Titt... titt... titt...
Bunyi alat yang menjadi pengiring Alvin. Sakit? Tentu, tapi kini yang menjadi hal yang dipikirkan oleh Alvin adalah apakah ia bisa lebih lama lagi hidup menemani semuanya?
Ucapan dari Andre membuat dirinya harus memikirkan hal ini, 'meninggal' kata yang terngiang di kepalanya.
"Bang-" ucapan Rissa terhenti karna Alvin yang mengubah posisi tidurnya menjadi membelakanginya.
Hening menjadi pengiring suasana keduanya.
"Dek, kalau Abang udah gak ad-"
"Abang akan tetep ada! Jangan pernah ngomong gitu kalau di depan Rissa! Rissa gak suka bang..." Potong Rissa dengan lirih di akhir kalimatnya.
Alvin hanya diam, dirinya tak ingin Rissa sedih namun dirinya juga tak bisa membantah bahwa ia akan meninggal sewaktu-waktu.
"Bang..." Panggil Rissa pada Alvin.
"Rissa akan minta maaf untuk semua kesalahan yang Rissa lakukan." Lirih Rissa membuat Alvin kini merubah posisi menjadi menatapnya.
"Kenapa minta maaf? Bukannya Abang yang harus minta maaf untuk semua kesalahan Abang?" Ujar Alvin
"Pokoknya Rissa cuman mau bilang makasih untuk semuanya." Rissa berkata dengan disertai senyuman manisnya.
Rissa merubah posisinya membelakangi Alvin dan menutup matanya.
...
Rissa kini berada pada ruangan berbeda, dirinya pisah ruangan dengan Alvin dengan alasan agar dirinya dan Alvin bisa sama-sama merasakan istirahat tanpa adanya gangguan dari diri mereka.
Dan kini Rissa hanya berdua dengan dokter dan sedang membicarakan hal dengan cukup serius."Bagaimana dok? Apa bisa?" Tanya Rissa pada dokter.
"Bisa nona, t-tapi kan-"
"Lakukan saja apa yang saya bilang tadi!" Ujar Rissa meyakinkan dokter itu.
"B-baik nona." Dokter itu pergi meninggalkan Rissa yang saat ini kembali menidurkan tubuhnya.
Rissa memejamkan matanya namun tak lama kemudian Riska datang.
"Riss!!" Panggil Riska dengan nada ngegas.
"Apa setan?" Rissa menjawab dengan ikutan ngegas.
"Eh, dari mana aja Lo?" Ujar Rissa bertanya.
"Gua ngurusin hal penting!" Jawab Riska dengan nada sengit.
"Serah!" Cuek Rissa ingin kembali menidurkan tubuhnya namun ucapan Riska membuatnya menegakkan tubuhnya menjadi duduk di atas tempat pesakitan nya.
"Black Armor kembali!"
"APA!!?" Rissa shock mendengar hal itu! Gak mungkin pikir Rissa.
"Bagaimana mungkin?" Tanya Rissa menatap Riska dengan serius.
"Bunga," ucap Riska singkat.
Rissa tak bodoh akan hal ini, dirinya tau bunga yang dimaksud Riska adalah bunga yang dia anggap mama dulu.
"Sialan!" Umpat Rissa.
"Trus gimana?" Tanya Rissa pada Riska.
"Lo kan bisa ngeliat masa depan sekilas bego! Kenapa gak lu liat aja sih?!" Kesal Riska.
"Gw udah gak bisa ngelakuin itu setan! Gw gak tau kapan dan kenapa tapi yang jelas hal itu udah lama gak bisa gw lakuin lagi!" Ujar Rissa berterus-terang.
"Ck, Lo lakuin aja apa yang bisa Lo lakuin, untuk nanti biar gw yang ngasih infonya," kata Riska kemudian pergi begitu saja.
"Kebiasaan banget tuh setan datang tak diundang pulang tak di antar." Kesal Rissa pada Riska yang seperti jelangkung.
Rissa kemudian termenung sesaat namun satu nama yang terlintas dipikirannya membuat ia dengan cepat mengambil handphone nya.
"Halo!" Rissa berucap dengan intonasi yang tak biasa.
"Kenapa?"
"Black Armor kembali!" Ujar Rissa menunggu respon orang yang ia telfon.
"......" Tak ada balasan sama sekali, Rissa bisa menduga bahwa orang yang ia telfon termenung dengan apa yang ia sampaikan.
"Lo masih di sana? Halo? Halo?" Rissa mencoba membuat orang yang ia telfon tersadar.
"Ini saatnya!" Ucap orang di sebrang sana kemudian menutup dengan cara sepihak.
Rissa tau apa maksud dari ucapan orang itu, dirinya kembali memainkan handphone nya dan mengirim pesan pada Dafa agar bersiap untuk ini semua.
"Beres."
Setelah selesai Rissa kini menidurkan tubuhnya mencari kenyamanan agar ia bisa tertidur nyenyak.
03.11 am
Rissa sedang bersiap pergi ke suatu tempat. Rissa bergegas dengan cepat memasuki mobilnya dan menancap gass agar melaju lebih cepat.
Rissa Sampai pada suatu tempat yang sepi, didepannya kini terdapat sebuah gedung tua tak terurus. Rissa masuk kedalam gedung dengan Riska yang berada di sampingnya karna ia memanggil Riska untuk hal ini.
Rissa menatap seseorang dengan perawakan putih dengan wajah datar tanpa adanya ekspresi apapun.
"Kak," ujar Rissa kemudian memeluk orang yang didepannya ini.
"Udah lama gak ketemu, gimana? Aman?" Tanya Rissa dengan beruntun.
"Baik." Singkat padat dan bikin emosi pikir Riska.
"Black Armor sudah mulai bergerak, sekarang ini incaran mereka adalah merebut kelompok-kelompok mafia yang berada di naungan RD." Riska berucap karna dirinya tak ingin membuang waktu akan semua yang terjadi nantinya.
"Madam! Saya mendapat informasi jika setengah dari kelompok mafia yang berada dibawah naungan RD telah di kuasai dan bergabung dalam Black Armor." Seorang dengan berpakaian hitam menghampiri wanita yang di panggil kakak oleh Rissa.
"Reuzila, Lo bisa hubungin devil twins?" Tanya Riska membuat Reuzila berpikir sejenak.
"Bisa, tapi sulit." Ungkap Reuzila (madam)
Fyi: Reuzila adalah madam yang selama ini memantau semua kegiatan dari Rissa dan yang lain.
"Bukannya mereka sudah menghilang sejak lama?" Tanya Rissa pada Reuzila dan Riska.
"Tidak. Mereka hanya bersembunyi dengan penyamaran tanpa terdeteksi oleh orang lain." Kata Reuzila mendapat anggukan oleh Riska.
"Tapi apa mereka bersedia membantu kita? Kita tak akan bisa dengan mudah membuat mereka yakin untuk membantu kita." Rissa berkata akan hal itu karna dirinya tau jika twins devil bukanlah orang yang mudah diajak kerjasama.
"Kan ku urus." Kata Reuzila membuat Rissa hanya bisa menghembuskan nafasnya.
"Bersiap untuk semuanya!" Peringat Reuzila kemudian pergi memasuki sebuah ruangan yang tak lama di susul oleh Rissa.
.
.
.
Oke sampai disini dulu
Sorry kalau lama gak up
Dah mau ulangan makanya lebih fokus ke tugas dll.
Thanks buat kalian yang tetep nungguin up
Jangan lupa tinggalkan jejak
VOTE and KOMEN
KAMU SEDANG MEMBACA
K'Q Mafia World
Teen FictionSQUEL SECRET OF MAFIA GIRL Kisah dengan teka-teki sang Mafia. "mengusik berarti mati!" sadis? tentu! psycho? tentu! berdarah dingin? Tentu! Bad? Tentu! Dafa, seorang anak yang di besarkan oleh seorang gadis bernama Clarissa Wozniacki. Rela menang...