Sasuke mendengus pelan menyadari atensi para penduduk terpusat kepadanya. Ya Tuhan seumur-umur baru kali ini ia digiring tanpa persetujuan. Tidakkah mereka punya ponsel, sosial media, atau televisi hingga tak mengenali wajahnya sebagai anak Fugaku. Pria itu mengeratkan genggamannya pada plastik berisi dua porsi sushi, setidaknya makanannya harus aman.
Jelaganya menangkap bangunan luas tanpa sekat bertulis balai desa dengan beberapa meja serta kursi. Ia didudukkan di kursi plastik membelakangi para penduduk yang berbisik-bisik di luar sana.
"Pak kepala desa datang."
Sasuke menangkap para manusia yang menggiringnya tadi membungkuk hormat kala sosok kakek tua pendek dengan sedikit jenggot datang.
"Selamat malam anak muda, perkenalkan namaku Hiruzen kepala Desa Konoha," Sasuke mengernyit menangkap si kepala desa mengelus sejenak jenggotnya, ia bahkan baru pertama kali dengar nama desa aneh ini. "aku mendapat laporan jika kau menerobos masuk Desa Konoha, kau tersesat?"
Apa wajahnya memang selinglung itu sehingga mendengar pertanyaan sama untuk kedua kalinya dalam kurun waktu singkat. Dan ngomong-ngomong dimana batang hidung si bandana jaring-jaring itu.
"Anak muda jangan diam saja, aku bukan orang pintar yang bisa membaca pikiran orang lain."
Sasuke kembali mendengus jelas-jelas kakek tua itu kelihatan sekali bukanlah orang pintar dan bagaimana caranya dia bisa jadi kepala desa.
"Jika kau tidak mau bicara terpaksa kami akan menahanmu,"
Ide bagus, setidaknya ia tidak akan pulang dan melihat pernikahan Hinata dengan kakak sialannya itu.
"atau para wargaku, siapa yang berminat merawat pria ini barangkali ingin menjadikan suami untuk anak gadisnya."
Sasuke mendelik horor, ditambah lagi bisik-bisik para penduduk sukses membuat hatinya dongkol. Sebenarnya daerah macam apa Konoha ini, pria itu berdeham pelan menyamarkan keterkejutannya. "Aku datang bersama si bandana jaring-jaring."
"Bandana jaring-jaring, siapa?"
"Seorang perempuan dengan bandana jaring-jaring," Iris Sasuke bergulir ke atas berusaha mengais ingatan sebelum kegiatan larinya. "celana komprang, kemeja biru, dan rambut nenek."
Hiruzen mengelus jenggotnya mencoba menerka. "Tolong bawakan semua perempuan yang sudah beruban kemari."
"Baik kepala desa."
Sasuke berkedip pelan, kakek tua itu benar-benar berkapasitas sedang. "Dia punya rambut nenek bukan beruban."
"Semua rambut nenek beruban anak muda."
"Miliknya merah muda."
Kedua mata Hiruzen menyipit curiga. "Sejak kapan rambut nenek berwarna merah muda?"
Sasuke mengusap kasar permukaan wajahnya. Ia mengerang kesal, ya Tuhan kakek tua ini memang bodoh atau benar-benar songong sih. "Warnanya merah muda seperti rambut nenek yang sering ku makan waktu kecil."
Sang kepala desa dan para petinggi serta penduduk yang berada di sana tercengang mendengar penuturan yang dirasa aneh dari Sasuke.
"Pak kepala desa, saya pikir anak muda ini benar-benar gila," ujar seorang petinggi desa.
Para petinggi mengangguk setuju. "Aku juga berpikir begitu, mungkinkah dia bukan manusia?"
Kedutan samar menyambangi jidat Sasuke. Ya Tuhan tidak adakah satu orangpun disini yang mengenalinya, benar-benar daerah kolot.
"Hipotesis yang tepat, ditambah pria itu pernah memakan rambut nenek."
"Demi Tuhan, aku manusia," getaran kesal menguar kuat dari suara Sasuke, pria itu beranjak berdiri lantas menghentak-hentakkan kakinya. "kalian lihat sendiri kakiku menginjak lantai bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Vibrasi
Teen FictionGetaran yang ia rasakan kali ini sungguh melampau batas, terasa asing, mendebarkan dan menyenangkan. Disclaimer @Masashi Kishimoto