Bab satu

17 1 0
                                    

"Rillo, ayo main!" Seru Boni, bocah gendut teman dekat Rillo di sekolah.

"Nggak!"

Boni yang awalnya berdiri di depan pintu melangkah masuk ke dalam kelas. "Kenapa kamu? Lagi bad mood?"

Rillo tidak menjawab.

"Ayo main sepak bola! Melvin nantangin kita tuh songong banget dia."

Sekali lagi Rillo tidak menjawab.

Boni mendecak. "Ah Rillo nggak asik!" Ucapnya kemudian berbalik dan melangkah pergi.

Rillo terus memandang kepergian Boni dengan tatapan tajam namun anak laki-laki itu tidak beranjak.

Rillo kira ia sudah bisa tenang menyendiri di kelas namun Boni justru kembali datang dan membawa sekompi pasukan. Melvin dan teman-temannya.

"Tuh Rillo," Boni menunjuk Rillo dengan dagu.

Melvin dan anak yang lain mendekat kemudian menggebrak meja di depan Rillo. "Woy cupu! Ayo tanding sepak bola yang kalah harus nurutin yang menang! Berani nggak?!"

Rillo mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Menekan gelegak amarah yang tiba-tiba muncul di dadanya.

"WOYYY! Kamu budek sekarang?" Tanya Melvin lagi tepat di depan wajah Rillo sambil berteriak.

Rillo memejamkan mata menghindari cipratan air yang muncrat dari bibir Melvin. Anak itu semakin menyebalkan saja.

Bagi Melvin, Rillo juga berkali-kali lipat menyebabkan. Jika Rillo masih menahan-nahan amarahnya, Melvin langsung meluapkannya. Karena Rillo tak kunjung buka suara, anak itu menjambak rambut Rillo dan mendongakkan nya. "Jawab! Kamu bisu apa budek sekarang?! Atau takut kalah iya?! HAHAHA cupu!"

Boni yang melihat itu langsung panik. "Melvin! Lepasin tangan kamu! Tadi kamu bilang cuma mau ngajakin Rillo main!"

"Diem bon!" Justin, teman Melvin langsung menghalangi bocah gendut itu sambil terkekeh sinis.

"Kenapa? Sekarang udah jadi banci kamu? Dasar lemah!" Melvin menabrakkan kepala Rillo ke meja hingga terdengar bunyi 'duk' yang agak keras.

Melvin menegakkan tubuhnya dari hadapan Rillo. "Ayo pergi. Rillo udah nggak berani ngelawan kita karena dia udah jadi banci! Hahahaha!"

Setelah mendorong Boni hingga anak itu nyungsep ke lantai, Justin berjalan lebih dulu. Melvin yang berjalan paling belakang. Anak itu masih saja tertawa-tawa sambil berjalan di lorong antar bangku sampai tiba-tiba kepalanya terenggut ke bawah. Tawa Melvin langsung berubah jadi suara tercekat dan erangan kesakitan. Dari belakang Rillo menjambak rambut Melvin seakan dia mau menarik helaian rambut itu terlepas dari pangkal kepala Melvin.

"Siapa yang bilang aku banci? Kamu yang banci!" seru Rillo dengan geram, semakin menarik jambakannya dengan kencang hingga suara teriakkan Melvin melolong ke udara. Tidak mau langsung melepaskannya, Rillo mendorong kepala Melvin ke depan dan membenturkan nya ke ujung meja tanpa ampun.

"AAAKKHHHH!!!"

*

Rillo duduk di koridor utama sedang menunggu jemputan ketika dari kantor kepala sekolah ia melihat Bu Jodi, wali kelasnya keluar bersama seorang wanita. Keduanya sedang berbicara serius saat Bu Jodi tiba-tiba menatap ke arahnya.

Saat Rillo sedang terang-terangan membalas tatapan wali kelasnya itu, Victor asisten ayahnya muncul di depannya. "Rillo,"

Perhatian Rillo teralihkan.

"Ayo," Victor menggidikkan dagunya. Laki-laki itu langsung mengulurkan tangannya dan Rillo memberikan tasnya.

Sambil berjalan Rillo menceritakan tentang apa yang dia lakukan hari ini terhadap temannya. "Kenapa ayah sama ibu nggak dateng?"

505Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang