23. Tak Terduga

546 47 12
                                    




"Besok kita berangkat ya, kita beresin dulu bajunya, kalau masalah hotel sudah di urus sama teman ku yang di sana" Alika mengangguk lalu mengambil satu buah koper yang ada di atas lemari.

Pagi hari sekitar pukul delapan, Rizhan berangkat dari rumah mereka dan juga sempat berpamitan ke pasantren, minta di doakan semoga perjalanan mereka selamat sampai tujuan.

Diperkirakan mereka sampai sekitar pukul sebelas siang di sana. Mereka saat di tengah jalan juga sempat berhenti karena kondisi Alika yang tiba-tiba sakit kepala, dan mereka juga sempat makan di sebuah rumah makan.

Mereka pun melanjutkan perjalanan, Alika bersandar dengan santai sambil memegangi boneka beruang mini.

"Bentar lagi sayang kita sampai," Rizhan mengelus kepala Alika, Alika pun tersenyum menatap suaminya itu.

"Kamu mau tidur, tidur aja" Alika pun mengangguk lalu membenarkan posisinya, agar ia dengan mudah tertidur dengan nyaman.

"Selamat tidur bulan purnamanya Rizhan" Rizhan lagi lagi mengelusi kepala Alika. Dalam hitungan beberapa menit saja Alika sudah tertidur, gadis itu sangat terlihat letih saat perjalanan.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh, hujan sangat lebat turun saat itu juga, Rizhan sempat menepikan mobilnya karena ia ingin membeli minuman.

Setelah ia membeli minuman, ia kembali melanjutkan perjalanannya tanpa membangunkan Alika.

Saat tikungan tajam, Rizhan sudah mulai kesusahan menyetir dikarenakan jalan yang licin akibat hujan, tiba-tiba ada sebuah mobil truk besar yang sangat melaju di tikungan itu, dan menabrak mobilnya Rizhan. Rizhan pun ingin menghindari tapi tetap saja ia kesusahan jalan sangat licin, ia pun sempat menghalangi kepala Alika supaya tidak terbentur ke depan, tapi ia terlepas dan kembali memegang setirnya.

"Alika, sayang!" Rizhan pun langsung keluar dari tempat duduknya dan dengan cepat ia membuka pintu sebelah yang dimana tempat Alika duduk, ia langsung menggendong Alika, karena mobil itu sudah mengeluarkan asap.

Dalam kondisi hujan Rizhan menggendong Alika, polisi dengan cepat datang ke tempat kejadian, supir yang mengendarai mobil truk tadi pun ikut mengevakuasi mobil Rizhan, Rizhan sedang bernaung di pondokan kecil.

"Euhh" lenguh Alika terbangun, ia mengerjapkan kedua matanya, lalu memegang keningnya yang sudah berlumur darah.

"Alika sayang bentar ya, ambulans bentar lagi datang" Rizhan sangat khawatir, dan tetap menggendong Alika sambil duduk.

Alika sudah tidak sadarkan diri, Rizhan menggoyang badan Alika, dan lelaki yang menggunakan payung itupun datang menghampiri mereka.

"Rizh--" kaget lelaki itu.

Rizhan pun terkaget mendengar suara itu.
"Alvin--" Rizhan meneteskan air matanya.

"Ikut gue, masuk ke dalam mobil gue" Rizhan pun mengikuti Alvin dan Alvin membawa mereka ke rumah sakit terdekat yang ada di Semarang.

"Mobil lo di evakuasi, tenang aja semua barang lo aman, gue punya kenalan, dan dia ikut mengevakuasi tadi" Rizhan mengangguk.

"Alika bangun sayang," Rizhan terus mengusap keningnya Alika, sedangkan gadis itu masih tidak sadarkan diri.

_____

Sepasang suami-istri mengalami tabrakan di tikungan tajam, di duga mobil hitam dengan nomor kendaraan AB 2056 RA tidak mampu melakukan tikungan di karenakan jalan yang sangat licin akibat hujan. Sebuah truk pun melaju dengan cepat sehingga menabrak mobil itu, polisi datang dan mengevakuasi semuanya.

"Abi, i-itu nomor kendaraan Rizh-" Syahra terduduk di sofa saat ia melihat televisi.

"Gak mungkin, kita telepon dulu aja Rizhan siapa tau bukan" ucap Zhafran santai.

"Gak aktif umi" ucap Fira dengan menggenggam ponselnya.

_____

Alika langsung di masukan ke dalam Ruangan ICU. Sedangkan Rizhan di ruang rawat karena luka Rizhan tidak terlalu parah, ia meminta dokter hanya membalut lukanya saja, ia tidak ingin melakukan perawatan lebih lanjut.

Rizhan hanya mondar-mandir di depan ruangan ICU itu bersama Alvin. Rizhan pun mengambil handphone-nya yang ada dalam tas kecilnya yang dimana dalam tas itu sangatlah lengkap, dari KTP, ATM, SIM, STNK dan yang lainnya.

Rizhan pun menghubungi uminya dan memberitahukan kabarnya.

"Assalamualaikum umi" ucap Rizhan gemetar dan menangis.

"Wa'alaikumussalam nak, kamu?" Syahra sudah menangis di seberang sana.

"Alika umi...." Lirih Rizhan ia pun mengelus wajahnya dengan kasar.

"Kamu kenapa nak, Alika kenapa?"

"Alika dan aku kecelakaan umi," tangisnya pecah, saat mengingat kejadian itu, ia tak sempat melindungi kepala Alika, ia menyesal harusnya ia tak melanjutkan perjalanan itu, namun siapa sangka nasib buruk melanda dirinya, hanya Allah yang tau.

"Kami kesana sekarang!" Zhafran mematikan telepon itu, Zhafran dan Hafizh berada di depan, sedangkan ketiga perempuan itu duduk di kursi belakang.

_____

"Han lo sabar, Alika pasti bangun" Alvin mencoba menenangkan Rizhan.

"Suami dari pasien?" Tanya dokter yang habis keluar dari ruangan ICU itu.

Rizhan berdiri dari kursi tunggu itu, "Saya suaminya"

"Ikut Saya!" Dokter pun menjelaskan tentang keadaan Alika.

"Sebelumnya apakah anda tau, bahwa istri anda mengalami cedera kepala?" Rizhan menggeleng.

"Akibat penyakit bawaannya itu, ditambah dengan benturan keras saat kejadian tadi, sehingga pasien mengalami koma akibat pembuluh darah pecah."

Rizhan membungkam mulutnya, seketika air matanya jatuh lagi "La-lakukan yang terbaik dokter!" Rizhan pun keluar dari ruangan dokter itu, dengan wajah yang sudah terlihat putus asa.

"Aaaaa, kenapa sih lo gak bisa jagain dia Han" tangis Rizhan saat ia berada di loteng rumah sakit itu.

"Lo bodoh Han bodoh gak bisa jaga Alika" ia pun berlutut di atas semen itu.

"Aku gak mau kehilangan kamu Lik, maafin aku Lik, aku belum bisa jadi yang terbaik buat kamu, aku mohon Lik sadar," Rizhan meraung keras, Alvin pun berusaha menenangkan Rizhan tetapi Rizhan tetap saja tidak bisa menahan dirinya.

"Aku cinta sama kamu Lik, jangan tinggalin aku, bulan purnama-nya Rizhan," Rizhan mengusap wajahnya dengan kasar.

"Kenapa dulu aku sempat tidak mencintai kamu, padahal kamu wanita yang baik Lik," lirihnya menenggelamkan wajahnya di dekapan Alvin, Alvin mengelusi punggung Rizhan agar Rizhan sabar dan tenang.

"Kamu sembunyiin penyakit kamu Lik? Kenapa Lik kenapa, aku juga bodoh bisa-bisanya aku percaya bahwa itu cuma pusing biasa, aku bodoh harusnya aku lebih bisa jagain kamu, harusnya aku bawa kamu berobat, bukan malah menambah kamu sakit." Rizhan terus menyalahkan dirinya, sedangkan Alvin sudah bingung bagaimana caranya ia memenangkan sahabatnya itu.



🙂🌟
Maaf ya masih banyak typo💔

RIZHAN [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang