Suara sentuhan antara kedua kayu yang menjadi senjata kedua petarung itu dapat terdengar di seluruh dojo. Ayaka mengayunkan tangannya dengan sangat anggun, terlihat seperti seorang yang sedang menarikan tarian kipas. Walaupun begitu, Thoma yang menjadi lawan Ayaka saat itu terkena pukulan pedang kayu dan ia dapat merasakan, pukulannya terasa sakit.
Tetapi, ia kembali bangkit dan mencari cara untuk mengungguli wanita di depannya itu. Ayaka memiliki satu hal yang tidak ia miliki, yaitu kegesitannya dengan badannya yang kecil gadis itu bisa bergerak dengan bebas dan sangat cepat.
Ayaka mundur sedikit, mengambil nafas karena mereka sudah berlatih selama satu jam lebih.
"Ada apa M'lady? Apakah anda sudah lelah?" Tanya Thoma, ia menyindir Ayaka. Gadis itu lalu tersenyum, ia memerhatikan kedua kaki Thoma.
"Kakinya.... Yah...."
Ayaka kembali memasang kuda-kudanya, ia menggenggam pedang kayunya dengan erat. Thoma yang melihat hal itu, ikut memasang kuda-kudanya.
Setelah sekiranya siap, Ayaka mulai berlari, mengincar kaki Thoma. Ia memukul kedua kaki Thoma sehingga kekutan pada kakinya berkurang dan kemudian kaki Ayaka menyenggolnya sehingga kini keseimbangan Thoma hilang dan jatuh kelantai.
Ia terbaring di lantai Dojo, sembari menahan rasa sakit yang di sebabkan gadis itu. Ayaka lalu menghampiri Thoma, ia duduk di atas pinggul Thoma dan meletakkan ujung pedang kayunya tepat di jantung Thoma.
"Aku menang." Ucap Ayaka, tersenyum bangga.
Thoma tersenyum, "Selamat..... M'lady." Balas Thoma dengan nafasnya yang masih tersenggal-senggal.
Kedua mata Ayaka dapat melihat dengan jelas tulang selangka Thoma, dibalik baju hitamnya yang berlengan pendek itu. Keringat yang masih bekas mereka berduel tadi berhasil membuat Ayaka termenung hingga akhirnya ia kembali tersadar dan langsung mengalihkan pandangannya. "Thoma....."
"Ya...? M'lady?"
Ayaka menatap Thoma sebentar, dan kemudian kembali mengalihkan pandangannya selagi berusaha menyembunyikan wajahnya yang merah. "Malam ini.... Maukah kau pergi menonton festival bersamaku?" Tanya Ayaka.
Pria yang saat ini masih berbaring di bawahnya itu melebarkan kedua matanya, ia lalu memegang perut Ayaka sehingga gadis yang masih duduk di atasnya itu tidak terjatuh ketika ia mencoba untuk duduk.
"Tentu saja, itu akan menjadi.... Sebuah kehormatan bagiku M'lday." Balas Thoma, ia tersenyum manis kepada Ayaka.
"Baiklah, malam ini.... Jam 7."
Thoma mengangguk setuju.
-
"M'lday..... Kau terlihat.... Cantik." Puji Thoma, ketika melihat Ayaka dibalik kain yukata berwarna biru. Ayak tersenyum sedikit malu. "Te...rimakasih...."
Malam itu Ayaka benar-benar terlihat berbeda, ia mengganti gaya rambutnya dengan menguncirnya dan kemudian di gulung selain itu ia juga menggunakan aksesoris rambut yang Thoma berikan kepadanya di ulang tahunnya yang ke 17 tahun.
Mereka berdua lalu keluar dari rumah Kamisato, namun baru saja menginjakkan kaki di luar. Seorang warga berlari menuju mereka berdua. "Thoma!"
"Ke... Kenapa?" Tanya Thoma, ketika ia melihat warga yang panik itu.
"Ada masalah di Ritou, beberapa kapal yang mengangkut penumpang berhasil berlabuh." Lapornya.
Ayaka yang mendengar hal itu menaikkan kedua alisnya, "Banyak orang yang mencarimu untuk bernegosiasi dengan orang-orang ini." Sambung orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shirasagi Himegimi(Heroin Series)
FanfictionKumpulan Cerita Fanfiction One shoot Thomayaka(ThomaxAyaka). DISCLAIMER Beberapa chapter di cerita ini mengandung Angst dan Cliffhanger, jangan marah sama author kalau kalian tidak kuat. Saya sudah mengingatkan. Setiap Chapter punya cerita yang beda...