40. Hadiah terindah

120 10 0
                                    


"Meskipun banyak sekali hadiah yang ada di dunia, doa akan selalu menjadi hadiah terindah dalam hidup."

-Agaraya-

Waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB

Semua kini sudah kembali semula, meja, kursi, piring, dll sudah rapi dan bersih.

Untuk origami berbentuk hati, dibawa pulang oleh Rain karena sayang kalau dibuang. Nanti dia akan pajang di dinding kamar tidurnya.

"Ray, gue pulang dulu ya," pamit Rain.

Rain memeluk tubuh Raya. "Makasih atas kejutan dan hadiahnya. Maaf atas kejadian kemarin malam."

"Gapapa Ren," balas Raya.

"Ta Laya, Lana ulang dulu," kata Rana lalu mencium punggung tangan milik Raya.

"Lani, juga ulang dulu, Ta." Bergantian dengan Rani mencium punggung tangan milik Raya.

"Dadaah." Rana dan Rani melambaikan salah satu tangannya ke arahnya.

"Dadaah, hati-hati di jalan." Raya membalas lambaian tangan keduanya.

Kini mereka bertiga sudah masuk ke mobil dan pulang ke rumahnya.

Raya masuk ke dalam rumahnya, dan menguncinya.

Dia kembali merasa sepi setelah tadi ada ocehan dari adiknya Rain.

Dia masuk ke dalam kamarnya lalu menunaikan sholat isya setelah itu berdoa meminta ampun kepada Sang Pencipta, mendoakan kedua orangtuanya, juga meminta agar kegelisahan tentang hal yang membuat halusinasi dan perlahan kehilangan sepotong ingatannya agar kembali pulih.

Mungkin nanti saat adiknya sudah lahir dia akan memberi tahu orangtua tentang ha itu agar semua kembali pulih, tapi dia hanya bisa mengutarakan permintaan maaf lewat aksara saja.

****

Ditempat lain, Rain kini telah selesai memasang origami dari Raya di dinding kamarnya.

Dia duduk di atas kasur membuka kado dalam Tote bag. Matanya melebar melihat sulaman nama bertuliskan tentang dirinya yang diberi bingkai figura.

Dia tak menyangka sahabatnya sampai rela membuat sulaman hanya demi membahagiakannya. Dia menaruh figura itu disamping meja belajar.

Dia membuka kado kedua, secarik kertas dan membacanya dalam hati.

Teruntuk sahabat gue Raina Zaila Azzahra
Dari Hiraya Armana

Lewat torehan pena ini gue akan menuliskan puisi sederhana tentang persahabatan kita. Juga secuil penjelasan soal kejadian waktu di pasar malam. Maaf ga bisa ngungkapinnya secara langsung tapi hanya bisa melalui tulisan.

Ini puisi untuk elo Ren, tapi aku pakai kata ganti aku, kamu, dan kita dalam puisi biar lebih mudah dapet feel-nya.

Teruntuk sahabatku Rain
Yang dulu mau menjadi tempat ter aman untuk bertukar cerita dan isi pikiran
Dulu mau membagi suka dan duka bersama
Dikala yang lain mengganggap aku ini biang onar, suka adu mulut.

Agaraya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang