Part 22. Lembar Baru

1.2K 122 26
                                    

Tangan Bara dengan cekatan mengganti kasa dan plester di kening Arin.

"Antibiotiknya tetep diminum ya, sampai habis. Jangan bandel."

"Iya."

"Yuk, udah pada nunggu di luar."

Bara membereskan peralatannya dan menyimpan di nakas Arin. Sementara sang dara membenahi letak jilbabnya.

"Duh, ukhti. Cantiknya," goda Bara.

Arin hanya tersenyum. Semalaman ia merenung. Lelah, dirinya menjadi gadis labil yang terombang-ambing dalam semunya dunia.

Saat keluar, di ruang tengah sudah ada Kayla, Eijaz, Riko, Prabu, Eza, dan Amara saling berbincang.

"Udah selesai?" tanya Amara saat melihat Bara keluar.

"Udah. Bagus kok hasil jahitannya. Kayak codet preman."

Bara tergelak dan Amara reflek melotot padanya. Arin tak bereaksi apapun, dia menarik kursi di antara Kayla dan Amara. Diam, itulah yang dia lakukan.

"Masih sakit?" tanya Eijaz setelah beberapa lama berbincang tapi Arin tak kunjung buka suara.

"Nggak Pak."

"Kenapa nggak ngomong?"

Arin hanya tersenyum dan menggeleng.

"Ke pantai yuk! Mumpung kita kumpul gini, gimana?"

"Setuju! Kita semua besok libur kan?" kata Bara semangat.

Semuanya mengangguk.

"Seru nih! Yuk liburan!" pekik Kayla girang.

"Kita nginep di villa Daddyku aja. Nggak perlu repot mikir penginapan," usul Amara.

"Semua harus ikut!" tukas Kayla saat melihat gelagat Riko dan Prabu.

Akhirnya Prabu mengangguk begitu juga dengan Riko.

"Ajak Kamila," ucap Arin lirih.

"Hm?"

"Ajak Kamila. Nggak apa-apa kan, Kay?"

Kayla menatap sang suami dan Riko bergantian.

"Kalau mau nggak apa-apa, kan tujuannya seneng-seneng. Ya kan Yah?"

Eijaz hanya mengangguk.

"Yok, yok, kita berangkat."

"Kalian duluan, aku jemput Kamila dulu," ucap Riko pada akhirnya.

****


"Kita mau kemana?"

"Pantai."

Mata wanita itu berbinar. "Serius?"

Riko mengangguk.

"Iya, Mbak Kayla yang punya ide. Mereka udah duluan. Aku disuruh jemput kamu."

"Disuruh? Kok bisa?"

"Arin yang minta."

"Arin?"

"Iya."

Percakapan keduanya berhenti di situ. Kamila menatap ke luar, menikmati pemandangan. Sesekali ia mengubah posisi duduknya karena pegal.

Riko mengulurkan tangan kirinya, mengusap perut buncit Kamila. Wanita itu menoleh dan tersenyum.

"Anak papa manja ya? Giliran dipegang papa aja pada anteng," ucap Kamila.

Green or Pink (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang