Yorala memasuki kelasnya dengan perasaan malas. Gizara yang sudah sedari tadi memperhatikannya, mulai menaikkan salah satu alisnya, ingin bertanya kenapa, namun Yorala tak kunjung meliriknya.
Setelah sampai di depan mejanya, gadis itu tersenyum lembut melihat sebuah jus apel kesukaannya sudah ada di sana. Yorala berbalik, menatap sosok yang tengah tersenyum padanya--laki-laki yang duduk di belakang mejanya. Gadis itu yakin, Gizara lah yang sudah membelikan jus apel baru untuknya.
Yorala duduk, ia terus memandangi laki-laki itu dengan senyuman indahnya. Gadis itu melirik kanan kiri, memastikan tidak ada yang melihatnya saat ini. Saat murid lain tengah fokus menulis, ia kembali tersenyum menatap Gizara.
"Makasih." bisiknya.
Gizara tersenyum lembut, lalu mengangguk.
Yorala berbalik dan menatap jus yang memang sudah diinginkannya itu. Ia mengambilnya, menyedot jus itu dengan senang hati. Gizara memang sosok penenang baginya, laki-laki itu selalu ada saat gadis itu tengah bersedih.
Raga beda sama kamu, Gi, do'ain aku tahan, ya, deketin dia.
📓
"Gimana? Dia udah minum jusnya, kan?" tanya Ragafa, saat Fathan--temannya--duduk di bangkunya.
"Udah, kenapa gak lo aja, sih, yang ngasih jusnya?" tanya Fathan.
"Gue gak mau aja liat tuh anak."
"Boong lo! Lo pasti takut dia diapa-apain, kan, sama Si Alisya?" tebak Fathan.
Ragafa hanya bisa menghela nafas. Tebakan laki-laki itu memang benar, ia tidak ingin terlalu dekat dengan Yorala karena memang dekat dengan Ragafa tidaklah aman. Ia tidak gadis itu harus kenapa-kenapa karena dirinya.
"Lo kenal sama murid baru itu?" Karena Ragafa tidak merespon, Fathan kembali bertanya.
"Dia tetangga baru gue."
"Seneng, dong, punya tetangga cantik."
"Gak."
"Munafik lo!" solot Fathan. "Tadi, lo modus, kan, ngasih jus itu?"
"Gak!" sergah Ragafa. "Gue gak minat sama tuh cewek."
"Gue aja minat, Ga!" ceplos Fathan "Kalo lo gak minat, ya udah, biar gue aja yang ngembat."
"Gak usah aneh-aneh!" cecar Ragafa, ia langsung pura-pura mengerjakan sesuatu di buku tulisnya.
"Kenapa ngamuk?" Fathan mengerutkan dahinya, lalu tersenyum jahil. "Katanya gak minat. Kok, ngelarang gue ngembat? Berarti lo emang suka, ya, ya?"
"Dia bocah!" Ragafa terlihat kesal. "Gue gak suka."
📓
"Ra, menurut gue, cewek polos kayak lo bakal terus sakit, deh, kalo ngotot deketin Si Batu Raga." kata Fely.
"Masih banyak cowok lain, Ra." Meizie bersuara. "Sayangi hati lo."
"Makasih, ya, Fely, Meizie." Yorala tersenyum.
"Iya, kalo lo butuh temen cerita, jangan sungkan, ya!" lontar Fely. "Kita, kan, temen."
Yorala mengangguk semangat.
Mereka kembali melangkahkan kakinya keluar dari area sekolah. Saat hampir mendekati parkiran, Yorala tidak sengaja melihat Ragafa yang akan menaiki motornya. Gadis itu menghentikan langkahnya dan langsung menatap kedua temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia dalam Karya (Terbit)
Fiksi RemajaAntara pura-pura dicintai dan pura-pura dibenci, manakah yang lebih menyakitkan?