28. Sementara

11.8K 1.3K 199
                                    

Nia yang sedang bertugas merapikan baju-baju di ruangan menyetrika sudah pasti bisa mendengar obrolan santai antara Karel dan Garsa di ruang TV. Nia sedikit lega pria itu masih mampu berbicara dengan usaha Karel. Nia tahu Karel yang berusaha terus mengajak Garsa berbicara tentang banyak hal dan hanya ditanggapi Garsa dengan singkat.

“Pa, di lapangan besar pinggir jalan raya itu ada pasar malam loh.”

“Iya, Papa tahu.”

“Ke sana yuk!”

“Kamu aja.”

“Pa, aku mau cari kolor sama celana dalaman. Kalo sama Mama, aku malu,” keluh Karel yang tentunya bernada ngada-ngada. Walau lucu, entah mengapa Nia menjadi miris saat mendengarnya.

“Dulu kamu yang milihin kolor kan Mama,” jawaban Garsa membuat Nia membeku beberapa saat.

“Dulu aku masih SD dan SMP, Pa. Sekarang malu tahu kalo kolorku dipilihin sama wanita. Orang dewasa yang pinter memilih harga dan kualitas, jago nawar juga. Kalo aku yang beli pasti kena tipu.” ucap Karel.

"Selama ini kamu beli di mana?"

"Aku beli di Indomart beberapa bulan lalu.”

“Makanya kamu belajar belanja. Mas, jangan resek dong, Papa lagi sibuk nih, kamu ganggu hal remeh, perkara kolor."

Setelah itu Karel diam saja tak terdengar suaranya nyerocos lagi. Nia sudah membayangkan anak yang sulit menahan bicara itu sampai akhirnya bisa terdiam pasti lagi sakit hati dan kesal. Saat Nia keluar membawa keranjang baju-baju yang tersusun sudah rapi ingin diantarkan ke lemari di kamar-kamar atas, Nia mendapati Karel berbicara lagi.

“Pa, Ghani ngeliat tentang hewan Taman Safari di Youtube. Dia pengen ke sana. Yuk, kita ke sana dong!” seruan itu berasal dari Karel yang masih duduk di ruangan keluarga dengan TV menyala sedangkan Garsa sedang berkutat dengan laptop di kursi ruang tamu. Mereka hanya berbatasan dengan lemari kayu.

“Ma, Ghani belum pernah ke Taman Safari,” cetus Karel membuat Nia yang belum sempat naik tangga jadi menghentikan langkah lalu menoleh padanya.

Tanpa sadar, Nia mengangkat pandangan ke arah Garsa lewat lubang di tengah lemari yang berbentuk persegi. Pria itu juga mengangkat pandangannya dari laptop.

“Mas, udah deh. Bisa lihat di Youtube aja. Sabtu depan Papa ada janji memancing sama teman-teman. Nggak bisa batal.” Jelas Garsa.

Nia tak akan menerima alasan itu mentah-mentah, mengingat alasan aslinya Garsa menolak sudah pasti, karena malas berdekatan secara langsung dengan dirinya. Dalam rumah saja pria itu menghindar terus apalagi dalam mobil lalu rekreasi bersama. Mau tak mau Garsa harus akting biasa saja depan Nia agar tak mencurigakan. Ah, seharusnya rekreasi itu indah sekali.

“Maaaaa,” rengek Karel membuat Nia jadi tak tega.

Nia mendadak bergedub kencang jantungnya. Apa anak cowok itu mau menyamakan kemampuan merayu Nia dengan Amanda? Jelas Nia tak akan bisa kayak Amanda yang jago membujuk Garsa agar menuruti permintaan anak-anaknya. Ah, Nia teringat lagi bahwa sebenarnya dia memang bukan siapa-siapa. Nia tak akan bisa membuat Garsa mengikuti ucapannya.

“Di lain waktu nggak bisa, Mas?” tanya Nia mencoba sok berdamai di depan Karel.

“Apalagi lain waktu, belum tentu bisa free. Saat ini aja lagi sibuk-sibuknya ngerjain kerjaan.”

“Ghani mau ke sana, aku ceritain kasih tahu kalo dia pernah ke Taman Safari waktu umur satu tahun, Pa. Dia udah lupa.” Karel mengembuskan napas kasar menyandar pada sofa.

Nia menatap anak itu heran, kenapa anak ini rewel meminta sesuatu yang seharusnya penolakan Garsa bisa diterima saja langsung beres. Biasanya Karel akan menghargai kesibukan Garsa. Melihat Karel merajuk pada orangtuanya Nia mendadak jadi khawatir. Anak itu kenapa?

CompromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang