Malam tiba dengan hujan yang menemani malam. Air hujan terus mengguyur bumi begitu deras, hingga membuat seseorang merasa kedinginan bahkan kesepian.
Aira, ya Aira sedang duduk di sofa ruang tengah rumahnya sembari mengobati luka di telapak tangannya akibat kejadian tadi siang, tidak hanya luka di tangannya saja tapi di lututnya juga. Lukanya memang kecil tapi bila terkena air maka rasa perih akan di rasa.
Setelah selesai mengobati lukanya, Aira kembali membereskan kotak obatnya dan menyenderkan punggungnya di sofa dengan mata merem mengingatkan kejadian tadi siang.
Sebenarnya mereka siapa?
Kenapa mengikuti Aira?
Apa mereka tadi ingin merampok Aira?
Atau menculik Aira?
Mereka seperti mengenal Aira?
Tapi Aira tak mengenal mereka siapa?
Itulah pertanyaan-pertanyaan yang sekarang ada dalam pikiran Aira.
Aira meraih ponselnya dan mencari nomor seseorang disana, ia mengklik kontak yang bernama Umi dengan emoticon love di akhirnya.
Ya Aira akan menelpon Umi nya, ia akan menanyakan pada Umi nya, apakah ia mempunyai teman di sini sebelumnya?.
Beberapa saat kemudian akhirnya sambungan telepon pun tersambung.
"Hallo, assalamu'alaikum Umi" ucap Aira memberi salam.
"Waalaikumusalam, iya" jawab Umi Hana di sebrang sana.
"Umi apa kabar?" tanya Aira.
"Alhamdulilah baik, Abi juga baik. Kamu sendiri sama suami kamu gimana?" balas Umi Hana berbalik tanya.
"Alhamdulilah, baik juga"
"Alhamdulilah kalo baik-baik aja"
"Hmm iya, maaf ya Umi. Aira belum bisa ke Bandung lagi. Mas Ayas nya belum bisa ambil cuti" ujar Aira.
"Iya sayang, Umi ngerti ko"
"Umi, Aira mau tanya boleh?"
"Iyah, boleh. Mau tanya apa!"
"Apa Aira punya temen di Jakarta, sebelum Aira menikah?. Atau Umi sama Abi pernah bawa Aira ke Jakarta?" tanya Aira kepada Umi nya yang berada di sebrang sana.
"Nggak deh kayak nya, dulu kan kamu jarang keluar dari kawasan pondok. Kalo Abi ada undangan pengajian di Jakarta pun kamu nggak pernah ikut" jawab Umi Hana.
"Nah, Aira juga ngerasa gitu Umi"
"Emangnya kenapa?"
"Tadi Aira nggak sengaja ketemu sama orang, dia kaya kenal sama Aira tapi Aira nggak tau dia siapa. Tadi dia nanya tapi Aira nggak jawab karena Aira nggak tau dia siapa. Takut nya itu temen Aira tapi Aira nya lupa, makanya nanya sama Umi" jelas Aira.
"Nggak ko, kamu nggak punya temen di Jakarta sebelumnya, mungkin dia salah orang kali. Udah nggak usah di pikirin"
"Hmm," dehem Aira.
"Yaudah, sekarang kamu tidur udah malem Ayas nungguin tuh" ucap Umi Hana menggoda putri nya.
"Mas Ayas belum pulang, dia masih kerja" balas Aira.
"Yaudah, tungguin pulang aja"
"Hmm, iyah"
"Kalo gitu Umi tutup teleponnya ya, salam buat Ayas"

KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Seorang Ustadzah
Ficção AdolescenteBanyak cerita yang awalnya tidak suka tapi setelah lama selalu bersama rasa suka dan cinta pun mulai tumbuh. Apakah cerita itu juga akan terjadi pada seorang pemuda yang menjabat sebagai CEO di perusahaan nya dengan seorang wanita anak dari salah s...