"KAMU!"
Mendengar bentakan itu, Silvanna melupakan rasa sakitnya akibat terjatuh dan langsung fokus pada suara perempuan yang berdiri di depannya. Matanya melotot.
"Sekarang katakan di mana anak saya!"
Silvanna ketakutan, apalagi ketika beberapa pasang mata yang melintas mulai memperhatikannya. Setelah mengambil ponselnya, Silvanna merangkak mundur dan berlari sebisanya untuk menghindari perempuan paruh baya itu.
"Silvanna!" perempuan itu lantas mengejarnya. Jangan remehkan perempuan paruh baya itu. Ia masih gesit dalam berlari sehingga tak heran jika Silvanna hampir tertangkap oleh perempuan itu.
Untungnya, ada celah di antara dua bangunan yang melindunginya. Napasnya terengah-engah sambil bersembunyi di balik tong di antara dua bangunan itu. Silvanna mengambil ponselnya ketika menyandari di dinding bangunan. Pandangan matanya sayu, rambutnya berantakan karena saking kencangnya ia berlari. Di tambah ia harus mengutuk dirinya ketika menemukan layar ponselnya sudah retak.
Silvanna menekan tombol telepon dengan susah payah setelah menemukan nomor Moskov. Tidak mudah untuk mengendalikan ponsel dengan layar yang retak.
"Mos, lo masih di tempat?" tanya Silvanna ketika panggilannya terangkat.
"Ya, gimana?"
"Lo bisa nggak kalau setor datanya sendirian aja?"
Sementara itu dari seberang jalan, Moskov melihat seorang wanita yang sepertinya bingung mencari seseorang. Ia berbalik, membelakangi jalan agar wanita itu tidak mengetahui keberadaannya. "Ya, gue tau. Lo balik aja duluan. Motor lo aman sama gue," ucap Moskov sedikit melegakan Silvanna.
Tak langsung beranjak, Silvanna sibuk menghapus air mata yang mendadak tumpah di sana. Di ruang sempit ini Silvanna kebingungan, sampai kapan drama dalam kehidupan nyatanya saat ini akan berakhir?
💕💕💕
Lova menatap curiga papinya ketika menemukan buket bunga di jok penumpang depan. "Bunga siapa, Papi?" tanya Lova.
Granger segera menyingkirkan bunga itu ke belakang untuk memberikan ruang duduk pada Lova yang dibantu satpam sekolah menaiki mobilnya. "Punya Papi, hadiah buat Lova."
"Papi ada-ada aja, Lova kan sukanya boneka, bukan bunga!" protesnya berbarengan dengan pintu mobil yang tertutup. Mereka beranjak dari parkiran sekolah setelah membunyikan satu klakson pamit pada sang satpam.
"Iya-iya, nanti kita beli boneka baru, ya," kata Granger. Mendadak muncul akal bulus dari Granger. Sepertinya ide yang bagus. "Lova, telepon Kak Silva, nih!" pinta Granger sambil menyerahkan ponselnya pada Lova.
💕💕💕
"Apa gue bilang juga, Sil. Sampe kapan drama Alpha lo terus berlanjut? Lo mau nandingin sinetron negeri Wakanda yang bisa sampe ribuan episode?" sahut Selena frontal selepas membantu menguncir rambut Silvanna.
Silvanna terdiam. Memang, dia baru saja menceritakan kejadian tadi pada Selena dan Lunox yang kini ada di basecamp. Sementara para cowok masih sibuk dengan job masing-masing.
"Bener kata Lena, Sil. Segera lo akhiri aja, biar lo lebih tenang," Lunox menambahkan.
"Gue juga maunya gitu, cuma gue bingung, mau mulai dari mana gue jujur ke keluarganya Alpha kalo dia udah nggak ada?"
Kali ini dua sahabat Silvanna juga ikutan bingung. Sudah terlalu lama Silvanna menyimpan rahasia ini pada keluarga Alpha.
"Atau kita ajak dia langsung ke makamnya Alpha?" usul Lunox yang secara langsung mendapat jitakan dari Selena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rider Angel
Fiksi PenggemarUntuk menutupi kabar pacarnya yang sudah meninggal akibat kecelakaan motor di track road race, Silvanna rela memegang peran ganda. Gadis ini harus mengimbangi 'suka dan tidak suka' untuk menjalani kenyataan hidupnya. Jalanan bukan kehidupannya, sert...