2; Banyak yang Kulewatkan Tentang Dia

943 188 27
                                    

Diam dan tak banyak bicara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diam dan tak banyak bicara.

Hanya itu yang bisa Yara lakukan ketika Jeka bergabung dengan mereka, duduk tepat di seberang Yara pula. Membuat Yara jadi enggan melakukan apapun, ia masih shock kembali bertemu dengan Jeka.

Jeka-nya tampan sekali malam ini, persis seperti dengan apa yang ia halukan selama ini, makin tampan dan keren, terlihat sudah sangat mapan juga. Yara yang tadinya aktif tertawa jadi diam dan memainkan jemarinya sendiri diatas paha, memainkannya untuk mendistraksi dirinya dari sosok Jeka, tak berani lihat atau kembali adu pandang walau tadi sudah sempat beradu pandang ketika bersalaman.

"Sudah lapar?" Bisik Niko, membuat Yara jadi menatap pria itu.

Yara menggeleng kecil, setengah berbohong karena sebenarnya ia lapar tapi sedang tak ingin makan, "Jangan-jangan kau yang sudah lapar?"

Niko terkikik, "Kau tahu saja!"

Dengan cibiran Yara berucap, "Kendalikan rasa lapar dan nafsumu itu, pendek!"

Niko menjauhkan tubuhnya dari Yara dan menunjuk gadis itu tepat di depan wajah. Kedua manusia itu juga tak luput dari pandangan para teman-teman, termasuk Jeka juga. Teman-teman yang lain mungkin sudah tak kaget lagi kalau Niko dan Yara itu selain menempel seperti perangko juga kadang kala berubah menjadi tom and jerry, tapi berbeda dengan Jeka yang merasa aneh dengan perdebatan manusia di depannya.

"Kau juga pendek!" Ketus Niko.

Yara menjulurkan lidahnya, "Kau lebih pendek kalau aku pakai heels!"

"Mereka kebiasaan sekali!" Kata Kevin dengan tawa pada Joya yang kebetulan bisa didengar oleh telinga Jeka, si manusia yang duduk di sebelah Kevin.

"Kau tak kuantar pulang nanti kalau durhaka padaku!" Kata Niko lagi, masih belum menurunkan telunjuknya dari depan wajah Yara.

Yara yang sebal tanpa banyak bicara langsung meraih telunjuk Niko dan menggigitnya, membuat Niko hampir saja berteriak kesakitan dengan lantang kalau saja ia tak ingat ia sedang ada di pernikahan sahabatnya, "Sakit!" Desisnya hampir berteriak.

Yara tak dengar, ia malah menggigit telunjuk Niko makin keras, "Sialan, Yara, sakit!"

Setelah puas melihat Niko kesakitan, Yara akhirnya melepaskan telunjuk Niko dari mulutnya, "Rasakan! Makanya jangan cari gara-gara denganku."

Sembari meratapi nasib telunjuknya yang Yara gigit, Niko berkata tajam, "Dasar kecil menyebalkan!"

Yara mendelik, hendak kembali menyerang Niko sebelum suara Sean menginterupsi keduanya, "Hentikan, hentikan! Kalian ini tak pernah berubah, kadang-kadang seperti sepasang kekasih yang menempel bak perangko di selembar surat, kadang-kadang juga seperti tikus dan kucing."

Yara jadi menatap Niko malas setelah mendengar omelan Sean. Si Sean itu memang jadi salah satu manusia yang selalu melerai pertengkaran Niko dan Yara.

✓ Mi CasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang