^20 : Catastrophe^

2K 187 93
                                    

Tak pernah Vincenzo merasa sangat gagal menangkap musuh-musuhnya, hingga kejadian di kastil malam ini. Isabel berhasil memisahkan dirinya saat sedang menghajar Paolo habis-habisan dan menariknya sejauh mungkin, sebelum sebuah ledakan beruntun membelah kastil tepat di tempatnya, memisahkan dia dan Paolo sejauh belasan meter. Paolo juga berhasil selamat di sisi sebrang, berdiri bersama Don Luciano yang menolong pria itu.

Paolo hanya memandang Vincenzo sambil mengernyit kesakitan akibat berkali-kali terkena pukulan mentah darinya. Sementara Don Luciano, pria tua agak tambun itu tersenyum tipis, merasa telah menang dan sukses mengalahkannya. Dan mereka berdua bergegas pergi meninggalkan kastil, membuat Vincenzo menggeram frustasi.


"Pengecut! .. selalu kabur setiap kali aku datang." Gusar Vincenzo yang berjalan memasuki pintu utama rumah sakit dengan diikuti Alessio dan Isabel, sedangkan Mattheo masih disana untuk membereskan kekacauan yang terjadi malam ini.

"Kita harus mulai dari nol lagi untuk melacak mereka. Luciano sangat ahli menghilangkan jejak." Ucap Alessio.

"Aku ingin semua mata di Tuscany, pastikan setiap jalur keluar-masuk berada dalam pengawasanmu. Jika belum ketemu, pasang semua mata di seluruh Italia. Aku tidak peduli jika harus berurusan dengan badan intel, karena aku tahu keahlianmu .. Lakukan sekarang Alessio." Ujar Vincenzo dengan banyak perumpamaan.

"Baik. Akan ku kabari terus." Alessio berbalik dan pergi meninggalkan rumah sakit untuk melakukan tugasnya.

"Don, kau perlu mengobati lukamu dulu." Kata Isabel.

Vincenzo mengabaikan perkataan Isabel dan justru mempercepat langkahnya menuju ICU. Memang penampilannya cukup kacau, tidak peduli dengan darah yang merembes di pelipis kanannya, punggung tangan yang memar karena menghajar Paolo, serta pakaian yang berantakan. Ia hanya ingin segera bertemu dengan Chayoung.

Belasan penjaga berpakaian serba gelap berdiri rapih sepanjang lorong menuju ICU, Frans menempatkan mereka untuk keamanan dan tidak ingin ada celah. Kedua mafioso itu memasuki bangsal ICU dan melihat Carmela yand duduk bersandar sambil bersekap dada, sedangkan Frans bersandar di dinding sambil melamun, mereka bedua bangun menyambut Vincenzo dan Isabel.

Tanpa basa-basi dengan mereka, Vincenzo langsung berpaling ke area steril dimana ruang pasien berada. Terhalang oleh dua pintu kaca, ia bisa melihat tubuh Chayoung tertidur diatas ranjang dengan dikelilingi peralatan medis dan cairan-cairan yang menggantung di samping kanan kiri serta mulut perempuan itu dipasangi selang ventilator.

"Bagaimana keadaanya?" Tanya Vincenzo yang masih memandangi Chayoung dengan perasaan pilu.

"Dokter mengatakan signorina mengalami hipertensi tetapi badannya sangat lemas .. akibat terlalu banyak methaphetamin dan anestesi di dalam tubuhnya." Ucap Frans.

Vincenzo mengeraskan rahangnya. "Mereka yang melakukan itu?"

"Ya. Mereka memasukkannya melalui jarum yang ditusukkan di bawah kuku signorina, hingga membuat jari-jarinya bengkak. Tapi dokter mengatakan bengkaknya akan mereda dua hari lagi." Sambung lelaki itu. Sementara Vincenzo hanya mendengarkan, tak beranjak dari posisinya bahkan hanya untuk menoleh.

Carmela dan Frans saling bertatap-tatapan seakan menyetujui sesuatu, sebelum gadis itu melangkah mendekati bosnya.

"Eeuh .. Don, ada satu hal lagi yang harus kau ketahui." Kata Carmela dengan nada yang penuh kehati-hatian.

"Obat-obatan itu menjadi faktor utama .. ehm .. si-signorina mengalami keguguran." Carmela memelankan suara pada kalimat terakhir, membuat Vincenzo perlahan menoleh dan terlihat jelas raut shock di wajahnya.

Untuk kedua kalinya ia merasakan rasa yang sama ketika kala itu hendak menemui ibunya dan kemudian mengetahui ibunya telah tiada, seperti sebuah serangan yang membuat pikirannya lambat untuk memproses, dan sulit berucap karena betapa terkejutnya dia.

One Soul || [Vincenzo]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang