Mark mengaitkan jari jarinya, kini ia sudah duduk di kursi yang ada di sebelah kanan ranjang Haechan . Mark sedikit menertawakan dirinya, padahal setiap malam ia memeluk Haechan, tapi entah kenapa sekarang Mark sangat takut untuk berbicara dengan Haechan.
Haechan beberapa kali menghela nafasnya panjang, sudah hampir 20 menit Mark tidak berbicara dan dirinya yang masih bersembunyi di balik selimut. Ayolah ini rasanya sangat panas dan sesak, tapi Haechan juga terlalu takut untuk memunculkan wajahnya.
" Kau tidak kepanasan?"
Akhirnya Mark berbicara setelah melihat Haechan yang menggeliat gelisah. Haechan menggeleng cepat, tidak mengeluarkan suaranya beruntung Mark memahami maksud dari pergerakan Haechan.
"Uhmm... jika kau tidak igin melihatku tidak masalah, tapi kau tak perlu bersembunyi seperti itu, pasti sangat panas dan sesak di dalam sana kan?"
Haechan menyibakkan selimutnya pelan, ada helaan nafas lega saat Haechan mengeluarkan kepalanya dari dalam selimut yang membuat Mark tersenyum gemas. Lagi lagi Mark terdiam, ia menundudukkan kepalanya, matanya saat ini berkaca kaca, padahal ia sudah berjanji pada dirinya untuk tidak menangis, tapi tetap saja ini menyakitkan.
" Uhm... hufft.... " Mark mengatur suaranya Menenangkan dirinya tapi percuma saja isak tangis itu pecah.
Mengedengar Mark yang terisak membuat Haechan menjadi iba. Haechan membalikkan badannya menatap Mark khawatir, karena Mark menangis terisak seperti itu . Mark berusaha sekuat tenaganya untuk tidak menangis, membuat punggungnya bergetar hebat.
Haechan yang melihat itu menjadi sedih, tapi ia tidak ingin menangis. Moment ini seharusnya menjadi moment yang bahagia baginya, bisa melihat Mark lagi, tidak ada hal lain yang membuat Haechan bahagia.
" Maafkan aku...." Mark bersujud, ia benar benar tidak tau bagaimana cara meminta maaf pada Haechan, kesalahanya sudah terlalu banyak dan ia sudah terlalu lama melukai Haechan
" Ma- Mark apa yang kau lakukan?" Panik Haechan melihat Mark yang bersujud
" Maafkan aku... aku benar benar minta maaf.... "
" Ini semua salahku.... semua ini terjadi karna diriku"
" Mark berdiri.... "
" Maafkan aku... aku benar benar minta maaf"
Hanya itu yang bisa Mark keluarkan dari mulutnya ia tidak tau lagi harus mengatakan apa. Haechan yang melihat Mark bersujud sambil menangis seperti itu merasa tidak pantas, ayolah dia itu putra tunggal Jung, Haechan menjadi risih karena nanya.
" Mark berdiri dulu... jangan seperti ini..."
" Aku tidak bermaksud melukai hatimu..sungguh..."
" Mark kubilang berdiri dulu...."
" Maaf melukai hatimu"
Haechan menghela nafasnya panjang, sepertinya Mark tidak bisa mendengarnya, ia benar benar terlena dalam emosinya sehingga ia tidak bisa mendengarkan apa apa selain suara hatinya. Haechan ingin turun dari tempat tidur, menghentikan tangisan Mark. Tapi kaki kirinya sedang di gips dan Haechan benar benar sesusahan untuk menggerakkan anggota tubuh bagian bawahnya.
" Aargh... ayolah jangan sekarang" Kesal Haechan pada dirinya, Haechan mengeliat berusaha untuk turun tapi percuma saja tubuh bagian bawahnya benar benar lumpuh.
" Mark... dengarkan aku..."
Mark masih menangis, meminta maaf berkali kali yang membuat Haechan semakin risih. Haechan tidak suka diperlakukan seperti ini. Lagi pula Haechan tidak pernah menyalahkan Mark, kenapa pria itu harus meminta maaf. Haechan memang sedih, ia memang terluka tapi sedikitpun ia tidak pernah menyalahkan orang lain atau pun dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] Blind Love || Markhyuck
FanficMark mengira kisahnya dengan cinta pertamanya berjalan dengan mulus. Hingga saat itu ... Satu kebenaran yang membuat dirinya Menyesal....