Chapter 16 - Eliminasi dan Substitusi (You)

708 118 42
                                    

Manik (e/c) itu membulat. Bibirnya sedikit terbuka. Memperlihatkan bahwa dirinya tengah dilanda oleh keterkejutan yang amat sangat besar. Sungguh, (Y/n) sama sekali tidak menyangka jika dua kata bermakna dalam dan penuh arti itu akan dikatakan kepada dirinya. Seseorang yang bahkan secara terang-terangan membenci lelaki di hadapannya itu.

Namun, sejak melalui saat-saat bersama, apakah kata benci itu telah ia coret?

"K-Kau tidak perlu menjawabnya sekarang."

Ucapan Miya membuat (Y/n) kembali fokus ke realita. Gadis itu sempat termenung karena dirinya terlalu terkejut. Bayangkan saja, seseorang yang tidak pernah kalian sangka akan mengatakan perasaannya kepadamu dan memanggilmu dengan nama depanmu, apakah yang akan kalian rasakan?

Reaksi (Y/n) sebenarnya tak jauh berbeda dengan Miya. Rona merah sama-sama berada pada permukaan pipi. Juga saling menghindari tatapan satu sama lain. Sekaligus berusaha menetralkan detak jantung mereka yang sama-sama menggila.

"Aku, aku ingin bertanya suatu hal padamu terlebih dahulu," ujar (Y/n) terbata dan setelah menstabilkan detak jantungnya.

"Apa yang ingin kau tanyakan?" Miya pun bertanya balik. Ia tidak terlihat kesal ataupun menatap remeh ke arah (Y/n) karena tidak bisa menjawab atas pernyataan sukanya. Atau setidaknya gadis itu belum menjawabnya.

"Saat itu, ketika aku memintamu menjadi kekasihnya Yuuna, mengapa kau menurutinya begitu saja?" Gadis itu menuntut penjelasan saat ini.

Miya sedikit tersentak. Namun, wajahnya kembali normal karena cepat atau lambat gadis itu akan menanyakannya kepada dirinya. Hal yang mungkin membuatnya belum menanyakannya dikarenakan Ujian Tengah Semester minggu lalu. Fokusnya hanya ditujukan pada ujian tersebut.

"Aku tidak ingin membuatmu merasa kesal padaku. Aku hanya ingin kau... menyukaiku." Miya mengecilkan volume suaranya saat ia mencapai akhir kalimat yang ia ucapkan. Tatapan matanya ia alihkan ke arah lain. Sebisa mungkin menghindari netra (e/c) itu.

Melihat Miya yang jujur dan berterus terang padanya, (Y/n) bingung harus bereaksi apa. Yang ia rasakan adalah salah tingkah dan juga sibuk menetralkan detak jantungnya. Pasalnya, semua ini benar-benar tidak ia duga sama sekali. Bahkan berada di luar pikirannya.

"Lalu, bagaimana denganmu? Mengapa kau tidak mengganti pasangan belajar kelompokmu? Itulah kesepakatan yang telah kita buat," balas Miya tiba-tiba, membuat lamunan (Y/n) buyar.

"Itu... itu..."

Miya hanya diam menunggu (Y/n) menyelesaikan perkataannya. Ia hendak menjahilinya, namun urung ia lakukan.

"Itu semua karena salahmu! Kau mengatakan jika dirimulah yang secara inisiatif meminta aku menjadi teman kelompok belajarmu! Mengapa kau melakukannya?" cecar (Y/n) dengan wajah memerah. Sebagian karena marah dan sebagian karena malu.

Kekehan keluar dari bibir lelaki itu. Bukan tawa yang terkesan mengejek. Melainkan karena (Y/n) yang entah mengapa saat ini terlihat lucu di pandangan Miya.

"Karena kau itu menarik."

(Y/n) membelalakan matanya. "Maksudmu?"

"Awalnya aku ingin menjahilimu dengan meminta dirimu sebagai teman belajar kepada Sensei. Sepertinya hal itu berhasil dan aku menikmatinya," ujar lelaki bersurai hitam itu santai.

Melihat Miya yang tampak santai, (Y/n) hendak melampiaskan kekesalannya kepada lelaki itu. Namun, karena ia tersandung sepatunya sendiri ketika hendak melangkah mendekat, secara otomatis tubuhnya terjatuh ke atas tanah. Atau itulah yang (Y/n) kira akan terjadi.

Nyatanya tidaklah demikian. Miya-lah yang berbaring di bawahnya. Menahan tubuhnya bersentuhan langsung dengan permukaan tanah yang datar dan keras. Berada di dalam posisi yang canggung seperti itu, membuat (Y/n) ingin bangkit berdiri secepat mungkin.

END ━━ # . '1/6 Detik ✧ Miya ChinenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang