, itu canggung. Dia membiarkan kami tinggal di sini tapi dia tidak tahu namaku.
"Aku Ji-, maksudku Chu" aku berbohong. Aku hampir memberitahunya nama asliku, aku bertanya-tanya apa yang Lisa katakan padanya tentang namanya. Apakah dia mengatakan Lalisa Manoban atau Pranpriya Manoban? Sebenarnya semua orang tahu nama asli kami tapi tidak dengan wajah kami demi keamanan. Wajah kami akan terungkap jika kami berada di usia yang tepat untuk menghadapi negara, sebuah perayaan besar akan terjadi. Apalagi ketika Lisa diperkenalkan di seluruh negeri, itu akan menjadi tanggung jawab besar bagi Lisa dan akhir dari kehidupan normalnya sebagai seorang Putri.
"Chu? Itu lucu" dia tertawa terbahak-bahak. Aku tahu itu lucu, Ibu siapa yang akan memberi anaknya nama yang pendek dan lemah pada saat yang bersamaan? Hahaha.
"Jangan menertawakanku, aku tahu itu lucu tapi itu nama asliku" aku cemberut. "Dan selain itu, aku tahu aku lebih tua darimu jadi hormati aku" aku menyeringai licik dan menyilangkan tanganku.
"Benarkah? Berapa umurmu?" Dia mengangkat satu alis matanya, menantangku.
"Aku dua puluh empat" aku menyeringai, bibirnya berubah menjadi bentuk O dan mengangguk perlahan.
"Jadi aku akan memanggilmu Unnie kalau begitu" dia terkekeh. Dia bangkit dari kursi dan meletakkan gelas di wastafel. "Mau ikut denganku?" Dia menawarkan.
"Ke mana?" Aku bertanya padanya tapi dia keluar dari rumahnya. Aku tidak menghabiskan susuku dan mengikutinya keluar, aku memeriksa keduanya terlebih dahulu dan menuju ke luar. Dia sedang duduk di depan pintu sambil melihat bulan.
Aku mengambil tempat duduk di sebelahnya dan dia tersenyum padaku. "Jadi dari mana kalian berasal? Lisa tidak pernah memberi tahu kami dari mana dia berasal" katanya sambil menatapku.
"Kami dari Daegu, aku tidak terkejut ketika Lisa tidak memberitahumu tentang tempatnya" aku terkekeh.
"Kenapa? Dan tunggu.. Yoongi adalah sepupumu? Maksudku para Cendekiawan?" Dia mengerutkan kening, fuck. Apakah Yoongi dan yang lainnya memberi tahu semua orang bahwa mereka adalah cendekiawan? Aku tidak tahu tentang kebohongan mereka.
"Ya, Dia sepupu kami.." Aku berdeham dan membuang muka, aku takut ketahuan. Mereka harus mengarahkan kami tentang kebohongan mereka, satu langkah yang salah dan semuanya akan hancur.
"Uhhmm" dia bergumam sebagai tanggapan, aku merasa lega ketika dia mengakhiri pertanyaan terhadap sepupuku.
Hembusan angin membuat sekujur tubuhku menggigil, aku gelisah memikirkan apa yang akan terjadi besok saat kami sampai di rumah. Kuharap Raja tidak menyadari ketidakhadiran kami, aku yakin mereka akan mencari kami sebelum sarapan. Ini adalah masalah besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Kingdom - JENLISA (ID) GxG ✔
Fanfic"Aku menunggu satu dekade hanya untuk melihatmu" Sebuah foto yang akan aku hargai sampai nafas terakhirku. (ADAPTASI FANFIKSI JENLISA) Cerita ini merupakan terjemahan atau versi Bahasa Indonesia dari "You are My Kingdom" yang ditulis oleh @Mandulim...