Satu minggu. Tujuh hari. Seratus enam puluh delapan jam. Enam ratus empat ribu delapan ratus detik.
Tepat sudah semua itu dilalui oleh Yuuna dalam kebimbangan. Bukan bimbang karena Ujian Tengah Semester yang sedang ia hadapi, melainkan karena hal lain. Hal yang selama ini menghantui dirinya sekaligus membuat cairan bening mengalir dari pelupuk matanya.
Yuuna tahu, tidak seharusnya ia menangis. Ia tidak perlu mengeluarkan air mata itu. Toh hal ini juga demi kebaikan kedua orang yang cukup dekat dengan dirinya. Benar 'kan?
Manik hazel milik Yuuna melirik ke arah (Y/n) yang duduk cukup jauh di depan sana. Hampir mendekati meja guru. (Y/n) tampak sedang meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa pegal. Kemudian, gadis itu kembali duduk bersandar dengan kepala yang ia tengadahkan menatap langit-langit kelas.
Melihat (Y/n) yang terlihat lega karena Ujian Tengah Semester telah berakhir, seketika sebuah senyum terbit pada wajah Yuuna. Dengan tekad yang bulat, gadis itu sudah siap untuk melakukan hal yang telah ia tunggu hingga hari ini tiba.
***
"(Y/n)-chan..."
Dengan keraguan yang mendadak muncul, Yuuna pun memberanikan dirinya memanggil (Y/n) lebih dahulu. Entah mengapa, melihat teman dekatnya yang tampak bahagia itu membuat Yuuna urung untuk mengatakan apa yang sudah ia pendam sejak beberapa belas hari yang lalu.
"Hm? Ada apa, Yuuna?" Dengan santai, (Y/n) menyahut panggilan Yuuna. Membuat gadis yang memanggilnya itu semakin merasa gelisah. Namun, ia kembali teringat dengan tekadnya yang sudah bulat. Ia tidak boleh mundur sekarang. Ya, demi kebaikan mereka bersama.
Sambil menyiapkan diri agar suaranya tidak bergetar, Yuuna pun akhirnya berkata, "Bisakah kau ikut denganku ke halaman belakang sekolah sekarang?"
***
Di sinilah mereka sekarang. (Y/n) berdiri di hadapan Yuuna dengan tasnya di bahu. Sementara, sejak tadi Yuuna hanya diam sambil memilin jari-jemarinya. Saliva-nya terasa sulit untuk ditelan kala ia melihat (Y/n) tengah menguap tiba-tiba. Membuat Yuuna berasumsi bahwa (Y/n) telah merasa bosan karena sejak tadi ia hanya bergeming di sana.
"Apakah ada hal yang ingin kau katakan padaku?" tebak (Y/n) tiba-tiba. Ia tidak tahu apakah tebakannya benar atau tidak. Namun, ia rasa Yuuna hendak mengatakan sesuatu tetapi terhalang oleh sebuah hal. Entah apa hal itu.
Kepalanya ia tundukkan. Sejenak Yuuna diam termenung dengan posisi seperti itu. Tangannya yang sudah berkeringat dingin masih saling memilin. Keberaniannya yang sempat terpecah-belah kini ia kumpulkan. Dengan perlahan namun pasti, Yuuna mengangkat kepalanya. Menatap lurus ke arah (Y/n) dengan manik hazel-nya.
"Aku, aku telah mengakhiri hubunganku dengan Miya-kun."
Manik (e/c) itu sontak membulat kala mendengar apa yang dikatakan oleh Yuuna. Pasalnya, selama ini mereka terlihat baik-baik saja. Tanpa ada perubahan. Ataukah (Y/n) yang salah paham dengan situasi yang sebenarnya terjadi? Miya pun tidak pernah mengatakan apa-apa kepadanya tentang hal itu.
"Jujurlah padaku, (Y/n)-chan." Yuuna diam sejenak. Khawatir dengan reaksi yang akan (Y/n) berikan nantinya. "Kau yang meminta Miya-kun menjadi pacarku 'kan?"
Usai sudah. Setelah Yuuna mengatakan satu kalimat pertanyaan yang sejak seminggu lalu mengganjal di dalam pikirannya, kini ia tidak tahu entah harus merasa lega atau khawatir. Lega karena pada akhirnya ia berhasil mengatakannya atau khawatir akan reaksi yang (Y/n) berikan. Karena jika memang benar (Y/n)-lah yang melakukannya, maka itu sama artinya dengan Yuuna merusak usaha yang telah (Y/n) lakukan demi dirinya.
"Ya, aku yang memintanya."
Kini berganti dengan Yuuna yang merasa terkejut. Ia tidak menduga jika (Y/n) akan langsung mengatakannya tanpa berpikir panjang. Gadis itu tahu (Y/n) memang lebih suka to the point daripada bertele-tele. Lantas, apa yang harus Yuuna katakan sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
END ━━ # . '1/6 Detik ✧ Miya Chinen
Fanfictie"Hanya butuh satu per enam detik bagiku untuk membencimu, Chinen Miya." ────── Pertemuan di antara kau dan Chinen Miya tidak terlalu baik, apalagi romantis. Melainkan seperti sebuah deklarasi perang di antara dirimu dan lelaki yang kau akui sangat m...