12. Healing

88 11 0
                                    

Mark duduk termenung, menatap kearah para guardian, shikigami dan anak - anak guardian yang sedang bahu membahu membantu membersihkan akademi mereka yang hancur lebur karena serangan iblis. Dengan kondisi tangan Mark yang bahkan di gerakkan saja susah, dia tidak bisa membantu yang lain, jadilah dia hanya menonton sembari terus berharap - harap cemas Haechan segera kembali. Mark sudah nekat hendak menyusul tadi, tetapi karena melihat kemarahan yang lain akhirnya dia menurut dan percaya saja pada yang lain.

Mark menolehkan kepala, mendengarkan suara tangisan yang terdengar tidak jauh dari tempatnya berdiri. Suara tangisan yang terdengar begitu memilukan membuat Mark melangkahkan  kaki menuju suara tangisan. Ternyata sosok yang sedang menangisi gundukan - gundukan tanah adalah salah satu murid guardian bernama Jisung. GUndukan - gundukan tanah yang kecil membuat Mark yakin jika yang dikubur adalah cicak - cicak peliharaan Jisung.

Mark menolehkan kepalanya kekanan dan kekiri, sampai akhirnya ia tersenyum tipis dan melihat beberapa bunga yang ia ambil. Mark kembali ke sisi Jisung, berjongkok di samping Jisung dan meletakkan bunga - bunga yang ia petik diatas gundukan tanah.

Jisung menolehkan kepala, menatap pada Mark dengan airmata berderai dan ingus di hidungnya.

"Hiiih ingusmu menjijikkan," kata Mark.

Jisung semakin menangis kencang, padahal dia sudah terharu karena kebaikan hati Mark.

"Sudah dong jangan nangis lagi..." Mark mulai kebingungan mencari cara menenangkan Jisung.

"Cicakku!!!! Huweeee!!!!!" Jisung menangis keras sembari menubruk tubuh Mark.

Mark menatap keheranan, harus bagaimana dia saat ini? Akhirnya Mark membalas pelukan Jisung dan menepuk - nepuk pada punggung Jisung.

"Sudah... Sudah... Nanti cari lgi cicaknya, aku temenin..." bujuk Mark.

Tangisan Jisung mulinmereda mendengar janji - janji dari Mark. Dan tanpa Mark sadari, Haechan berdiri di belakang Mark dengan senyuman lebar. Dengan hati berbunga dan keyakinan yang semakin besar jika Mark memang yang terbaik untuknya.

"Hyung..." Jisung melepaskan pelukannya dari Mark.

"Iya," balas Mark.

"Ada kekasihmu," ucap Jisung.

Mark menolehkan kepalanya, melihat Haechan berdiri dibelakangnya sembari tersenyum tanpa ragu sama sekali Mark mendorong tubuh Ji-Sung hingga nyungsruk dan buru - buru berdiri untuk memeluk Haechan.

"Haechan..." Mark hanya bisa memanggil nama Haechan saja. Ia membenamkan diri kedalam pelukan Haechan. Semua pikiran buruknya dan kekhawatiran tidak bisa bertemu dengan Haechan lagi, kini sirna.

@@@@@

Mark baru saja lega karena berhasil kabur dari Jisung yang menangisi cicaknya, sekarang dia malah harus berurusan dengan Haechan yang juga menangis atau lebih tepatnya menangisi tangannya yang melepuh.

"Gara - gara aku ya.." kata Haechan sembari mengusap airmatanya.

"Bukan kok, kan memang kewajibanku menjaga keamanan dunia manusia," kata Mark dengan senyuman lebar, "Kata dokter, luka seperti ini bahkan tidak perlu penetrasi sudah sembuh."

Haechan menatap pada Mark dengan dahi mengkerut, "Lalu? Aku harus apa kalau tidak penetrasi?"

Melihat kepolosan Haechan, Mark malah rasanya ingin menerjang tubuh Haechan dan merengkuhknya kedalam pelukan hangat tubuhnya.

"Hyung.. jangan diam saja... hyung..." Haechan menggerakkan tangannya di depan wajah Mark yang malah melamun.

Mark tersenyum lebar, ia mendekat pada Haechan dan tanpa babibu lagi, bibirnya langsung saja melahap bibir tebal Haechan yang memang telah menjadi candu untuknya. Haechan yang belum mendapat jawaban dari Mark akhirnya hanya bisa membalas melumat bibir Mark dengan begitu lembut meski Mark berkali - kali menekan bibirnya seolah meminta yang lebih.

Mark melepaskan ciumannya, membaringkan tubuh Haechan diatas sofa tempat mereka mengobrol tadi. Begitu tubuh Haechan yang lebih mungil darinya berbaring, Mark mencoba membuka kancing pakaian Haechan dengan tangan kirinya yang ternyata susah.

"Sabar hyung... aku bukakan untukmu..." ucap Haechan yang membuka kancing bajunya sendiri.

Bagaimana Mark tidak meleleh jika seperti ini. Meski masing - masing guardian memiliki shikigami yang memang ditugaskan untuk menyembuhkan guardian tapi terkadang ada saja shikigami yang sulit untuk disentuh. Mark masih ingat Kun harus membujuk Yangyang dengan berbagai benda agar mau memberikan healing, padahal Kun saat itu terluka parah karena tertusuk pedang.

"Silahkan hyung..." kata Haechan dengan senyuman malu - malu.

Mark menyempatkan diri mencium lembut pada kening Haechan. Dia tidak mau Haechan mengira jika dia hanya menginginkan tubuh Haechan saja. Dan lagi, Mark membaringakn tubuh Haechan. Jari jemarinya menari lembut diatas tubuh indah milik Haechan yang terpampang dihadapannya ini.

"Tubuhmu indah sekali Haechan..." ucap Mark yang membenamkan diri pada tubuh Haechan, menciumi leher kekasihnya ini kemudian turun menciumi sekitar dada Haechan sampai kemudian menciumi lembut ujung puting Haechan.

"Hyung... jangan buat mainan... geli..." kata Haechan yang entah kenapa menyesal berkata seperti ini, karena Mark justru melahap putingnya dan dihisap - hisap dengan begitu kuatnya, "Enggh... aahh... hyung..."

Mark masih terus menghisap puting Haechan, ia merasakan perih di tangannya yang melepuh mulai menghilang. Tetapi lagi - lagi keinginanya untuk menyatukan tubuh dengan Haechan tidak bisa ia hindari. Mark melepaskan hisapannya pada puting Haechan, kali ini tangannya menggapai celana Haechan yang akhirnya ia lepaskan begitu saja hingga anak laki - laki dibawah tubuhnya ini telanjang bulat.

"Hyung curang..." protes Haechan dengan bibir manyun.

"Wae?" tanya Mark yang benar - benar kebingungan apa yang dimaksud oleh Haechan.

"Pakaian hyung masih lengkap," kata Haechan yang bangkit berdiri dan membantu melepaskan pakaian Mark. Tangan Haechan bergerak memegangi celana Mark, tetapi ia membatalkan tangannya untuk membuka celana Mark.

"Kenapa? Penisku kan tidak gigit," kata Mark.

"Iya sih.. takut makin gede aja hyung dari yang sebelumnya," balas Haechan yang pada akhirnya tetap menurunkan celana Mark, "Ih tuh kan bener tambah gede."

"Mana bisa, ini karena aku sudah terangsang makanya membesar sendiri Haechan sayang..." Mark mengelus lembut pada pipi Haechan.

"Ya sudah... aku percaya," Haechan menangkup penis Mark dengan tangan kanannya, lidahnya menjulur dan ia menjilati lubang kencing Mark. Haechan menggerakkan bibirnya kali ini, ia mengecupi ujung penis Mark sebelum akhirnya ia hisap - hisap sedikit.

"Enghh... kau makin pintar..." Mark masih mengelus lembut pada rambut Haechan dengan tangan kanannya yang perlahan - lahan sembuh.

Haechan tersenyum senang mendengar pujian dari Mark, ia kemudian membuka mulutnya untuk memasukkan penis Mark kedalam mulutnya. Kepala Haechan bergerak maju mundur, menghisap - hisap dan mengulum penis Mark.

Mark sendiri terus melenguh nikmat karena perlakuan dari Haechan yang luar biasa mendapatkan kemajuan, entah pada siapa shikigami - nya ini berlatih atau memang sudah secara alami saja Haechan mempelajarinya. Mark yang sudah merasakan libidonya naik, menarik keluar penisnya.

"Aku ingin lubang analmu Haechan..." ucap Mark dan tanpa terduga sama sekali, Haechan membaringkan tubuh, membuka kakinya sendiri, membuka lubang anal yang sudah berkedut - kedut.

Dengan wajah yang sudah merona merah, Haechan tersenyum kearah Mark, "Silahkan hyung..."

Tentu saja Mark tidak mau melewatkan kesempatan yang ada dihadapannya. Ia langsung melesakkan penisnya pada lubang anal yang benar - benar telah siap menerima penyatuan tubuh mereka. Suara desahan lembut dari bibir Haechan membuat Mark semakin bersemangat, terus dan terus menyatukan tubuh mereka. Dengan harapan mereka akan benar - benar bersatu hingga akhir hidup mereka nanti.

Shikigami : The Lost Memory (MarkHyuck Center's Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang