11 - Papa

6.3K 692 66
                                    

Suigetsu bersedekap dada, "Jadi, siapa bocah yang kau pungut ini?"

"Dia bilang namanya Uzumaki Boruto," balas Karin menatap Boruto—bocah ingusan yang dipungut oleh Uchiha Sasuke. "Aku juga tidak mengerti kenapa Sasuke memungutnya."

"Aku bukan anak pungut, -ttebasa!" sanggah Boruto.

"Lalu, apa yang kau sebut dengan bocah ingusan yang tersesat di hutan? Anak hokage, begitu?" Karin ikut menatap nyalang Boruto.

"Ayahku memang hokage—calon hokage!" ucap Boruto memalingkan wajah.

Karin tergelak keras, "Jangan mengada-ada, bocah. Hokage masih diduduki oleh Senju Tsunade. Kau ingin bilang jika dia adalah orang tuamu?"

"Tentu saja Tsunade baa-chan bukan orang tuaku, dia sudah sangat tua, umurnya hampir seabad." Boruto tentu kenal dengan hokage kelima—bahkan sering kali bertemu—wajahnya muda sangat menipu. "Ibuku bahkan lebih muda darinya."

"Memang siapa ibumu, hah!"

"Ibuku Hyuuga—maksudku Uzumaki Hinata. Dengar itu baik-baik!"

Karin terkejut, tentu tidak percaya. Hyuuga, katanya? Hyuuga merangkap menjadi Uzumaki. Mustahil.

"Jangan bercanda, bocah. Itu tidak lucu!"

"Aku tidak berbohong, Bibi!"

"Hei, siapa yang kau panggil Bibi?" Karin menatap tajam Boruto.

"Kau, tentu saja."

"Kau itu—" Sasuke segera memotong, sudah cukup menggali infomasi, "Jadi, namamu Uzumaki Boruto?"

"Ya, dattebasa!"

"Di mana kau tinggal?"

"Desa Konoha."

"Ibumu Hyuuga Hinata. Siapa ayahmu?"

"Uzumaki Naruto, dattebasa!"

-

"Hatchuu!" Naruto menggosok hidungnya. Tiba-tiba bersin saja tanpa sebab.

"Naruto jii-san sakit?" tanya Sarada memiringkan kepala lucu.

"Jangan panggil aku Jii-san, ya, Sarada-chan. Umurku masih 17 tahun," pinta Naruto melas, umurnya tidak sama dengan Jiraiya, si petapa mesum.

"Apa harus Sarada panggil Nanandaime?" tanya Sarada lagi.

"Tidak, tidak! Jangan!" Kiba langsung menyergap. "Dia belum menjadi Nanandaime, jadi jangan panggil dia seperti itu, ya." Karena aku yang akan menjadi hokage nanti!

"Mungkin ada yang membicarakanmu, Naruto," sahut Sakura membawa satu botol obat. "Di mana Kapten Yamato dan Kakashi-sensei?"

"Mereka sedang mencari makanan, Sakura-chan." Kemudian, Naruto bangkit. "Jaa, kalau begitu aku akan mencari mereka. Mereka juga harus meminum obat racikan Sakura-chan."

Pada dasarnya Kiba dan Shino yang tidak mengetahui rasa obat racikan Sakura pun diam. Tidak banyak protes.

"Sarada juga ingin ikut," seru Sarada merentangkan tangannya ke atas.

"Jangan, ya, akan repot jika aku membawa anak kecil sepertimu. Kalau hilang bisa habis aku," bisik Naruto seraya melirik Sakura—mama ganas.

"Tapi, Sarada bosan," keluh Sarada sedih.

"Tidak apa, Naruto. Bawa saja Sarada," ujar Sakura mengijinkan.

"Mama bilang boleh. Ikut, ya?"

"Ya, ya. Ayo, berangkat." Naruto mengangkat sempurna Sarada dalam gendongannya dan melesat pergi.

-

Uzumaki Boruto melihat segalanya. Kejadian itu begitu cepat. Berawal dari Haruno Sakura mendatangi Uchiha Sasuke dan menawarkan dirinya untuk bergabung, tapi ditolak. Lebih parahnya, mereka saling ingin membunuh dan berakhir Sasuke mencekik leher Sakura.

Saat itu Boruto sudah ketar-ketir sendiri. Namun, sosok penyelamat melakukan tugasnya walau kesiangan. Boruto malu sendiri melihat si pelaku—Uzumaki Naruto.

Lebih mengejutkan di sana ada SARADA!

"Maafkan aku, Naruto," kata Sakura pada akhirnya. Membuat Kiba, Akamaru dan Shino tidur dengan dalih obat racikan dan menyusul Sasuke kemari. Dia telah membohongi semua orang.

"Apa yang kau lakukan, Sasuke!" teriak Naruto.

"Dan apa yang kau lakukan di sini?" Sasuke bertanya tajam.

"PAPA!"

Ketegangan kedua mantan rekan ini teralihkan dengan suara cempreng Sarada.

"Papa! Papa!" seru Sarada langsung berlari menghampiri Sasuke.

Boruto ikut berlari keluar menemui Sarada. "Untuk apa kau kemari?"

Sarada memincingkan matanya, "Seharusnya aku yang tanya, kenapa kau di sini? Aku ingin bertemu Papa!"

"Aku juga ingin bertemu Hima. Dia hilang," balas Boruto menunduk.

"Tidak apa-apa. Ada Papamu di sana." Sarada menunjuk Naruto dengan tatapan polosnya.

"Aku tidak ingin dengannya. Dia sangat payah," ledek Boruto.

"Hei, apa kau bilang? Aku payah?" Naruto mulai ngegas. "Aku ini shinobi hebat."

"Kau adalah shinobi paling konyol di dunia!" seru Boruto lantang.

"Kau harus ikut dengan Papamu dan aku dengan Papaku," sahut Sarada memeluk kaki Sasuke.

"Tidak mau!"

Wajah Sarada menjadi garang, "Kau harus dengan Papamu. Papaku bukan Papamu!"

"Lalu, bagaimana dengan ibumu? Kau akan meninggalkannya?" tanya Boruto tidak mau kalah.

Sarada bergeming.

Uchiha kecil ini melihat ke arah Sasuke dan Sakura bergantian. "Mama akan ikut dengan Papa. Kami akan pulang ke rumah."

"Ya 'kan, Ma?" Sarada menatap Sakura memelas.

Kakashi menepuk jidatnya tidak habis pikir. Dalam kondisi tegang, sempat-sempatnya Sarada dan Boruto bertengkar, apalagi Sarada meminta Sasuke dan Sakura bersama yang jelas tidak mungkin untuk sekarang.

Sementara itu, Sasuke menatap Sakura dan Sarada penuh arti.

SARADA Goes To THE PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang