Hari pun mulai berganti malam, selesai mandi haura membuka paper bag yang di berikan abizar itu. Keningnya menyerit, kala ia menemukan sebuah pakaian gamis.
"Ini mau pergi malam mingguan apa mau ngelayat orang mati, mana warnanya item gini?", gumam haura membolak balik pakaian di tangannya.
Sedikit penasaran haurapun mencobanya di depan cermin besarnya.
"Lumayan, bagus juga bajunya", haura berputar-putar melihat sisi bentuk tubuhnya.
Mendengar bell berbunyi haura bergegas keluar kamar, guna melihat siapa yang ada di depan apartemen nya.
"Hau-ra.."
"Pak abizar?"
Abizar terpanah melihat gadis di depanya itu, pakaian yang ia belikan sangat terlihat pas dan cocok di pakai.
Jika melihat haura terus memakai pakaian seperti ini, sudah di pastikan kecantikan haura kian bersinar dari pada memakai pakaian kurang bahan itu, menurut abizar.
Namun ia tak bisa memaksa haura agar memakai pakaian tertutup, dirinya bukan siapa-siapa dan kalaupun haura adalah istrinya ia tak akan memaksa tapi pasti akan memberi haura nasihat.
"Sekarang pak?", tanya haura membuyarkan lamunan abizar.
"Ah, iya", jawab abizar mengalihkan pandangan nya.
"Kalau gitu ayo berangkat pak". Baru selangkah berjalan abizar sudah menahan haura.
"Tunggu dulu, dimana kerudung kamu?"
"Hah? Harus emng ya pak?"tanya haura bingung.
Abizar mengangguk "Harus".
Haura berpikir sejenak, di dalam paper bag tadi ia tidak menemukan kerudung atau yang lainnya. Hanya ada sebuah gamis saja
"Saya nggak punya kerudung pak, lagian di paper bag yang bapak kasih ngga ada tuh".
Abizar mengusap wajahnya pelan, seharusnya ia membelikan gadis itu hijab juga bukan malah berpikir jika haura juga punya.
"Yasudah kamu tunggu di sini sebentar, saya mau ambil sesuatu dulu di kamar", abizar masuk ke dalam apartemen miliknya.
Sambil menunggu abizar keluar, haura memperhatikan pakaiannya kembali.
Abizar keluar dengan sebuah kain di tangannya, yang haura tak tau apa itu.
"Ini pakai ini saja kalau gitu", abizar menyerahkan serban hitam miliknya.
"Ini kan bukan kerudung pak!"
"Sudah pakai saja sana",
Dengan terpaksa haura menurut, ia memakainya di kamar. Setelah selesai barulah haura menemui abizar kembali
Lagi-lagi abizar menatapnya penuh kagum, penampilan haura benar-benar berbeda ketika berpakaian seperti ini, pikir abizar.
"Udah kan pak?, ayo berangkat". Haura berjalan lebih dulu sedangkan abizar berada di belakang gadis itu.
Mobil yang mereka tumpangi berhenti di sebuah rumah besar, haura berpikir rumah siapa yang mereka datangi ini? Kenapa abizar membawanya ke sini?
"Ayo turun", ujar abizar seraya melepaskan sealbeat nya.
Haura turun mengikuti langkah abizar dari belakang.
"Assalamualaikum", salam abizar.
Tak lama pintu terbuka, ada seorang pelayan menyambut mereka berdua.
"Den abi?"ujar bi surti.
"Ayah sama bunda ada bi?"tanya abizar.
"Tuan sama nyonya ada den, silahkan masuk". Bi suruh membuka pintu memberi jalan pada mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIZAR & HAURA the End ✔
Подростковая литература"Sebaiknya kita percepat saja dawas pernikahan mereka, saya takut kalo mereka tinggal bertetanggan gini terjadi hal yang tidak kita ingin kan". Seakan paham dawas mengangguk setuju. "Yaudah bagaimana jika jum'at besok kita nikah kan mereka" "APA...