15-D. Perihal Sekolah

1.4K 228 10
                                    

Typo dimana-mana⚠
.

Smith melangkahkan kakinya seraya menggendong tubuh Darrel setelah berhasil keluar dari ruangan MMA sebelumnya. Bibir miliknya tak henti-henti memberikan kecupan berkali-kali dikening, pipi, dan turun ke leher yang beraroma vanila dari bedak bayi yang biasa Smith bubuhkan.

"Daddy." Darrel memberanikan diri, menatap wajah berrahang tegas milik sang daddy. Antara takut dan berakhir terjadi penolakan apabila dirinya mengutarakan sesuatu yang ingin sekali katakan.

Smith menaikan satu alisnya, "kenapa?."

"Em,," Darrel segera menunduk. Nyalinya terasa ciut saat respon daddynya yang tidak ia pahami. Sepuluh jari jemarinya ia mainkan guna menetralkan rasa takut dan gugup, tengah menguasai sebagian respon tubuhnya.

Smith gemas sekaligus penasaran, lalu bibirnya ia daratkan kembali untuk menciumi pipi chubby putranya itu seraya menunggu kelanjutan perkataan dari sang anak.

"Darrel boleh sekolah lagi kaya dulu nggak?" Lanjutnya hati-hati. Ia cukup  mengerti bagaimana daddynya itu saat melarangnya sekolah setelah insiden dirinya merokok dulu dan berakhirlah diseret paksa oleh daddynya beserta ketiga kakaknya sekaligus. Sungguh, image Darrel jatuh detik itu juga dihadapan teman-temannya sekaligus gerombolan kakak kelas yang biasa mangkal untuk menghindari mata pelajaran yang tidak mereka sukai.

"Tidak! Cukup waktu itu daddy memberikan kebebasan untuk mu bersekolah." Tatapan datar kini terpasang begitu jelas diraut wajah Smith. Aura dingin dengan amarah tertahan, Darrel rasakan begitu melekat saat digendongan daddynya saat ini.

"Janji nggak ngulangin dad. Kita pulang ke Indonesia yuk!" Ajaknya memasang wajah semelas mungkin. Ia berharap sekali daddynya itu mengabulkan keinginannya.

"Tidak Darrel! Sudahlah jangan membuat daddy marah karena mendengar permintaanmu." Smith berucap dengan menahan geraman yang siap meledak kapan saja.

Darrel kontan bergerak brutal dari gendongan Smith, meminta diturunkan. Smith yang peka segera menurunkan tubuh putranya itu dengan sekali hembusan napas kasar akibat menahan amarah yang tertahan.

"Daddy ingat? Umur Darrel sudah lima belas tahun tapi kenapa hidup Darrel selalu direbut paksa oleh daddy?"

Cukup, Darrel lelah sebenarnya. Hidup dibawah kendali sang daddy dengan serangkaian peraturan yang selalu ia turuti. Bolehkan Darrel memberontak sekali saja? Ia remaja labil, ingin merasakan kebebasan dengan menghirup udara segar diluaran sana seperti remaja pada umumnya.

Smith memejamkan mata sekilas sambil memijat pelipisnya, pusing.

"Karena daddy menyayangimu." Tungkas Smith menatap Darrel begitu sayangnya. Lantas, menyayangi seperti apa yang Smith maksudkan?.

Darrel mendengus sesaat, "menyayangi dengan cara dikurung didalam mansion. Iya dad?" Darrel tidak habis pikir dengan jalan pemikiran yang daddynya itu lakukan. Bukankah akan semakin menekan psikis mental yang Darrel rasakan sampai saat ini.

Mati-matian Smith menahan emosi diatas ubun-ubun kepalanya agar tidak kelepasan. Kedua tangannya ia letakan dibahu sang anak dengan menatap lembut.

"Daddy akan menuruti apa keinginanmu tapi untuk sekolah? Maaf! Daddy meragukan itu."

Mendengar perkataan Smith, Darrel dengan kasar mendorong dada bidang Smith yang sedang berjongkok, membuat tubuh Smith terjungkal ke belakang.

KAVAMIRO DARREL (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang