Pagi ini mendung, ayah telah dimakamkan. Para pelayat sudah pulang, tidak banyak memang. Hanya beberapa teman kerjanya, bisa dihitung dengan jari.
Sedangkan Lucy, masih memandangi sepasang kekasih yang sedang bersanding, walau tubuh mereka lambat laun akan terlupakan di bawah tanah kubur, tapi tetap bahagia di alam sana.
Pikiran Lucy kacau, perkataan ayah kemarin terus berputar di kepalanya bagaikan kaset rusak.
Entahlah, Lucy berpikir mungkin itu hanya racauan ayah yang tak berarti apa-apa. Lantas dia segera pergi dari pemakaman, karena hujan akan segera turun.***
Lucy akhirnya tiba di apartemennya, dia pulang dengan menaiki bus umum, karena lokasi apartemen cukup jauh dengan pemakaman. Hujan sudah turun, membasahi tanah New York setelah beberapa hari tidak tercium bau hujan.
Gadis itu lantas berbaring di ranjang kamarnya. Dilema datang menyerang. Bingung, memikirkan bagaimana akan kelanjutan hidupnya. Uang milik ayah juga pasti tak seberapa, mungkin hanya cukup untuk membayar apartemen selama setengah tahun. Lucy harus segera mencari pekerjaan paruh waktu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Lucy merasa lelah.
Baru ditinggal ayah sebentar aja sudah capek, apalagi nanti kalau gue udah kerja sendiri?
Menghentikan dilema yang terus menerus datang, Lucy beranjak untuk mengganti pakaian serba hitam itu dengan kaos putih polos dan celana kolor hitam.
Lalu pergi ke dapur untuk membuat sereal, sebab dia belum sempat untuk sarapan tadi pagi.
Setelah menyelesaikan sarapan yang bahkan tak bisa disebut sarapan, Lucy lantas pergi ke kamar ayah. Entah apa yang sebenarnya dia pikirkan, Lucy hanya ingin mengunjungi kamar ayahnya itu.
Kamar ayah rapi, sedikit berdebu sebab sang empu malah menggunakan kamar rumah sakit selama beberapa hari. Lucy membuka tirai, lalu duduk di meja kecil di dekat jendela, yang biasa ayah gunakan untuk membaca buku.
Ayah memang suka membaca buku, begitu pula Lucy. Walau tak seberapa, buku terpampang di rak kecil dekat meja itu, adalah beberapa buku favorit. Salah satunya adalah album foto khusus milik Lucy dengan ayahnya.
Lucy mengambil album foto itu, lalu membuka lembaran yang sudah terlihat usang. Lembaran foto hitam putih dengan coretan warna-warni yang lucu. Saat pertama kali Lucy pergi ke karnaval dengan ayahnya. Gulali warna merah muda, dengan mulut Lucy kecil yang penuh dengan bekas coklat, tak lupa bando Mickey dan Minnie Mouse yang dipakai di kepala Lucy dan ayahnya.
Di bawah monokrom itu, tertulis tanggal terjadinya memori berharga yang tak pernah dilupa. Tanpa disadari foto itu perlahan dibasahi oleh linangan air mata rindu sekaligus sendu. Terasa kosong.
To be continued
hellooo guys, salam kenal ya! makasih banyak buat yang udah mau baca cerita ini, aku harap kalian suka. neeways, jangan lupa buat tinggalin jejak yaa. may god give you a pleasant day, bounds of grats!
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE
Детектив / ТриллерEveryone has their own hope. This story is about hope, lies, trauma and unusual things. Also don't forget that the world is still have its own secret. OC Thriller by @danderlily, 2020