• EXTRA CHAPTER •

2.4K 58 16
                                    

Bantu koreksi typo ya syng 😣
Typo ku estetik sekali soalnya, jadi g keliatan 💅

Enjoy 😼

Enjoy 😼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tap ... tap ... tap ....

Lyodryn berlari cepat, mengangkat rok panjang yang di kenakannya. Untung saja hari ini dia tidak memakai hells tinggi nya itu, jadi dapat berlari cepat tanpa takut terjatuh. Matahari sudah terik, seharusnya Lyodryn sudah sampai sejak tadi jika mobilnya itu tidak mogok.

Lyodryn berhenti sejenak, menetralkan nafasnya yang sudah terengah sejak tadi. Bangunan bernuansa biru tersebut sudah terlihat dari tempatnya berhenti ini. Sudah sepi sekali, pasti semua sudah pada kembali kerumahnya. 

"Bunda!"

Seorang anak kecil berusia enam tahun itu melambaikan tangan kearah nya. Lyodryn tersenyum manis lalu berjalan mendekat menuju kearah gerbang sekolah. "Bunda kemana aja? Nabila nungguin loh," ucapnya dengan wajah cemberut.

Wanita itu menyamakan tinggi nya dengan gadis kecil di hadapannya, tersenyum dan mengelus rambutnya perlahan. "Sorry, sayang. Bunda lama ya? Mobil bunda tadi mogok, jadi bunda naik angkot dari jalan besar sana, terus jalan kesini. Soalnya tadi macet, bunda takut makin lama, makannya bunda jalan kesini nya," jelas Lyodryn pada putrinya.

"Nabila marah sama bunda?" tanya Lyodryn.

Nabila terdiam, memandangi wajah ibunya yang terlihat letih itu. Kepalanya menggeleng perlahan. "Nggak bunda. Bila yang minta maaf, pasti bunda cape lari-lari untuk cepat-cepat jemput Bila kan?" 

Nabila mengelap peluh yang membasahi kening Lyodryn dengan telapak tangan kecil nya itu. "Bila gak punya tisu, pakai tangan aja ya. Bunda keringetan gini," ucap gadis kecil itu.

Lyodryn tersenyum melihat perkataan dan perlakuan Nabila padanya. Enam tahun berlalu, kini bayi nya itu sudah tumbuh menjadi gadis kecil yang sangat cantik. Bahkan Nabila kini sudah bersekolah, baru kelas satu SD lebih tepatnya. Satu hal yang sangat Lyodryn syukuri, Nabila tumbuh menjadi sosok yang sangat penyayang, persis seperti Arka nya.

"Sekarang kita pulang naik apa bun?"

"Kita tunggu ayah ya. Tadi ayah bilang mau jemput kita," sahut Lyodryn.

Mereka berteduh di bawah sebuah pohon rindang. Menunggu Arka yang katanya akan menjemput. "Tadi gimana sekolahnya? Bila belajar apa?" tanya Lyodryn.

"Tadi bu guru minta kita tulis nama kita masing-masing, bun. Tapi Bila ada kesulitan," kata Nabila.

"Lho kenapa? Bukannya bunda udah pernah kasih tau ya?"

"Bila gak bisa buat huruf s. Jadi tadi nama Safana nya di bantu sama bu guru deh."

Lyodryn tersenyum untuknya, mencoba memberikan semangat. "Ya sudah gak apa-apa. Nanti kita belajar lagi ya," kata Lyodryn.

"Sama ayah juga ya," lanjut Nabila.

✔️ ADINATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang