Saat itu tepat pukul dua siang ketika matahari bersinar dengan terik. Zhu Zhixin kecil berjalan sembari bergumam ditemani truk mainan yang disambungkannya dengan tali.
Kalau tidak salah, pada waktu itu Zhixin masih berusia enam. Dia bahkan masih sering memakai sendal dengan posisi terbalik. Namun tidak menghalangi langkah kecilnya berlajan sejauh tiga rumah dengan pekarangan luas hingga akhirnya berhenti tepat dibawa pohon rindang.
Zhixin mendudukan tubuh kecilnnya yang tak seberapa itu, truk mainannya di biarkan begitu saja, juga mulutnya yang masih berdecak dengan suarah parunya, "Aku benci Yaowen ge." Tak lupa melipat tanganya depan dada. Cemberut.
"Aku lebih benci lagi pada mama memarahi ku hanya karna– Argh," lanjutnya, ucapannya berganti erangan kesakitan sembari mengelus kepala kecilnya.
Dia mendongkak ke atas dan mendapati, ada orang lain selain dirinya di sana.
"Kenapa kau melempar ku," ketus Zhixin kecil tak suka.
Sang pelaku tersenyum polos tanpa dosa. "Kau pantas mendapatkannya," ujarnya. Lalu membalikan tubuhnya, turun perlahan.
Sedangkan Zhixin masih menekuk wajahnya bahkan menatap sinis anak lelaki tak dikenal itu.
"Kenapa kau melempar ku?" katanya tak terima.
Bukanya menjawab bocah itu malah balik bertanya, "Kanapa kau berada di halaman rumah ku?"
"Hey, aku bertanya pada mu lebih duluh," selah Zhixin makin tak suka. Ditatapnya anak bermanik jerni itu makin kesal.
"Kenapa kau disini. Lihat jam berapa sekarang anak kecil seperti mu seharusnya tidur siang," sindir bocah tak dikenal itu.
Menyampingkan kenyataan bahwa mereka terlihat seumuran dan bahkan Zhixin terlihat jauh lebih tinggi.
"Itu terserah ku," jawab Zhixin balik. "Dan kenapa kau jadi terdengar seperti ibu ku." Dia maju selangkah membuat perbedaan tinggi mereka tampak jelas.
Sedangkan, anak yang mengaku sebagai pemilik rumah itu masih terlihat tak acuh,lagi-lagi kembali bertanya, "Kenapa kau menatap ku seperti itu?" decaknya. "Apa? Kau menyukai ku?"
"Siapa? Aku?" ucap yang lebih tinggi, terkejut. "Kau jangan gila." Dan mengambil beberapa langkah mundur.
Melihatnya itu membuat anak yang mengajukan pertanyaan tadi tersenyum puas.
"Itu bagus. Ingat jangan sampai suka pada ku," ujarnya penuh percaya diri. "Baiklah, pulang sana jika tidak...," ucapnya. Sengaja mengantungkan ujung kalimat dan menoleh ke sisi lain halaman. "Aku akan melepaskan Hermes!"
Yang lebih tinggi terdiam. Mulanya Zhixin menatap bingung namun begitu melihat kandang anjing berukuran besar. Zhixin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Karna itu, segera dia menarik truknya dan berlari kencang.
"Aku akan kembali!"
Lelaki itu menggeleng ringan. Pikirnya aneh ketika orang lain akan mengumpat atau malah mengutuknya. Lelaki itu malah berkata akan kembali. Hmm sungguh aneh.
Tbc.