Membuka mulutnya untuk suapan terakhir, perasaan Luna menghangat kala menyadari kebaikan Viani tampak tulus.
Keduanya sudah berbincang banyak sejak satu jam lalu. Bahkan Viani menawarkan diri untuk menyuapi Luna makan.
Viani terus membuat topik pembicaraan agar Luna tidak melamun apalagi membahas perkara masa lalu. Dengan begitu, Viani berharap perempuan itu tidak terganggu dengan kehadirannya.
"Jadi, tante ambil jurusan psikolog setelah Rayhan lahir?"
"Iya, S1 begitu... S2nya tante ambil jurusan yang sama setalah Rayhan besar. Agak telat, tapi bersyukur karna tante nggak banyak lupa sama materinya." Jawab Viani sembari tertawa ringan.
"Mama!!" Luna terkejut saat seorang anak berumur kira-kira lima tahun masuk ke ruangannya.
"Hallo sayang! Mbak mana?" Sambut Viani.
"Ke kamar mandi, katanya perut mbak sakit, jadi Riri nyusul mama ke sini." Jelas anak dengan wajah bule itu.
"Ya sudah nggak pa-pa, oh ya Luna kenalin ini Betari putri saya, adik tirinya Rayhan." Luna sedikit melotot.
"Adik tiri?"
"Iya!" Jawab Viani sambil tersenyum.
"Hallo kakak, namaku Betari, tapi panggil aja Riri." Seru anak itu dengan ceria. Wajahnya benar-benar bule, tapi bahasa indonesianya patut diacungi jempol.
"Hallo, nama kakak Luna." Jawab Luna pelan, tidak lupa menyunggingkan senyum meski hanya tipis.
"Kakak habis nangis ya? Ini Riri bagi coklat, kata kak Rayhan, coklat bisa bikin orang happy!" Luna tertawa melihat tingkah polos Riri, perempuan itu mengambil cuilan coklat yang Riri berikan.
"Thanks!" Riri mengangguk cepat.
"Riri duduk di sana dulu ya.. Mama masih mau ngobrol sama kak Luna." Pinta Viani sembari menunjuk sofa di pojok ruangan.
"Oke ma!" Sahut anak itu.
"Riri ini.... Benar adiknya Rayhan, tan?" Tanya Luna ragu.
"Iya!" Jawab Viani cepat.
"Setelah beberapa tahun menjanda, saya akhirnya menikah lagi." Jelas Viani tampak malu-malu.
"Sama bule?" Tanya Luna polos.
"Iya," Jawaban Viani diiringi gelak tawa dengan raut yang sedikit salah tingkah.
"Ehmm... Nggak bule juga sih, dia blasteran.. Tapi lama tinggal di Indonesia, malah kita ketemunya di Singapura."
Luna tersenyum menatap wajah Viani yang mendadak berseri saat memberinya penjelasan. Bak ABG yang tengah jatuh hati, Luna yakin laki-laki yang menikahinya pasti memberi kebahagiaan yang besar hingga Viani terlihat sesalting ini.
"Wajah tante merah." Ledek Luna.
"Ah, masa sih?" Celetuk Viani sembari mengusap pelan wajahnya.
"Mama di sini?" Suasana seru itu mendadak berubah saat Rayhan tiba-tiba datang.
Viani dan Luna kompak diam sembari menatap datar pada Rayhan.
"Kakak bawa oleh-oleh buat Riri?!" Seru Riri sembari berlari ke arah kakaknya.
"Enggak ada sayang, kak Ray nggak tahu kalo kamu ikut mama ke sini." Jelas laki-laki itu.
"Itu apa?" Tunjuk Riri ke bingkisan yang Rayhan bawa.
"Riri... itu pasti oleh-oleh buat kak Luna," Tebak Viani sembari meraih bingkisan yang Rayhan bawa.
"Tuh kan benar, nih Lun ada kue sama buah, makan lagi ya yang banyak." Luna melirik ke Rayhan sekilas, laki-laki itu juga sempat menatapnya meski segera membuang wajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepaket Luka & Obatnya (Versi benar)
ChickLit[READY EBOOK 📱] LINK PEMBELIAN EBOOK BISA DM/BUKA DI PROFIL AKU, TEPATNYA DI BERANDA PERCAKAPAN YA☺️ "Ngapain di sini? Jual diri ya." Luna memejamkan matanya, berusaha meredam amarah atas tuduhan dari seseorang yang sejak bertahun-tahun perempuan...