Tangan wanita itu meraup tubuh kecilnya, merebut paksa dari seorang wanita. Tatapan penuh dengki dan rasa tidak terima tergambar jelas di sela rambut hitam lurus yang menutupi sebagian wajahnya. Napasnya terengah-tengah lalu tertawa lirih menatap penuh kemenangan pada wanita yang menangis meronta dari sepasang tangan tua yang membantu memisahkannya dari anak kecil itu.
"Jason! Jason Junior!"
"Lari! Bawa dia lari. Dia anakmu!" perintah wanita tua itu.
Sepasang mata menelisik wajah mungil itu, tersenyum miring. Sepasang tangan dengan kutek merah mendekap erat tubuh mungil yang menangis ketakutan itu, meronta ingin melepaskan diri. Wanita itu berjalan cepat membawanya pergi menjauh tanpa peduli tangisan ketakutan dengan suara yang nyaris habis.
"Dia bukan ibumu! Aku, Nak, panggil aku Mama...," wanita itu terdiam, merangkum wajah mungil itu dengan satu tangannya. Memaksa sepasang manic mata coklat madu untuk menatapnya. Senyum miring bibir merahnya semakin tercipta tajam, seiring dengan tatapan matanya.
"Aku, Nak..."
Senyuman mengerikan itu membuat napasnya seperti terhenti. Berganti dengan gelap. Pengap. Sebelum akhirnya dia seperti ditarik sebuah tangan tak terlihat, terlempar jauh. Seketika membuatnya tersadar, membuka matanya dengan napas terengah-engah. Tubuhnya basah penuh keringat, gemetar menatap ke sekeliling. Gelap, hanya menyisakan lampu temaram di sudut tempat tidurnya. Tangannya mengusap pelan wajahnya lalu bangun, terduduk sambil mencoba mengatur napasnya. Mimpi buruk itu sering dia alami. Entah kapan itu akan berakhir. Tidak ada yang tahu sakitnya menyembunyikan masa kelamnya. Nyatanya, sejauh apa dia berlari, kenangan buruk itu tidak bisa dia tinggal begitu saja.