50| Cracks in the Wall

6.3K 690 271
                                    

"Lo yakin gak mau ke rumah sakit aja?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo yakin gak mau ke rumah sakit aja?"

"Gak perlu, it's just period cramps."

"Tapi pucet banget, Chel. Jangan-jangan darah lo abis? Apa gue ke PMI aja?!"

"Hah ngapain?!"

"Cari donor darah."

Kalau gak ingat perutnya lagi kruwes-kruwes sekarang, Rachel mungkin sudah menendang Keenan sampai jatuh dari atas tempat tidur. Tapi boro-boro angkat kaki, menggeser tubuh barang sedikit saja rasanya semua darah yang dia punya luruh kayak air terjun.

"Gak usah aneh-aneh," bisik Rachel lemas. Kedua tangannya ia lingkarkan pada pinggang Keenan yang sedari tadi ada di sisinya. "Di sini aja jangan ke mana-mana."

Jadi pagi ini Rachel harus terbangun karena perutnya tiba-tiba kram luar biasa. Usut punya usut ternyata memang sudah tanggal tamu bulanannya untuk datang. Biasanya kalau sudah begitu Rachel hanya akan terbaring mengenaskan selama 3 hari. Tapi untungnya hari ini bertepatan dengan dia yang sedang menginap di tempat Keenan. Jadi lumayan, ada yang bisa Rachel jadikan sebagai punching bag kalau perutnya mendadak berulah.

Kemudian sebagai pacar siaga tentu saja sudah bukan kali pertama Keenan menghadapi Rachel yang berubah dua kali lipat lebih galak dan needy begini. Tapi berani sumpah Keenan gak akan nolak soalnya yang begini cuma muncul sekali sebulan.

Lewat pengalaman yang termasuk sudah mumpuni ini, Keenan punya seperangkat alat menjinakkan Rachel kalau mode full power seperti sekarang. Yang pertama ada hot pack. Gunanya jelas untuk mengompres perut Rachel kalau sedang kram-kramnya. Yang kedua ada minyak kutus-kutus. Awalnya memang dia menolak setengah mati menggunakan ini. Katanya sih karena baunya mirip minyak nenek-nenek. Ya tapi apa boleh buat jika ternyata efeknya manjur untuk mengurangi nyeri haid. Kalau dua benda sebelumnya adalah saran dari Mami, maka yang terakhirnya ini improvisasi Keenan sendiri.

"No, don't stop caressing my belly. I'm feeling much better."

"Yes, ma'am."

Iya, dari lima belas menit yang lalu Keenan sudah setia mengelus perut Rachel sambil terus mengoleskan minyak. Menurut Rachel saat dalam kondisi begini tangan Keenan mendadak jadi multifungsi. Hangat pada telapak tangan cowok itu yang bersentuhan dengan kulitnya sudah setara dengan panas hot pack. Belum lagi wangi yang menguar dari tubuh Keenan lumayan dapat menanggulangi aroma menyengat dari minyak yang ia gunakan.

"Ken,"

"Kenapa?" Kalau tangan kanan cowok itu sibuk mengelus perlahan perut Rachel, maka tangan kirinya gak berhenti menyisir surai pirang gadis itu itu.

"Laper..."

"Mau makan apa?"

"Apa aja yang manis-manis."

"Oke, bentar gue bikinin," badannya yang dibaringkan menghadap Rachel berusaha bangkit walau sedikit dengan susah payah karena cewek itu memeluknya teramat erat. "Chel, lepas dulu. I'll be back in a few minutes."

SerotoninTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang