CHAPTER 04

218 12 2
                                    

Author's POV

"Kita harus menunggu sedikit lebih lama, Dr. Ford sedang dalam perjalanan kemari."

Tim hanya bisa menurut saat Lynn sibuk memeriksa ponselnya, ia baru saja selesai menghubungi Dr. Ford lalu setelahnya ia juga menghubungi Natasha untuk mengatakan bahwa ia tak akan kembali ke kantor hari ini.

"Kau ingin minum?" tanya Lynn saat ia melihat wajah Tim begitu pucat.

Tim menggeleng lemah. Kepalanya ia sandarkan di bahu Lynn, serta satu tangannya ia lingkarkan di perut kekasihnya itu.

"Kau melewatkan makan siangmu. Setidaknya makanlah sedikit agar tubuhmu tidak lemas seperti ini." ucap Lynn dengan lembut.

Tim mendongakkan kepalanya menatap wajah Lynn yang nampak begitu khawatir. Ia menjadi sangat terharu karena ternyata Lynn masih memperdulikannya setelah apa yang ia lakukan malam tadi.

"Kau sudah tidak marah lagi?" tanya Tim dengan suara paraunya.

Lynn melengos detik itu juga. Ia mendadak kesal dan enggan menatap wajah Tim saat ini karena hal tersebut semakin membuatnya teringat kembali pada perlakuan Tim semalam.

"Aku melakukan ini karena aku masih punya hati nurani." jawab Lynn. Ia masih tak berniat mengalihkan pandangannya dari pintu ruangan Dr. Ford yang tertutup rapat.

"Ayolah, Sayang. Aku minta maaf. Aku berjanji tidak akan melakukan kesalahan seperti itu lagi, aku benar-benar menyesal karena lebih mengutamakan pekerjaan kantor daripada dirimu. Maafkan aku ya? Hmm?" mohon Tim sambil menggenggam kedua tangan Lynn yang terasa begitu hangat dan nyaman dalam genggamannya.

Lynn tetap diam dan tak bereaksi apapun. Suasana hatinya masih cukup buruk untuk memaafkan Tim begitu saja.

"Saya---"

"Lukanya tidak terlalu dalam. Aku sudah menjahitnya dan dia akan sadar dalam waktu beberapa jam setelah anestesinya habis. Kalian bisa pindahkan dia ke ruang rawat setelah ini. Oh ya, dan satu lagi... Setelah dia sadar, berilah obat khusus untuk memulihkan keadaannya pasca operasi."

Pembicaraan Tim dan Lynn terhenti saat perhatian mereka teralihkan pada seorang Dokter yang baru saja keluar dari ruangan bedah yang tak jauh dari tempat mereka berada sekarang bersama dua orang Suster.

"Baik, Dokter. Kami akan segera mengerjakannya. Kalau begitu, kami permisi dulu." ucap salah satu Suster.

Dokter itu menganggukkan kepalanya bersamaan dengan dua Suster tadi yang juga beranjak pergi untuk kembali menjalankan tugas mereka.

"Pasien Dr. Ford?"

Seakan baru kembali dari lamunannya, Lynn dan Tim seketika menyadari bahwa Dokter tadi sudah berdiri tepat dihadapan mereka dengan senyum ramah yang terukir indah di bibirnya.

Lynn lantas mengangguk sambil tersenyum pula. Sedangkan Tim hanya diam tak berniat ikut menimbrung.

"Iya, kami pasiennya." jawab Lynn.

"Dia datang agak siang hari ini karena cucu pertamanya baru saja lahir." ucap Dokter itu memberi tahu.

"Ya, aku sudah menelponnya tadi." balas Lynn dengan senyuman yang masih sama ramahnya.

"Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya, apakah kau baru pindah tugas ke rumah sakit ini?" tanya Lynn mencoba berbasa-basi.

"Ah, iya. Aku pindah ke rumah sakit ini dua bulan yang lalu. Aku Dokter Spesialis Bedah." jawab Dokter itu.

Lynn mengangguk paham, pantas saja ia seperti tidak pernah melihat Dokter ini sebelumnya karena terakhir ia berkunjung ke rumah sakit ini pun sudah sekitar empat bulan yang lalu.

TRUTH UNTOLD™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang