Conflict Start (2)

2.6K 392 13
                                    

Pagi ini Heeseung ikan dengan pemandangan seorang anak perempuan seusia dengan the twins, berdiri di depan rumahnya dengan senyuman manis dan dan menyodorkan sekeranjang buah mangga yang tampak segar dan menggiurkan.

Keranjang itu tanpa menutupi hampir setengah badan anak itu. Dan anak itu dengan tenaga yang cukup kuat dapat mengangkat keranjang yang tidak ringan untuk ukuran anak kecil. Heeseung jadi kagum sekaligus heran.

"Kamu--"

"Halo kakak ganteng! Ini ada buah mangga segar dari pohon mangga di rumahku. Ayah bilang agar aku berikan pada kakak."

Heeseung ragu. Dia tipe yang tidak mudah percaya dengan orang, tapi juga bukan tipe yang cepat menolak sesuatu apalagi dengan niat yang baik.

Tunggu dulu.

Niat yang baik?

Apakah niat anak perempuan itu sungguh baik?

Mungkin bila dilihat dari senyuman manis dan wajahnya yang meyakinkan, anak perempuan itu tujuannya benar-benar untuk memberi, tidak ada maksud lain.

Tapi, apa hanya dengan itu Heeseung bisa percaya?

Di dunia ini apalagi zaman sekarang sudah banyak sekali modus penipuan. Pelakunya juga tidak mengenal usia. Mulai dari yang kecil sampai yang besar pun bisa saja menipu kita.

Modus penipuannya juga berbeda-beda. Mulai dari niat memberi, menolong, menawarkan, bahkan tidak segan-segan mendekati hanya untuk mencapai tujuannya yang nantinya akan menguntungkan baginya dan merugikan pihak yang ditipu nya.

Oleh karena itu jangan mudah percaya pada orang terlebih orang asing.

Tapi tunggu dulu. Sepertinya Heeseung sudah berpikir terlalu jauh hanya untuk menimbang mengenai sekeranjang mangga. Tapi tetap saja. Harus waspada dimanapun dan kapanpun. Apalagi poin pentingnya, mereka adalah pendatang di sini dan tahu tempat ini hanya berbekal kata-kata orang saja. Belum merasakan kehidupan aslinya sebelumnya.

Cukup lama Heeseung mendiamkan anak itu, membuat anak perempuan itu cemberut dan menundukkan kepala. Dengan berbekal nekat, Heeseung akhirnya menerima keranjang itu dan langsung terbitlah senyuman anak perempuan yang rambutnya dikuncir dua itu.

"Ini berapa buah nya?"
Tanya Heeseung bermaksud membayar. Dia pikir buah yang diberikan ini berbayar karena jumlahnya cukup banyak. Kalau dihitung sebagai buah tangan sepertinya terlalu berlebihan dan mungkin membuat rugi. Apalagi buah-buahan di keranjang yang dipegangnya sekarang segar-segar dan sepertinya berkualitas tinggi.

Anak kecil berkuncir dua itu menggeleng ribut dan tersenyum lebar, "Ayah bilang tidak usah! Itu untuk kakak dan yang lainnya. Kata ayah, hitung-hitung berbagi hasil panen."

Heeseung awalnya ragu tapi kemudian mengangguk dan mengusap lembut rambut anak perempuan itu.

"Baiklah! Terima kasih banyak ya! Sampaikan pada ayahmu kami sangat berterima kasih, nanti kalau kami ada hasil panen atau makanan akan kami bagi."

Anak perempuan itu mengangguk menampilkan gigi gigi putihnya yang rapih.

Tapi tunggu dulu.

Heeseung seperti melihat sesuatu yang janggal.

Seperti ada benda yang sangat kecil di gigi anak perempuan itu. Tepatnya di gigi taring anak itu yang dapat ditangkap oleh penglihatan Heeseung yang cukup bagus.

Kalau di kota tempat mereka tinggal, memang ada namanya seperti aksesoris seperti manik-manik yang ditempelkan di gigi. Tapi, Apa mungkin anak itu diizinkan orang tuanya memakai yang seperti itu?

Tapi bedanya, aksesoris gigi yang biasa ditemui saat tinggal di kota, bentuknya cenderung bulat atau bentuk love atau bentuk Diamond. Tapi, yang satu ini.. bentuk kotak.

Heeseung jadi teringat video yang beberapa hari lalu dia tonton di ponselnya. Dia melihat ada kamera terkecil di dunia bentuknya kotak berwarna hitam dan sangat kecil, mirip seperti aksesoris gigi yang dipakai anak kecil di depannya sekarang.

Heeseung secara spontan menjadi curiga. Apa mungkin yang di gigi anak perempuan itu.. kamera?

Tapi untuk apa anak itu membawa kamera?

Heeseung jadi penasaran.

"Emm, kakak boleh tanya?"

Anak kecil itu mengangguk semangat, "Boleh! Tanya aja!"

"Yang di gigi kamu, itu apa ya?"

Anak kecil itu tersenyum manis dan membuka mulutnya, memperlihatkan benda yang berada di giginya. Berwarna hitam dan tampak mengkilap.

"Ini aksesoris gigi! Saat Ayah dan Ibu bepergian ke kota, Ayah membeli nya, karena dia pikir akan lucu bila dipasang di gigiku. Mendekatlah Kak, agar Kakak dapat melihat lebih jelas lagi."

Seperti ada yang menahan pergerakan Heeseung. Seperti ada magnet yang menahan kakinya agar tidak mendekat pada anak itu. Kakinya terasa berat jika hendak diangkat. Ada apa ini sebenarnya?

Anak perempuan itu cemberut dan menghentak-hentakkan kakinya kesal, "Kakak tidak mau melihat nya ya? Padahal aku ingin memamerkan nya karena bagus! Siapa tau kakak tertarik membelinya kan?"

Siapa juga yang mau memakai benda seperti itu di gigi? Sangat aneh. Lagi pula, Apa memang ada bentuk baru aksesoris gigi? Kenapa harus kotak? Kenapa tidak berbentuk bulat atau berbentuk love?

Kira-kira begitu isi pikiran Heeseung. Dia merasa seperti ada yang menahan kakinya agar tidak mendekat ke anak itu.

Anak perempuan itu mendengus sebal dan mulai maju satu langkah mendekati Heeseung. Yang otomatis membuat Heeseung mundur.

Iya Heeseung mundur.

Semakin lama, semakin dia memperhatikan gigi anak perempuan itu yang kembali terlihat, yang merasa heran. Benda itu tiba-tiba berganti warna menjadi biru navy. Mungkin orang lain yang penglihatannya agak kurang tidak akan dapat melihat perubahan warna benda itu. Tapi Heeseung bisa. Bahkan jelas.

"Ihh! Kenapa semakin mundur?! Kan aku mau memperlihatkan saja!"

Kenapa jadi marah? Pikir Heeseung lagi.

Kenapa juga anak perempuan itu dari yang tadinya ramah dan lembut, seketika sedikit menyeramkan.

Heeseung semakin mundur dan anak perempuan itu semakin maju. Jarak mereka kini adalah sekitar 2 meter.

Tuk

Punggung Heeseung sudah membentur pintu yang setengah terbuka, masih dengan keranjang buah di tangannya.

Anak itu maju satu langkah lagi, hingga jarak mereka adalah satu setengah meter.

Hampir anak itu maju satu langkah lagi, suara tangisan mengagetkan mereka berdua dan seketika langkah anak itu berhenti dan Heeseung segera berlari ke dalam rumah.

"Hueeeeeeeee!! Wonie Nakal!! Hueeeeeeeee Iceung!!"

Heeseung berlari ke dalam rumah dan menenangkan si bungsu Ni-Ki yang sepertinya habis bertengkar kecil dengan Jungwon. Seketika melupakan anak perempuan di depan rumah, yang langsung mendengus dan berlari menjauhi rumah Heeseung. Heeseung tidak mau ambil pusing. Yang terpenting baginya adalah adik-adiknya.















































































To Be Continue

Don't forget to vote and comment chingu-deul

Thank You.

The Brothers With Baby (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang