18

3.1K 279 6
                                    

" Waaah......" Cicit Haechan perlahan saat masuk ke apartement Mark ....bukan ini bukan sebuah Apartment melainkan penthouse. 

" Kenapa?" Tanya Mark bingung dari kursi roda

" Baimana kau bisa tinggaal di rumah seperti ini sendirian?"

" Hahahah kau tau aku selama ini kesepian?"

" Tidak... dan jujur aku tidak peduli" 

Mark dengan cepat mencubit tangan Haechan

" Hahaha iya iya maaf"

Mark kini sudah boleh pulang kerumah, dan semakin hari Mark dan Haechan lebih terlihat sebagai seorang sahabat. Mark yang meminta itu semua, baginya jika "Jaemin" merasa canggung saat mereka harus membahas tentang perasaan satu sama lain, maka setidaknya Mark ingin menjadi sahabatnya. 

" Kamar mu ada dimana?"

" Uhm... sebenarnya di lantai dua, kau mau menggedongku ke atas?"

" Tidak... hah... hmm... di lantai satu tidak ada kamar?"

" ada sih kamar tamu, tapi itu sangat kecil"

" Benarkah? dimana?"

" Dari pintu masuk tadi kau belok kiri , ketemu?"

" Ketemu"

Ketika Haechan membuka kamar yang Mark maksud "kecil" ia benar benar ingin menghajar orang yang bernama Mark itu, kamar ini sebesar rumah yang ia tempati dengan ayahnya. Bagaimana bisa ia bilang ini adalah kamar yang kecil. Sepertinya sangat tepat tuhan mengambil penglihatannya karena memang dari awal ia tidak bisa melihat dengan benar

" Kau bilang ini kecil Mark? memangnya tubuhmu itu sebesar apa hah?!"

" Heheh... "cicit Mark pelan""

Haechan membereskan barang barang Mark dan tidak lupa menyiapkan makan malam untuknya 

" Makan malam sudah ku taruh di kulkas, sebelum makan malam ...Jeno akan kesini"

" Kau mau kemana?" Tanya Mark yang bisa mendengar Haechan bersiap siap pergi 

" Bekerja... ayolah hidupku tidak hanya untuk mengurusmu...."

" Benar...."

" Aish... jangan buat ekspresi seperti itu... kau menggoyahkan hatiku untuk pergi"

" Tunggu sampai Jeno tiba hmm?" Tanya Mark dengan wajah memohon seperti anak kecil

" Mark....."

" Ini kelemahanmu kan"

" Dan kau memanfaatkannya"

" Dan aku selalu menang"

" Mark!"

Haechan benar benar kesal, sepertinya misi untuk berhenti mencintai Mark akan mudah jika Mark selalu mengeluarkan sifat menyebalkannya ini. 

" ahahhaha aku hanya menjahilimu pergi lah"

" Kau yakin?"

" Iya... palingan selama kau kerja aku terus menghubungi mu"

" Aku mematikan ponselku, Aku pergi ya... jika kenapa napa hubungi aku"

" Bukankah kau mematikan ponselmu?"

" Aaaarghh Mark menyebalkan"

" HAHAHAHHA"

.

.

.

Haechan tersenyum tipis sambil mencuci gelas gelas kotor, Haechan tidak tau ia bisa dekat dengan Mark secepat ini. Bantuan Jaemin? Tentu saja.... jika Haechan tidak berpura pura menjadi Jaemin, mungkin saja kini Haechan masih menangis di kamarnya. 

[COMPLETED] Blind Love || Markhyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang