11. Unexpected Circumstances

20.1K 2.8K 95
                                    

Jaehyun menatap Taeyong, dan Amanda mengetahui itu. Dia teramat paham tatapan yang Jaehyun berikan pada Taeyong adalah tatapan memuja. Bisa disimpulkan pria itu sedang jatuh cinta pada si cantik.

Dan yang paling lucu Jaehyun menatap Taeyong secara terang-terangan, tapi Taeyong sendiri acuh dan memilih melanjutkan makannya.

Amanda tertawa dalam hati. Tumben sekali Jung Jaehyun sulit mendapatkan hati seseorang, eh? Padahal pria itu tampan, pintar dan kaya. Omong-omong Amanda adalah saksi kejayaan Jaehyun yang dulu bergonta-ganti pacar.

Namun sepertinya target Jaehyun kali ini sepuluh kali lipat lebih sulit untuk ditaklukan. Bukankah itu artinya Taeyong adalah orang yang tepat untuk Jaehyun? Dan yah, anak-anak juga.

Amanda melihat sendiri bagaimana dekatnya ketiga putranya dengan Lee Taeyong. Mereka nampak nyaman dengan pria cantik itu melebihi dirinya yang seorang ibu kandunh. Salahnya juga, Amanda mengaku ini semua salahnya. Murni salahnya. Jadi dia tidak akan menyalahkan siapapun selain dirinya.

"Jeno mau telur gulungnya?" Tanya Amanda begitu melihat Jeno menatap telur gulung yang tepat berada di depan piringnya.

Si kecil melirik sang ayah seperti meminta persetujuan. Begitu mendapati anggukan, Jeno langsung mengangguk menatap ibunya. "Iya."

Amanda tersenyum senang, segera menusuk potongan telur gulung dengan garpu dan menaruhnya ke piring Jeno. "Selamat makan, ganteng."

•••

Taeyong melirik canggung wanita cantik yang duduk di sampingnya. Anak-anak sudah tidur siang dan Taeyong akan segera pulang ke rumah, tapi Amanda menahannya untuk tetap singgah.

"Sebenernya aku nahan kamu untuk tetep disini karena ada yang mau aku omongin sama kamu." Ucap Amanda memulai percakapan. "Kamu tau nggak? Aku sama Kak Jaehyun dulunya saling mencintai, kita sama-sama berjuang buat hubungan kita. Tepatnya berjuang dari Ayahku yang nggak setuju sama hubungan pernikahan kita dulu."

Taeyong tidak merespon. Tapi Amanda tahu lelaki cantik itu mendengarkannya dengan amat sangat baik.

"Waktu itu aku terlalu muda buat nikah... bukan terlalu muda sih. Aku yang belum siap mental, makanya pernikahan kita nggak berhasil."

Jujur saja Taeyong tidak mengerti mengapa Amanda menceritakan hal ini kepadanya. Dia hanyalah orang asing disini, dia tidak pantas mendengar masa lalu dua orang yang baru saja ia kenal.

"Kamu tau kenapa aku ngomong ini semua ke kamu?"

Taeyong menggelengkan kepalanya tidak mengerti.

"Itu karena sebentar lagi kamu harus tahu semua cerita ini, benar-benar seluruhnya."

"Aku nggak paham maksud Mbak apa--"

"Taeyong." Cela Amanda sembari tatap mata yang lebih muda. "Sepanjang hidupku berjalan, Kak Jaehyun adalah laki-laki terbaik yang pernah aku temui. Satu-satunya laki-laki yang berusaha mengerti aku, tapi tidak lagi karena itu tugas calon suamiku." Ucapnya dengan nada jenaka.

"Aku serius. Kamu nggak akan menyesal menerima perasaan Jaehyun. Dia laki-laki hebat, penyayang, sabar, dan penuh cinta. Kamu bisa lihat sendiri 'kan tatapannya? Jangan pura-pura nggak tau, Taeyong."

Taeyong gelagapan ditatap seintens itu oleh Amanda. Lelaki mungil itu menunduk. "Mbak... Aku cuma menganggap Pak Jaehyun adalah rekan kerja Ayah sekaligus temanku. Tidak lebih."

"Nggak masalah untuk sekarang, aku paham kalau kamu belum mengenal Kak Jaehyun. Tapi kedepannya kamu harus mulai memikirkan itu. Aku nggak maksa, beneran deh. Pikirin dulu."

Apanya yang nggak maksa? Jelas-jelas daritadi Amanda ngebet banget ngajak Taeyong ngomongin Jaehyun.

"Dan lagi kamu tipe Jaehyun banget."

"Eh?"

Amanda mengangguk. Menyelonjorkan kakinya yang mulai terasa pegal. Kepala wanita cantik itu mendongak menatap langit Indonesia yang cerah sore ini.

"Kamu pintar mengurus anak-anak. Maksudnya, bukan berarti kamu pintar mengurus anak Kak Jaehyun jadi suka kamu. Lebih dari itu. Kamu memang orang yang tepat untuk Kak Jaehyun dan anak-anak, kamu yang mereka butuhkan. Sadar atau enggak, anak-anak udah ketergantungan sama kamu Taeyong."

"Maaf."

Amanda menggeleng. "Nggak! Itu malah bagus. Aku seneng karena akhirnya anak-anakku merasakan kasih sayang yang nggak pernah bisa aku berikan dulu maupun sekarang. Mereka berhak merasakan euforia itu. Dimana mereka bisa memeluk sosok ibu, berkeluh kesah dengan ibu mereka. Dan itu semua ada sama kamu, Taeyong."

"Mbak nggak mau memperjuangkan hak asuh anak-anak?" Tanya Taeyong.

"Dulu iya. Tapi sekarang aku sadar kalau aku nggak akan pernah bisa jadi ibu yang ideal untuk mereka." Balas Amanda dengan nada sendu. "Taeyong, boleh aku minta tolong sesuatu?"

Taeyong mengangguk. "Boleh, Mbak."

Amanda meraih kedua tangan si lelaki cantik, mengusapnya pelan. "Tolong jaga anak-anak buat aku. Tolong sayangi mereka seakan mereka anak kandung kamu, kasih mereka kebahagiaan yang nggak bisa aku kasih sebagai seorang ibu. Dan... Tolong selalu di samping Kak Jaehyun sebagai rekan hidupnya."






























TBC

Duren✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang